Aku kembali ke dalam aparteman sialan milik si Jongseong setelah ia menyeretku dan menggendongku seperti karung beras ke dalam mobilnya.
Kemudian berlanjut pada malam panas sialannya.
Aku terenggah berusaha melepas cekalan Jongseong yang masih mencekal kedua lenganku erat. "Kau sudah selesai kan? Jadi lepaskan aku." Desisku sementara ia terdiam menatapku sesaat dan memelukku erat. "Tidak."
"Kau benar-benar gila!" Teriakku dan ia masih memelukku dari samping. Lantas mengecupi bahu telanjangku lamat tanpa melepas tautan. "Kau masih ingat proyek musim panas itu?"
"Persetan Jay!"
Ia terkekeh dan semakin mengeratkan pelukan. "Aku tidak menyangka akan mendapati pernyataan cinta saat kecil dulu."
"Tutup mulutmu Jay!"
"Aku bahkan masih ingat bunga apa yang kau berikan padaku saat itu." Katanya membuatku semakin mencoba melepaskan diri tapi sialnya kekuatannya seperti babon.
"Apa karna penolakanku membuatmu menjauhiku dulu?"
"Bertingkah seolah aku hanya angin lalu?"
"Cukup sialan!"
Ia terkekeh kecil dan mengecup pipiku sesaat. "Aku tahu jawabannya sekarang." Katanya yang kemudian melepas tautan membuatku mencengkram erat ujung bantal dengan cairan kami perlahan merembes ke paha dalamku.
"Ayo kita mandi terus makan malam yeobo." Katanya menggendongku masuk ke dalam kamar mandi.
Aku yang sudah tak ada tenaga untuk berkelit atau marah-marah pun hanya membiarkannya memandikanku. Lalu memakaikanku jubah mandinya.
"Aku sudah membeli piama pasangan." Katanya ringan dan memakaikanku piama pasangan itu dengan warna pink lembut untukk sementara ia warna biru gelap.
"Tidak perlu bersandiwara. Hanya ada aku disini." Ketusku.
Ia malah tersenyum menepuk kedua pipiku lamat. "Aku tidak bersandirwa Bella."
Aku mendengus keras. Tak mengerti oleh jalan pikiran si sialan Jongseong.
"Ayo, aku buatkan sup ayam sepertinya enak." Katanya menuntunku keluar kamar ke counter dapur.
Aku memperhatikannya yang memasak dengan telaten sampai selesai. "Aku bisa sendiri." Kataku tapi ia tak mendengarkanku dan mulai menyuapiku seperti bayi besar.
"Apa kau sengaja bersikap seperti ini?" Tanyaku dan ia terdiam menatapku lamat. "Aku tidak bersandiwara Bella. Ini aku lakukan semata karna aku ini suamimu."
"Persetan." Umpatku dan ia mencubit mulutku keras. "Yak!"
"Dilarang berbicara kasar." Katanya lalu mengecup bibirku sekilas.
"Jangan sembarang cium!"
"Kenapa? Itu hak aku sebagai suamimu."
"Perset--" Aku bungkam saat melihat pelototannya yang semakin membuatnya mirip sekali dengan angry bird.
"Apa?"
"Tidak." Aku kembali mengunyah makanan yang ia suapi. Begitu seterusnya sampai makan malam pun selesai.
Ia menuntunku ke kamar milikku dan malah ikut tidur di sampingku. "Kenapa tidur disini?"
"Bukankah suami istri memang tidur satu ranjang?"
Aku mendengus jauh lebih keras. Rasanya berdekatan dengan si Jongseong mendadak membuatku seperti kosplay menjadi banteng.
"Terserah." Ketusku dan berbalik memunggunginya. Ia malah memelukku dari belakang sambil bersenandung menyanyikan lulabby membuatku semakin mengantuk.
Hampir tertidur jika Jongseong tidak membalik tubuhku untuk menghadapnya dan mengeratkan pelukan. Sampai wajahku tenggelam di ceruk lehernya yang beraroma musk pekat.
Kalau begini bagaimana mungkin aku tidak mencintaimu lagi Jay?
••••
Aku pergi ke kampus di pagi buta sekali untuk menghindari si Jongseong meski tidak ada kelas apapun di kampus.
Lantas memilih berdiam diri di perpustakaan kampus dengan pikiran penuh sampai Sunghoon datang mendekat membuatku gelagapan.
"Kau ada kelas?" Tanyanya yang kemudian duduk di sebrangku.
"Yah. T-tadi p-pagi." Kataku terbata dan ia hanya mengulum senyum sepertinya mengetahui kebohonganku.
"Kau juga?"
"Ada. Tapi sudah selesai." Katanya lalu mengetukkan jari di atas meja terlihat memperhitungkan suatu hal.
"Ingin makan siang bersama?"
Aku menimbang dengan berbagai macam kemungkinan. "Ada satu hal yang perlu kita bicarakan."
"O-oh apa?"
Ia beranjak dan menunduk berbisik padaku. "Mungkin ini bisa membantumu berpisah dari Jongseong."
Aku yang mendengar hal itu segera mengangguk menyetujui. Sampai di koridor menuju parkiran kami berdua berpapasan dengan Yoonji yang menatap kami heran. "Kalian mau pergi kemana?" Tanyanya dengan nada tak suka yang terselip.
"Hanya tak sengaja berpapasan saja." Kataku cepat. Takut Yoonji berpikir macam-macam.
"Oh ya?" Yoonji bersidekap tampak tak yakin. "Kau tidak pandai berbohong Bella."
"I-tu--"
"Kita akan makan siang di cafetaria. Kalau kau mau, ayo ikut."
Okay. Itu seperti bukan percakapan pada seorang istri omong-omong. Jadi aku sedikit melirik tak suka pada Sunghoon.
Apa keluarga Park memang begitu ya memperlakukan para pasangannya?
"Okay. Aku juga belum makan siang." Katanya yang kemudian menggandengku alih-alih Sunghoon.
Kami bertiga pun jalan beriringan menuju cafetaria. Makan siang seperti biasanya dengan banyak sekali mata yang memandang penuh tanya.
Aku mencoba untuk makan seperti biasa saja tapi karna terlalu gugup malah jadi tersedak. Yoonji dan Sunghoon dengan sigap menyodorkanku minuman satu sama lain membuatku terkesiap.
"Minum." Yoonji membawa tanganku untuk menerima gelas miliknya yang aku pun segera meminumnya.
Setelah itu rasanya semakin aneh. Suasana semakin memberat dan aku ingin pergi saja. "Oh aku lupa ada kelas tambahan." Kataku berdusta lagi.
"Aku duluan ya." Sambungku yang dengan cepat meraih tas selempangku dan berlari menjauh dari keduanya.
Aneh. Aku serius merasakan ketegangan luar biasa di antara mereka berdua. "Bella!"
Aku berbalik karna ada satu suara yang memanggilku ternyata itu kak Beomgyu. "Akhirnya aku menemukanmu Bella."
"Ya, ada apa kak?" Tanyaku bingung dan ia menepuk bahuku tampak lega.
"Sekarang ikut aku."
"Kemana?"
"Kau tidak tahu? Jongseong akan balapan di arena malam ini." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...