61. Handycam

2K 275 52
                                    

Setelah konversasi antara aku dan Jay selesai. Aku segera pulang ke rumah di Myeongdong untuk mencari surat pernikahanku.

Melihat dengan jelas bahwa nama Park Jongseong dan aku terpeta jelas dalam surat pernikahan. Tapi apa maksud dari perkataan si Jay yang mengatakan bahwa dia suami sahku masih tidak kumengerti.

Sampai pintu utama terketuk dan menampilkan Jake yang menatapku kelewat khawatir. "Kau tak apa?"

Aku mengangguk dan sedikit heran akan presensinya yang mengetahui keberadaanku di rumah ini. "Aku pikir Jay melakukan hal gila lagi." Katanya menghela nafas terdengar begitu retih sehingga aku menawarkan dia untuk duduk di bangku halaman depan rumah.

Tidak baik membawa lelaki lain ke dalam rumah tatkala Jongseong tak ada. "Mau minum apa?"

"Apa saja." Katanya menyandarkan punggung dengan nafas yang masih memburu. Aku pun kembali bangkit masuk membuatkan minuman di pantry tapi terdiam setelah ingat bahwa rumah ini tak di huni selama beberapa bulan.

Bahkan banyak bahan makanan yang sudah basi membuatku mual.

"Lama sekali." Keluh si Jake yang nyelonong masuk saja. "Wah berapa lama rumah ini tak di huni?"

"Beberapa bulan." Kataku lalu menatapnya tak enak, "Minumannya pesan online saja ya, tak apa?"

"Sudahlah. Aku juga akan pergi." Katanya lalu memberiku satu handycam membuatku mengernyit heran. "Ini rekaman yang Jongseong buat untukmu Bella."

"A-apa?"

Jake menghela nafas dan menatapku sulit, "Maaf atas kesalahpahamanku selama ini Bella. Aku hanya terlalu fokus atas kesakitan sahabatku Jay tanpa tahu jika kau dan Jongseong adalah korban keegoisan sahabatku."

"Ini dengarkanlah apa yang ingin Jongseong katakan." Katanya membuatku perlahan menerima handycam itu.

"Aku pergi. Hati-hatilah dan kalau bisa cepatlah pulang ke rumah ibumu karna itu adalah tempat paling aman untukmu Bella."

Setelah Jake pergi. Aku masih diam di dalam rumah karna masih belum siap bertemu dengan ibu, Sunoo dan terutama kak Taehyung.

Aku pasti di marahi habis-habisan karna menghilang setelah beberapa bulan lamanya tanpa kabar apapun.

Lantas membuka handycam yang hanya memiliki satu vidio dengan durasi panjang. Aku pun mulai memutar vidio itu dengan jantung bertalu gelisah.

Aku takut akan kebenaran apa lagi yang akan aku ketahui.

Terlihat dari layar Jongseong yang terlihat pucat dan kuyu. "Hai yeobo.." Sapanya sambil tersenyum yang membuat kedua mataku memanas.

"Kalau kamu melihat vidio ini mungkin aku sudah tidak bisa berada di dekatmu lagi, maaf ya. Kau mau kan memaafkanku lagi?"

"Hei, jangan menangis, sayang.."

"Hiksss.." Aku membekap mulutku dan menjeda vidio itu sesaat. Yang kemudian dengan gemetar melanjutkan vidio itu lagi.

"Aku kalah sayang, aku tak bisa mengalahkan adikku karna aku begitu menyayanginya. Aku tak sanggup menyakitinya bahkan sedikitpun itu."

"Aku terlalu menyayangi Jay sampai tak bisa menolak semua permintaannya."

"Kau pasti tidak mengingat Jay karna hipnoterapi yang ayahmu lakukan. Tapi yang harus kau ketahui bahwa kalian berdua dulu teman dekat saat sekolah dasar."

"Dia sangat mencintaimu Bella. Sangat, bahkan mungkin melebihi dirinya sendiri. Ia melakukan segala cara untuk memilikimu."

"Ia sengaja menculik Seulhae saat sumpah pernikahan untuk merealisasikan rencananya."

"Aku harus menikahimu dan membuatmu mencintaiku sebagai dirinya. Makanya kau ingat kan, mengapa dulu aku menyuruhmu memanggilku dengan nama kecilku Jay?"

"Itu agar dalam ingatanmu bahwa aku ini Jay dan setelah ia berhasil menjalankan operasinya itu barulah ia bertukar tempat denganku Bella."

"Tapi operasi yang ia lakukan gagal sayang, ia murka. Dan memburuk tatkala aku menyadari bahwa aku mencintaimu yeobo, sangat.."

"Aku tidak ingin bertukar posisi dan membiarkan Jay merebutmu dariku."

"Aku mencintaimu..." Ia terisak dalam membuatku ikut terisak. "Aku juga mencintaimu Jongseong.."

"Aku memohon padanya untuk merelakanmu bersamaku. Tapi apa yang kudapat adalah dia menghabisi Seulhae di depan kedua mataku Bella."

"Seulhae..." Ia menjeda terisak dalam. "Ia tahu cara bagaimana membuatku menderita Bella."

"Dia membuatku menderita oleh rasa bersalah berkepanjangan."

"Aku bahkan belum bisa memaafkan diriku atas apa yang telah kedua bajingan temannya yang telah memperkosa Seulhae sampai ia hamil Bella."

"Sekarang aku harus menanggung rasa bersalah melihatnya merenggang nyawa karnaku Bella. Semua itu membuatku gila, aku pikir aku akan kehilangan kewarasan oleh rasa bersalahku.." Ucapnya tersendat dalam isak tangisnya yang kian tergugu.

"Maaf, maafkan aku Bella. Aku tak sanggup lagi. Dan berharap handycam ini tidak pernah kau putar."

"Aku berharap kau tetap dalam pelarianmu dan tidak akan pernah kembali menginjak Seoul."

"Aku berharap kau tidak pernah bertemu keluargaku lagi terutama Jay."

"Aku berharap kau bahagia di luaran sana meski bukan denganku sayang.."

"Aku benar-benar mengharapkan kebahagiaanmu."

"Jadi jika kau pada akhirnya kembali ke Seoul dan menerima handycam ini maka tolong, pergilah sayang."

"Pergilah sejauh mungkin dan jangan pedulikan aku. Kau harus ingat, kau berhak bahagia dan bersamaku bukanlah kebahagiaan untukmu Bella."

Jeda sesaat. Hanya suara gema isak tangis Jongseong bersahutan denganku sampai vidio itu menampilkan layar hitam dan selesai.

Aku masih terisak memeluk handycam itu sampai suara deritan pintu utama terdengar membuatku memghentikan isak tangisku. "Bella, aku tahu kau ada disini." Katanya menggema di sekitaran rumah.

Aku dengan sangat hati-hati tanpa menimbulkan suara bersembunyi di balik lemari hias di ruang tengah dengan jantung bertalu.

"Bella, ayolah keluar. Aku tak akan menyakitimu sayang.."

Ia bersiul dan mengitari sekitar ruangan, "Ayo Bella, kita harus menemui dokter Sehun." Katanya terdengar tak sabaran.

Derap suara langkahnya terdengar masuk ke dalam kamar membuatku berusaha keras berjalan lebih cepat menuju pintu utama.

"BELLA!"

Ah sial. Aku berlari sekuat yang aku bisa yang sialnya sekitaran komplek disini begitu sepi. "TOLONG! TOLONG AKU!!" []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang