Delon sontak melepas tangannya yang tadi menekan jarum suntik yang awalnya akan menyentuhnya beralih menyentuh punggung tangan Argon, ringisan Ayahnya itu terdengar sesaat setelah jarum suntik itu menusuknya dengan keras.
Logan beserta Dokter Ghost keluar dari sana setelah Argon memberi perintah. dan di ruangan ini hanya ada dia dan Delon berdua.
"A--apa?" tanya Delon mendongak. tubuhnya beringsut menjauh, namun Argon justru menekan kedua pundaknya hingga dia kembali menyandar pada sandaran kasur.
Rahang Argon mengeras dengan tatapan tajam yang tertuju kepada Delon. dia tatap putranya dengan raut marah yang kentara.
"Shhh.. Yah, sakit!" ringis Delon begitu merasakan tangan Argon yang semakin menekan pundaknya dengan kuat.
Seakan tuli, Argon semakin menekan dengan kuat tanpa memperdulikan ringisan Delon. "Sudah Ayah katakan untuk menurut kali ini saja, Delon! kenapa kau sangat keras kepala, hah?! kau tidak tahu bagaimana khawatirnya Ayah sejak semalam? ditambah sejak pagi kau tidak mau makan apapun! jika kau terus begini, apa yang harus Ayah lakukan, Delon, apa?! katakan!"
"A----ayah, sa---sakit.."
Argon langsung melepas tangannya yang sejak tadi menekan kedua pundak Delon begitu melihat air mata yang mengalir dari ujung mata putranya. setelah turun dari tempat tidur, kakinya melangkah keluar dari sana tanpa menoleh, meskipun putranya itu memanggil.
Selepas kepergian Argon, Delon terisak dengan menggulung tubuhnya dengan selimut. "A----ayah.." panggilnya lirih dengan menatap pintu kamar yang tertutup rapat.
♡♡
Rasanya disayang Ayah gimana, sih?
Mau mengeluh, tapi kata bang Angger nggak baik. selama ini gue nggak pernah iri, ataupun dengki sama kehidupan orang lain. tapi, tiap kali liat orang lain yang bahagia sama Ayahnya, di sana rasa iri gue muncul. gue tahan, karena gue pernah punya Ayah, tapi nggak sebahagia orang lain.
Gue beruntung punya Kakak yang sayang banget sama gue. namanya Angger, dia yang gantiin posisi Ayah di hati gue, dia sayang gue, dia didik gue layaknya seorang Ayah. tapi gue masih belum bisa berubah, karena sebaik apapun didikan orang lain, tidak akan sebanding dengan didikan seorang Ayah. karena sosok Ayah merupakan figur penting bagi anak laki-lakinya.
Tuhan, kalau gue berharap punya Ayah yang sayang sama gue, mustahil bangeeet, 'kan? ya iyalah mustahil, Ayah gue udah meninggal. gue tahu mustahil, tapi anehnya, gue justru berharap sebelum gue pergi dari dunia untuk selama-lamanya, akan ada sosok Ayah yang sayang sama gue. mungkin mustahil untuk jadi nyata, minimal di mimpi aja deh, nggak pa-pa, gue terima, sama bonusnya ya, Tuhan, hehe...
Buku.. mungkin lo capek gue tulis perihal Ayah tiap hari. tapi nggak pa-pa, lo udah gue beli seharga Rp 3000 minggu lalu, yang tulis juga tangan gue. yang capek gue sih sebenernya, iya deh iya, ini terakhir kali gue curhat sama lo. awas lo kangen gue, bye!
-Delon, 16 Juni 2017.
Argon memijat keningnya setelah kembali membaca curhatan Delon pada buku yang dia ambil di rumah lama putranya itu. setahun lalu, dia benar-benar tidak berpikir untuk mengangkat Delon menjadi putranya. karena saat itu, jiwa Delon masih berada dalam raga adik bungsunya, Kara.
Dan, setelah tahu jika raga Delon ternyata masih ada dan dalam keadaan koma, dia takut, takut jika remaja itu kembali ke kehidupan lamanya. apalagi saat tahu jika remaja itu berharap agar bisa kembali hidup di raga aslinya. pikirannya benar-benar tidak terkendali, hingga semakin berbuat semena-mena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different, D.A || Selesai ||
Historia CortaIni kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan Kara. Tapi, ini juga akan menceritakan kisah Argon dan Delon yang statusnya sudah berubah, yakni me...