57. Gone

1.7K 264 32
                                    

Bella menatap Jongseong dan Jay bergantian dengan mulut yang sengaja ia tutup saking kagetnya, "K-kok Jay jadi ada dua?"

Jay yang mendengar itu pun tertawa sementara Jongseong tetap dengan wajah datarnya, "Kenalannya di tunda dulu. Ayo ke sekolah." Katanya menarik tangan Bella.

Jay menyamai langkah dan ikut menarik satu tangan Bella yang lain, "Dia kakak kembarku, namanya Park Jongseong." Katanya memberitahu sementara Bella melirik Jongseong yang membuat jantungnya kembali berdebar anomali.

"Ah, begitu ya."


SWEET AND SOUR


PLAKK

Satu tamparan dari ayah kudapatkan dan aku terpaku menatap lantai rumah sakit dengan nyeri. Meski kutahu bahwa respon ayah akan seperti ini saat mendapati kabar anak kesayangannya terbaring kritis karnaku.

"Yeobo sudah." Suara tante Jisoo menelisik memberiku rasa nyeri dan percikan amarah. Kalau saja orang di hadapanku ini tak memohon mengiba pada ibu mungkin aku tidak perlu mengucap janji pernikahan dengan Jongseong.

"Kalau saja kau dengarkan ayah sejak awal Bella, mungkin tidak akan seperti ini."

"Seulhae sudah lama menderita kenapa tidak sedikit saja kau ingin mengalah?"

Mengalah ya?

"Lihat sekarang perbuatanmu? Seulhae di ambang batas. Sudah puas sekarang menyakiti adikmu sendiri?"

"Ya, aku puas sekali." Kataku gemetar dengan isak tangis yang kutahan sedemikian rupanya dan ayah akan menamparku lagi.

Namun Jongseong datang segera menahan tangan ayah, "Sudah cukup ayah." Katanya dan ayah menyentak tangannya kembali terduduk di ruang tunggu operasi dimana Seulhae masih mendapati pertolongan.

Sementara Jongseong menatapku redup dengan rasa sesal terselip membuatku muak sendiri, "Jangan pedulikan aku. Aku akan pulang sendiri." Kataku dan beranjak pergi dari rumah sakit tanpa ia kejar sedikitpun.

Aku berjalan dengan pandangan kian mengabur lantas terisak keras yang sesekali memukul sedikit dadaku untuk menguranhi rasa sesak di dada.

Rasanya tak menyangka akan sesakit ini, seperti keseluruhan tubuh dan hatiku nyeri luar biasa yang sulit kuterka dalam untaian kata.

"Hiksssss..."

"Bella.."

Aku terdiam dan semakin terisak saat melihat Yoonji yang segera aku berlari memeluknya. "Ji hiksss.."

"Tak apa, sudah tak apa." Katanya membalas pelukanku, "Sekarang ikut aku, kita pergi dari keluarga sialan itu, kau mau kan?"

Aku mengangguk tanpa pikir panjang. Aku hanya ingin pergi menghilang dan tak di temukan oleh siapapun terutama Jongseong.

"Ayo." Yoonji membawaku masuk ke dalam mobilnya yang segera ia jalankan, "Kita akan pergi ke pulau yang aku siapkan Bella. Kita bersembunyi disana dulu."

"Dengan apa?" Kataku setelah berhenti menangis dan ia malah terkekeh mengusap kedua pelupuk mataku, "Jangan menangis lagi, percayakan semuanya padaku."

"Iya tapi kita pergi dengan apa? Kita harus ke rumahku dulu untuk mengambil pasport."

"Hei, hei tenanglah." Katanya mengusap kedua bahuku setelah mobil berhenti di lampu merah. "Aku sudah menyiapkan semuanya, jadi jangan khawatir."

"O-okay." Aku menarik nafas dengan benar mencoba menenangkan kecemasan dan kegelisahanku.

"Kita perlu menghilang dalam beberapa tahun untuk bisa lepas dari keluarga Park. Mereka yang tak tahan pasti akan menceraikan sebelah pihak dan setelah itu kita baru kembali Bella."

"Itu ide yang bagus." Kataku setengah tak yakin. Rasanya terlalu mudah untuk lepas dari jeratan keluarga sialan Park yang punya segudang rencana manipulatif.

"Percaya padaku Bella, mereka tak akan kuat dengan segala rumor yang menjatuhkan nilai saham perusahaan."

"Begitu ya, kita perlu menghilang dan semuanya beres." Kataku yang dengan gemetar mengusap perutku.

Lantas aegi bagaimana?

"Aku bisa menjadi ayahnya."

"Huh?!"

Yoonji kembali menjalankan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah hijau, "Maksudku aku bisa menjadi peran ayah yang anakmu butuhkan Bella."

"Aku tidak mengerti." Kataku dan Yoonji hanya tersenyum jenaka. "Sudahlah jangan terlalu banyak berpikir, sekarang istirahatlah karna perjalanan menuju pulau itu cukup lama."

Aku mengangguk dan melirik Yoonji yang mengusak puncak kepalaku sesaat sebelum kembali menyetir dengan benar. Sementara aku yang retih menghadapi seharian ini pun perlahan tertidur dan saat terbangun karna Yoonji membangunkanku.

Saat terbangun aku baru menyadari tengah berada di kapal pesiar besar yang memuat mobil, motor dan bahkan bus. Suara hiruk pikuk para penumpang terdengar seperti dengungan lebah.

Aku berpegangan pada pagar pembatas kapal dan melihat seberapa luasnya kapan ini. "Maaf ya, aku cuman bisa membeli tiket ekonomi untuk menghemat disana."

Ah. Sial. Aku lupa mengantongi uang dan blackcard dari Jongseong. Tapi kalau aku memakai blackcard miliknya ia pasti akan bisa melacakku dengan mudah.

"Aku hanya punya ini." Kataku menarik cincin pernikahanku dengan Jongseong dari jari manisku dengan berat hati. "Mungkin ini bisa membantu."

Yoonji malah melirik dengan iritasi, "Jauhkan itu dariku. Kalau perlu buang saja kelautan."

Aku tidak menerima saran itu. Lebih baik di simpan di kantong karna melihat cincin itu membuatku ingat rupa Jongseong yang memuakkan.

Si tukang selingkuh dan manipulatif.

"Aku sudah membuang cincin pernikahanku juga." Katanya sambil merentangkan tangan dan tersenyum menatapku, "Kau tahu Bella, ini adalah hari paling membuatku bahagia."

"Karna bisa lari dari keluarga Park?"

Yoonji mengangguk, "Terutam si Sunghoon." Tambahnya menggebu seolah menyimpan berbagai macam amarah. "Sepertinya Sunghoon juga sama buruknya dengan Jongseong?"

"Bisa dikatakan begitu tapi kupikir Jongseong lebih brengsek."

"Aku setuju sekali untuk hal itu." Kataku mengepalkab kedua tanganku dengan jemari gatal ingin melempar cincin pernikahan ke lautan.

"Dasar brengsek, bajingan. Aku membencimu Park Jongseong."

"AKU SANGAT MEMBENCIMU PARK SUNGHOON!!" Teriak Yoonji keras sekali dan menyenggol lenganku. "Ayo, lakukan juga."

Aku berdeham dan melirik orang-orang di sekitar yang beberapanya melihat kami aneh tapi masa bodolah, "AKU MEMBENCIMU PARK JONGSEONG! SEMOGA KAU JATUH MISKIN!"

Setelah itu aku pun tertawa begitu pun dengan Yoonji yang perlahan tawaku pun berubah menjadi isak tangis yang melebur bersama suara deru lautan.

Aku mencintaimu Jongseong, sampai sesakit ini. []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang