"Delon!"
Tepukan kecil Argon lakukan di pipi kanan Delon agar putranya itu segera terbangun. pagi sudah menyapa, sang mentari juga sudah terlihat bersinar dengan sempurna. begitu pula dengan tubuhnya yang sudah bersetelan jas lengkap. kemeja hitam, jas hitam, dan bawahan berwarna senada. "Ayah akan ke kantor, Delon. kau ingin ikut Ayah?" ujarnya menawari begitu kelopak mata Delon sudah terbuka. putranya itu membalas tatapannya dengan mata menyipit.
"Ayaaah.." Delon bergumam lirih. kelopak matanya masih terasa sangat berat, begitu juga dengan rasa kantuk yang masih mendera. dia bahkan baru menutup kelopak mata untuk tidur begitu suara Ayahnya terdengar membangunkan. "Ngantuk---" lanjutnya meracau yang seketika kembali tertidur.
Gerakan Argon yang memasang jam di pergelangan tangan kiri terhenti. kepalanya sontak menggeleng begitu melihat kelopak mata Delon yang terpejam, lagi. putranya itu bahkan kembali memeluk guling. tidak tega untuk membangunkan putranya yang memang terlihat masih mengantuk, dia lantas menunduk untuk membubuhkan kecupan singkat di kening putranya itu. "Ayah akan kembali secepatnya, Delon!"
💘
Kelopak mata Delon yang terpejam. kini, bergerak-gerak dengan pelan. tubuhnya juga menggeliat kecil sebelum memutuskan untuk merubah posisi tidurnya menjadi telentang. lantas, begitu merasakan ke-kosongan di sisi kiri, kepalanya sontak kembali menoleh ke sisi kanan. ternyata sama saja, dia tidak menemukan sosok Ayahnya itu di sana. justru, adik bungsu dari Ayahnya yang dia lihat. "Kara?"
Kara yang sejak tadi duduk di samping tempat tidur dan fokus membaca buku, sontak mengangkat kepala hingga tatapannya bisa melihat Delon yang kini duduk menyandar. "Kamu sudah bangun, Delon?"
"Lo liatnya gue masih tidur, Kar?"
Kara menggeleng pelan. Delon ternyata masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah sedikitpun dari anak angkat Kakak sulungnya itu. meski wajahnya sudah berbeda, tetapi sikap yang dulu masih melekat dengan utuh sampai sekarang. "Kamu masih suka marah-marah, ya, Delon?"
"Terus, masalah buat lo, Kar?"
Kara sontak menggeleng. kacamata baca yang dia pakai, dia lepas. begitu juga dengan buku yang dia pegang, dia letakkan di atas nakas. "Bang Ar titip kamu sama aku, Delon." ujarnya memberitahu. begitu melihat respon Delon yang ingin bertanya, dia sontak kembali melanjutkan. "Bang Ar ke kantor buat urus dokumen yang sudah kamu rusak."
Delon refleks menggaruk kepalanya pelan. dokumen yang dimaksud oleh Kara, pasti merujuk pada dokumen yang dia beri tanda tangan beberapa hari yang lalu. padahal, seandainya mereka tahu jika tanda tangannya begitu mahal. mereka pasti akan sangat berterimakasih karena mendapat tanda tangannya secara cuma-cuma.
"Kamu denger aku, 'kan, Delon?" tanya Kara begitu Delon terdiam dengan senyum mengembang. kepalanya juga menggeleng melihat wajah anak angkat Kakak sulungnya yang tidak ada bedanya ketika baru bangun tidur, tetap terlihat sama. lucu, menggemaskan, manis.
Delon mendengus. senyumnya kembali surut. dan kini, digantikan dengan raut kesal. "Denger lah, lo kira gue budek, apa? tapi asal lo tahu aja, Kar. semua yang gue denger keluar lagi lewat telinga kiri!"
Kara menggeleng sembari mengulum senyum. pantas saja, pikirnya. anak angkat Kakak sulungnya itu selalu mengangguk jika diberi nasihat. akan tetapi, tetap saja melakukan apa yang dilarang. itu artinya, Delon mendengarkan. namun, tidak menyimpannya di otak. atau, justru keponakannya itu memegang prinsip larangan adalah perintah? "Mau heran, tapi ini kamu, Delon."
Delon merenggut. dia yang akan bergerak untuk kembali berbaring, justru gagal begitu Kara dengan gerak cepat mengangkat tubuhnya dari atas tempat tidur. "Apaan, sih?!" dengusnya kesal seraya memberi cubitan kecil di lengan adik bungsu Ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different, D.A || Selesai ||
Cerita PendekIni kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan Kara. Tapi, ini juga akan menceritakan kisah Argon dan Delon yang statusnya sudah berubah, yakni me...