★ D.A - 16 ☆

10.6K 1.7K 173
                                    

"Ayah.. Ayah!"

"Keluar!"

"De----delon.. bang Ar marah!" ujar Kara setelah Argon keluar dari dalam mobil. Kakak sulungnya itu diam sejak diperjalanan, tadi. dan sekarang, ketika mobil yang mereka tumpangi sudah terparkir di pelataran mansion, Kakaknya itu keluar tanpa menoleh menatap mereka.

"Kar, lo masuk duluan!" Perintah Delon seraya membuka pintu mobil.

"Tapi, Delon-----"

"Nurut, ya, Kar. biar gue yang urus, ini salah gue!"

"Tapi Delon, bang Ar kalau marah serem!"

Delon mengulas senyum paksa. "Gue udah terbiasa, lo sekarang masuk, Kar!" pintanya dengan melirik Argon yang berdiri tidak jauh dari mereka. Ayahnya itu tengah berbincang dengan seseorang, terlihat dari ponsel yang berada di samping telinga kiri Ayahnya itu.

Kara mengangguk dengan terpaksa. "Nanti kalau bang Ar tambah marah, kamu langsung masuk saja, Delon! jangan dengerin, bang Ar kalau marah suka lupa diri!"

Delon mengangguk. kakinya lantas berjalan mendekati Argon begitu melihat Kara yang sudah masuk ke dalam mansion. "Ayah!"

"Ayah.. dengar dulu!"

Delon langsung diam begitu melihat telapak tangan Argon terangkat. Ayahnya itu memintanya untuk tidak berbicara. "Dengar alasan aku dulu, Ayah!" ujarnya dengan mengabaikan peringatan sang Ayah.

Argon melirik sekilas. "Baik, saya akan ke sana sekarang!" ujarnya yang kemudian mematikan sambungan telepon. kakinya lantas berjalan menjauh tanpa menoleh ke arah Delon.

"Ayah!"

"Ayah harus dengar alasan aku dulu!"

"Apa yang harus Ayah dengar, Delon?" balas Argon dengan terus melangkah ke arah mobilnya yang terparkir. "Ayah salah memberimu kepercayaan. bahkan, keinginanmu yang tidak ingin diawasi oleh pengawal Ayah turuti!" lanjutnya dengan terus melangkah. Delon pasti mendengarnya. karena sejak tadi, putranya itu masih berjalan di belakang.

"Setidaknya dengar alasan aku dulu, Ayah!"

Argon berhenti melangkah. dia tatap Delon yang sudah berdiri di depan. putranya itu menghalangi jalannya dengan tangan terentang. "Alasan apa yang harus Ayah dengar? kalian bolos sekolah dan bersenang-senang? sementara Ayah panik karena kalian tidak ada di sekolah?!"

Tadi, setelah selesai rapat dan jarum jam menunjuk pada angka 1.30, Argon sudah tiba di sekolah. meskipun sekolah akan bubar satu jam lagi. karena tidak ingin membuat Delon dan Kara menunggu, dia justru mengalah dan menunggu sampai sekolah bubar. namun, waktu yang dia korbankan untuk menunggu, jatuhnya sia-sia. sampai sekolah bubar dan semua murid pulang, tanda-tanda kemunculan dua remaja itu tidak ada.

Alhasil, Argon yang sejak satu jam lamanya berada di dalam mobil, langsung keluar untuk memeriksa area sekolah. tempat parkir yang awalnya penuh, kini hanya tersisa beberapa kendaraan saja. kaki jenjangnya melangkah lebar menyusuri koridor, menaiki tangga, lalu berhenti tepat di depan kelas Delon dan Kara.

Sepi, tidak ada seorangpun di dalam sana. Argon yang awalnya tidak berniat untuk masuk, justru melangkah cepat ke arah deretan kursi paling belakang. ada dua tas yang berada di atas meja, dan itu adalah milik Delon dan Kara. dia tidak salah, tas dengan warna baby blue dan hitam itu adalah tas mereka.

Lantas, tanpa membuang waktu lagi. Argon menghubungi Neo untuk memeriksa Cctv yang terpasang di setiap koridor. tujuannya untuk melihat jejak dua remaja yang dia cari. dan, benar saja, kedua remaja itu tidak ada di sekolah setelah jam istirahat.

Mobil hitamnya langsung keluar dari area sekolah untuk mencari keberadaan dua remaja itu disekitar sana. hampir sepuluh menit lamanya, Argon berkendara di sekitar sana. sampai saat mobilnya kembali ke sekolah. hembusan napas leganya langsung terdengar begitu melihat dua remaja itu berada di sana. dia tidak salah lihat, Ethan juga berada di sana. namun, adik tiri Ayahnya itu langsung pergi sebelum dia sampai di sana.

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang