★ D.A - 24 ☆

10.3K 1.6K 268
                                    

"BANG DELON!"

"DELON!"

"DEL!"

Axelo yang berteriak lantang, menoleh dengan terkejut begitu teriakannya disusul oleh teriakan Kara dan ada sosok pemuda tinggi di samping remaja itu.

"DELON!" teriak Kara begitu tiba di dekat Delon. "AWAS YA, KAMU!" hardiknya dengan menatap sengit ke arah Giri. bukan tanpa alasan dia berteriak lantang setelah tiba di sini. tadi, ketika dia masih berada di dalam mobil. dia dan Neo bisa melihat dengan jelas, saat motor yang dikendarai Delon melaju cepat mendekati garis finis terjatuh hingga berguling di tengah aspal. tentu, anak angkat Kakak sulungnya itu ikut berguling. namun, bisa menghindar setelahnya.

Motor yang dikendarai Delon tidak lepas kendali begitu saja. itu terjadi, karena Giri yang dengan sengaja menendangnya dengan kuat. bahkan secara terang-terangan, karena posisi kejadian itu berada di putaran terakhir.

Kejadian itu berlangsung dengan cepat, hingga Axelo yang berdiri menonton di bagian paling depan tidak dapat memprediksi. karena, gerak-gerik Giri masih terlihat biasa saja. meskipun tadi, posisi Delon dan Giri cukup jauh. namun Giri, remaja itu justru dengan sengaja melaju dengan santai. dan setelah itu baru menyalip tanpa aba-aba.

Delon yang masih terduduk seraya meringis karena merasa nyeri di sekujur tubuhnya, kian meringis saat tangannya bergerak untuk membuka helm full face yang masih dia pakai. kedua lututnya bahkan tergores, hingga nyerinya terasa berlebihan. "Kar?" panggilnya setelah mendongak menatap Kara yang berdiri di depannya. lalu, tatapannya beralih menatap Neo yang kini menunduk menatapnya sebelum berjalan menjauh.

"Delon.." desah Kara setelah duduk dan langsung berhambur memeluk tubuh Delon. meski ringisan remaja itu bisa dia dengar setelahnya. "Kenapa, Delon? sakit, ya?" tanyanya santai dengan menekan luka goresan pada lutut anak angkat Kakak sulungnya itu.

"Anjir bangeett lo, Kar!" erang Delon seraya meringis.

"Apa? ngomong lagi, Delon!" cibir Kara begitu melepas pelukannya bersama Delon. "Mentang-mentang kamu keras kepala, tidak bisa diatur. kamu mau borong semua? apalagi? besok-besok, kamu jadi preman saja, sekalian!"

Axelo yang berdiri di samping Kara, menyenggol lengan remaja itu dengan pelan. di sekeliling mereka saat ini, dikelilingi oleh para penonton yang juga penasaran dengan keadaan Delon. namun, seperti terhipnotis, semuanya diam setelah mendengar perkataan Kara, hingga keadaan menjadi hening seketika.

Sedangkan Neo, pemuda itu kini berdiri berhadapan dengan Giri yang dipegang oleh empat pengawal. meski remaja itu terus memberontak, dia tidak segan-segan untuk menampar, maupun menendang dengan keras.

"Jangan sampai aku beranikan diri hukum kamu, ya, Delon!"

Delon mendesis dengan pelan. rasa nyeri yang dia dapat, dia abaikan. bukan karena tidak sakit, melainkan karena perkataan Kara. kepalanya bahkan menunduk begitu melihat tatapan adik bungsu Ayahnya yang terlampau garang. juga, suaranya terdengar amat marah.

"Seandainya kamu tadi mati, gimana, Delon?!"

"Ya dikubur, Kar!"

"Delon!"

"Bang Delon!"

Delon yang masih menunduk, kini mendongak. tubuhnya yang bergerak untuk berdiri, kembali duduk begitu Kara mencegahnya. "Pulang ayo, Kar!" Ajaknya dengan menatap penuh harap kepada adik bungsu Ayahnya itu. "Sebelum Ayah gue bangun!" lanjutnya begitu melihat Neo yang berjalan ke arah mereka.

"Biarin aja bang Ar bangun! biar tahu kalau anaknya kabur!" desis Kara seraya berdiri dengan berkacak pinggang. tatapannya mengedar menatap ke sekeliling yang masih ramai, tangannya lantas turun, dan kini posisinya berdiri dengan tegak. dia tidak menyadari keadaan sekelilingnya yang ternyata dikelilingi banyak orang. saking heningnya, dia sampai mengira jika hanya ada dia, Delon, dan Axelo saja. "Kenapa kalian masih di sini? pulang sana, nanti orang tua kalian cari!" lanjutnya memberi perintah yang disambut grasak-grusuk remaja yang berada di sana.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang