★ D.A - S3 - 10 ☆

12.8K 1.7K 485
                                    

Diantara deretan sepuluh pengawal yang berjejer di taman bagian depan Mansion. ada Delon yang menangis sesenggukan karena merasa seluruh tulang yang ada di tubuhnya remuk. dari telapak kakinya yang memiliki banyak goresan, sampai siku, jari, bahkan perutnya juga. belum lagi keningnya yang benjol akibat terantuk ketika dikeluarkan dari dalam selokan yang dalamnya hampir mencapai satu meter.

Mengenaskan. meski seluruh tubuhnya sekarang sudah terbalut handuk putih bersih. meski benjolan yang ada di keningnya sedang dikompres dengan air hangat. itu semua tidak bisa meringankan rasa sakit yang dia terima. "Ayaaah.. huhuhuuuu.. sakit bangeeet! Anjing itu jahat!" ringis, sekaligus adu Delon ditengah kompresan yang dilakukan oleh Argon. Ayah angkatnya itu dengan setia meniup, serta menekan-nekan benjolan pada keningnya agar tidak semakin membesar.

Sementara hewan berbulu yang dia maki itu tengah asik berlari memutar untuk mengejar ekornya sendiri. di samping hewan itu juga ada sosok pemuda dengan tubuh tinggi yang memakai setelan jas formal. Nitrogenium Argas Cavaliers, anak sulung dari Pangeran Carbonium Cavaliers. itu yang Delon tahu setelah pemuda yang seusia dengan Neo itu memperkenalkan diri secara singkat, sekaligus meminta maaf karena ini terjadi akibat hewan peliharaan yang dia bawa.

"SEKALIPUN KALIAN TIDAK TAHU JIKA ITU ADALAH DELON!---" teriak Kara lantang yang kemudian terdiam guna menekan emosinya yang meledak-ledak. raut wajahnya sudah merah padam karena menahan diri agar tidak melampiaskan emosinya sekarang juga. bagaimana tidak? ketika mobilnya akan masuk ke dalam area Mansion. tatapannya langsung terfokus kepada sosok Kakak sulungnya yang berusaha menenangkan Delon yang menangis histeris. dia bahkan bisa melihat dengan jelas penampilan anak angkat Kakak sulungnya yang terlihat sangat kacau. belum lagi luka goresan yang memanjang dari siku sampai jari. "APA KALIAN HANYA DIAM SAJA BEGITU MELIHAT ORANG LAIN MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN?!" lanjutnya berteriak. kali ini lebih nyaring, kakinya bahkan menendang pengawal yang berdiri di paling ujung dengan penuh emosi hingga pengawal itu terjatuh.

Sepuluh pengawal yang berjejer itu menunduk. tidak berani mendongak, ataupun membalas tatapan marah Kara. mereka semua sudah mengaku bersalah dan meminta maaf karena mengabaikan teriakkan Delon yang meminta tolong. awalnya, mereka dengan lantang menjelaskan jika mereka tidak tahu siapa remaja yang tiba-tiba berlari menghindari kejaran hewan berbulu itu. mereka bahkan menduga jika remaja asing itu anak dari salah satu Maid yang bekerja di Mansion. alasannya.. tentu saja karena penampilan remaja itu yang sangat kacau. bahkan terlihat seperti tuyul karena berkeliaran hanya memakai atasan berupa singlet putih.

Tentu saja, alasan yang para pengawal itu utarakan tidak diterima oleh Kara hingga berujung memberikan pukulan telak kepada mereka dengan penuh emosi. nyatanya, pukulan tidak seberapa itu tidak sebanding dengan amarahnya yang kian meledak begitu melihat kondisi mengenaskan Delon.

"KALIAN MANUSIA, BUKAN?!" hardik Kara, lagi. kakinya bahkan tidak bisa diam, terus saja melangkah melewati barisan para pengawal itu dengan penuh amarah. "KALIAN TIDAK PUNYA EMPATI, HAH?!"

"Em---empati itu angka tiga terbalik yang terletak di dekat lambung, 'kan, Om?"

"APA?!" sentak Kara galak begitu mendengar ucapan Delon yang tiba-tiba terdengar. padahal tadi, anak angkat Kakak sulungnya itu tidak henti-hentinya menangis karena benjolan pada keningnya tengah dikompres. namun, remaja itu masih sempat-sempatnya untuk menyahut.

"Kara!" tegur Argon begitu merasakan tubuh Delon tersentak karena bentakan Kara. adik bungsunya itu memang terlihat sangat marah sekarang. dia juga begitu. namun, untuk saat ini dia lebih fokus mengobati luka putranya yang terlihat di beberapa bagian. napasnya bahkan terdengar sangat memburu, terlebih saat mendengar rintihan kesakitan putranya. pun, dengan emosinya yang dia tekan mati-matian agar tidak meledak detik ini juga. "Kau terlalu bertele-tele, Kara. selesaikan dengan segera!" lanjutnya memberi perintah. dia benar-benar jengah mendengar teriakkan menggelegar adik bungsunya sejak tadi. putranya ini juga tidak ingin masuk ke dalam Mansion jika Kara tidak ikut masuk.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang