62. In Silence

1.9K 269 62
                                    

Jay terus menarikku kembali ke dalam rumah dengan cengkramannya yang tak manusiawi dan mendorongku kasar ke lantai sampai aku menjerit nyaring.

Rasanya sakit, sakit sekali. Sampai aku mencengkram perutku dengan tubuh gemetar merasakan rembesan darah keluar begitu banyak sampai turun ke betisku. "Itu hukuman untukmu Bella."

"Aku akan membuatmu kehilangan anakmu dengan si Jongseong."

"Tolong Jay, ini sakit sekali... kumohon bawa aku ke rumah sakit.." Aku memeluk kakinya erat dengan gemetar dan pandangan kian membuaram oleh air mataku. "Kumohon Jay..."

Ia menarik suraiku erat dan menatapku bengis, "Kenapa kau lari tadi huh? Kau takut padaku?"

Aku menggeleng dan ia mendecih menamparku keras. "PADAHAL AKU BEGINI KARNA MENYELAMATKANMU BELLA!!" Teriaknya dan kemudia mencengkram kedua bahuku erat.

"Kau seharusnya berterima kasih bahkan merelakan keseluruhan hati dan tubuhmu untukku Bella. Kalau bukan aku, kau dulu pasti sudah hancur."

"Kau tidak akan punya masa depan karna dua psikopat itu."

Aku yang meski tidak mengerti apa yang ia katakan hanya mengangguk dan mengatupkan kedua tanganku. "Aku mohon maafkan aku Jay-ya.. maaf, kumohon maafkan aku."

"Aku tidak butuh maafmu. Aku hanya butuh kau Bella." Katanya dengan nada suara kian merendah dan perlahan mengusap air mataku. "Aku mencintaimu sayang, kau itu milikku."

Lantas memangutku ke dalam ciumannya membuatku berusaha keras mendorongnya sampai ia melepas pangutan dan kembali menamparku.

"DASAR SIALAN!" Desisnya memaki dan mencengkram erat kerah blus yang aku pakai membuatku semakin terisak, "Kau kenapa tidak ingin menciumku huh? Apa karna wajahku ini menakutkan seperti monster?"

"Itu salah Jay, aku ini sudah menikah dengan kakakmu. Aku istri kakakmu Jongseong." Kataku mengingatkan dan ia terkekeh psikopat yang membuatku ngeri berusaha menyeret tubuhku menjauh darinya dengan kesadaran yang sudah di ambang batas karna rasa sakit di perutku.

Aegi, kumohon bertahanlah nak..

SWEET AND SOUR

Jake menatap Jongseong yang masih duduk termanggu dengan tatapan kosong lantas berjalan mendekat sementara Anna mengikuti.

"Kau sudah tidak memberikan obat itu lagi, kan?"

Anna mengangguk takut dan meremat sisi pakaian perawatnya cemas. "Aku sudah melakukan apa yang kau mau. Jadi tolong, sembunyikan hal ini dari kepala perawat."

"Kau boleh pergi, An."

"Kau sudah berjanji Jake." Desisnya.

"Kalian berisik sekali." Keluh Jongseong dan Jake mendekat mencengkram bahunya erat, "Kau sudah sadar?"

"Hn." Jongseong mengangguk dan mengurut pelipisnya sesaat. "Kepalaku saja yang sakit."

"Itu efek samping dari obat yang kau minum selama ini atas perintah Jay."

"Obat apa?"

"Obat untukmu halunasi berat sampai kau terlihat seperti orang tidak waras."

"MWORAGO?!" Jongseong tercekat dan menatap sekitar yang baru menyadari bahwa ia berada di satu ruang rawat, "Aku bukan di rumah sakit jiwa, kan?"

"Sayangnya iya Jongseong."

Jongseong berdecak segera berdiri gusar, "Sudah berapa lama aku disini? Bella, apa dia masih belum di temukan?"

"Kau sudah di rawat hampir setengah tahun disini Jongseong dan Bella--" Ia menjeda sesaat dengan satu hela nafas berat kemudian melanjutkan, "Kemarin ia menjengukmu setelah ditemukan keberadaannya oleh keluargamu."

"Apa dia baik-baik saja? Apa aku menyakitinya lagi?"

"Dia menangis karna tak tega melihat keadaanmu. Aku juga tadi bertemu dengannya di rumah kalian di Myeongdong dan sudah memberikan handycam itu."

Jongseong segera melepas jarum infusnya, "Aku harus pergi." Katanya beranjak dan terkesiap mendapati Anna masih di dalam ruangan, "Siapa kau?"

"Aku perawat disini." Anna membungkuk sesaat memberikan salam dan melirik Jake yang membuang muka.

"Dia suruhan si Jay tapi aku sudah mengurusnya jadi jangan khawatir."

Jongseong melirik setengah hati tapi tetap mengangguk, "Dari semua kegilaan ini aku hanya percaya kau Jake."

"Baguslah."

Jongseong pun beranjak pergi tapi sebelum keluar ia menatap Jake sesaat, "Terima kasih telah memilih berada di pihakku Jake." Katanya dengan satu senyuman tulus membuat Jake juga ikut tersenyum lega.

Keputusannya tidak salah meski harus mengkhianati sahabatnya

"Cepat pergi temui istrimu Jongseong." Katanya sambil memberikan kunci mobil miliknya.

Jongseong terus berlari menuju parkiran dan segera menjalankan mobil Jake menuju rumahnya bersama Bella di Myeongdong.

Ia terus menjalankan mobil dan tercekat tatkala mendapati rem mobil miliknya blong. Ponsel di dashboard berdering nyaring membuatnya panik segera mengangkat sambungan.

"Bagaimana Jongseong? Kau pasti panik sekarang."

"SIAL KAU JAKE! KAU BILANG MEMIHAKKU!"

"Aku tidak memihak siapapun Jongseong. Aku hanya ingin membalaskan dendam Seulhae."

"KEPARAT!"

"Seulhae terlalu banyak menderita. Aku hanya membalaskan dendam gadis yang teramat kucintai."

"Kau, Jay, dan Bella pantas mati untuk penebusan kesalahan yang telah kalian lakukan pada Seulhae."

"Kau tahu kenapa aku membuatmu waras sekarang? Agar kau mengingat rasa sakit kematianmu Jongseong seperti apa yang Seulhae rasakan."

"Kau akan mati sebentar lagi, begitu pun dengan Bella yang akan mati di tangan adikmu sendiri Jongseong."

"KEPARAT KAU JAKE!! AKU MENERIMA KAU MELAKUKAN APAPUN PADAKU TAPI TIDAK DENGAN BELLA!"

Jake terbahak di sebrang sana yang segera Jongseong mematikan ponsel ntah milik siapa dan berusaha menjalankan mobil dengan stabil.

Lantas dengan gemetar menghubungi polisi untuk memeriksa rumahnya di Myeongdong. "Aku mohon selamatkan istriku, dia dalam bahaya sekarang."

Ia membanting stir kemudi tatkala satu truk berjalan menujunya dan yang ia rasakan persekon kemudian mobilnya yang berguling-guling.

Dirinya yang remuk redam mulai kehilangan kesadaran dan sayup redup ia mendengar suara Bella berbisik, "Jongseong, aku selalu mencintaimu bahkan di beberapa kehidupan selanjutnya.." []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang