Aku melihat mobil Jay dari kejauhan sudah hampir mendekat mencapai finish membuatku semakin berdebar gelisah takut mobil Jaemin menyalipnya.
Benar saja. Ntah bagaimana bisa mobil Jay terlihat bermasalah dan mobil Jaemin melesat dengan sempurna menginjak finish membuat sorak sorai semakin memekakan kedua telinga.
Ia keluar dan berjalan menghampiriku membuatku ingin sekali berlari menjauh tapi kak Beomgyu menahanku sampai Jaemin menarikku.
Jay datang menarik tanganku yang lain. "Tidak untuk ini Jaemin." Desis Jay menggertak marah. "Dia istriku."
Jaemin tergelak sarkas yang begitu tajam melihat Jay membuatku terperanggah melihat sisi Jaemin yang seperti ini. Dia itu tipikal orang ramah dan baik di mataku selama ini.
"Kau juga meniduri kekasihku saat itu Jay-ya, kau tidak ingat?"
"A-apa?"
"Tidak Bella, itu--"
"Sudahlah Jay. Bukanhkah kau sendiri yang membuat peraturan di arena?" Kata Jaemin memotong cepat. "Yang menang akan mendapatkan taruhan apapun."
Jaemin menarikku tapi genggaman Jay semakin mengerat pada tangangku yang lainnya. "Bagaimana dengan menghabisiku?" Tawar Jay membuatku menatapnya lamat. Tak menyangka ia akan menawarkan hal seperti itu demi aku.
"Habisi aku sepuasmu."
Jaemin terdiam dan perlahan melepaskan genggamannya dengan satu smirk terlukis di wajahnya. "Itu maumu Jay."
Ia menarik Jay ke tengah arena dan memukulnya berulangkali tanpa perlawanan dari Jay sendiri membuatku tak mengelak akan rasa sakit yang kian merobek hatiku.
Seberapapun aku kesal dan maras atas perselingkuhannya aku tidak bisa melihatnya di pukuli. "Aku mohon hentikan Jaemin kak, kumohon.." Kataku pada kak Beomgyu yang hanya diam seperti yang lainnya.
Ia malah menatapku sinis, "Apa yang kau perbuat sampai Jongseong berubah banyak begini Bella?"
"Aku tidak tahu." Aku menggeleng dan dengan cemas melihat Jay yang kini jatuh tersungkur terus di tendang oleh Jaemin tanpa henti. "Kumohon hentikan Jaemin."
"Kau saja yang kesana Bella. Tinggal rayu si Jaemin untuk tidur dengannya maka semua beres." Katanya congkak dan menatapku merendahkan. "Kau kan sering melakukan itu dengan Jongseong jadi tak masalah bukan di genjot oleh penis lain?"
"Fuck!" Aku meninju wajahnya tanpa tertahankan sampai si Beomgyu sedikit mundur dan mengusap sudut bibirnya yang berdarah karna tinjuku.
"Aku tidak tahu apa salahku sampai kau membenciku Choi Beomgyu. Tapi aku tak segan merobek mulutmu kalau kau menghinaku."
"Oh ya."
"Iya." Desisku sementara ia tertawa meremehkan membuat amarahku semakin di bumbung tinggi dan menendang area privatnya. "Fuckk!"
Toa yang ia pegang jatuh dan aku membawanya sambil mendial nomor darurat polisi agar semua orang mendengarnya. "Dengan Joe ada yang bisa di bantu?" Suara berat dan tegas terdengar di sebrang sambungan.
"Berhenti Bella." Desis Beomgyu mencoba meraihku. Aku mundur dan berkata dengan gemetar yang mungkin akan aku sesali. "Di jalan xxxxx ada balapan liar pak."
"Fuckk!!"
Aku tersenyum puas melempar toa itu pada Beomgyu. "Jangan pernah meremehkanku Choi Beomgyu." Kataku sementara semua orang tampak gaduh dan mencoba melesat pergi.
Aku berbalik dan melihat Jaemin sudah berhenti memukuli Jay yang masih terkapar tampak kesakitan dan terbatuk darah. "Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal gila ini Bella." Katanya mendekat padaku.
"Lebih baik kau melarikan diri Jaemin karna kau tidak ingin kan predikat mahasiswa terbaikmu di kampus terlepas karna tertangkap basah oleh polisi telah melakukan balapan liar?"
Ia malah tersenyum dan mengusak puncak kepalaku. "Kau membuatku semakin menginginkanmu Bella."
"Aku tidak." Kataku dan ia tergelak yang tak aku ambil pusing karna lebih mementingkan Jay yang sepertinya sudah di ambang kesadaran. "Jay-yaa.."
Aku menepuk pipinya, "Kau tidak mati kan?" Tanyaku dan ia terkekeh kecil.
"Tidak sayang." Ia bangkit dengan susah payah kubantu karna ia berat seperti babon. "Ayo pulang."
"Neee..." Aku memapahnya menuju mobilnya. "Park Jongseong!"
APA LAGI SIH SI BEOMGYU ITU.
"Aku hanya ingin memberitahumu kalau Jake kembali dari Ausie."
Jake?
Apa akan ada orang menyebalkan lagi?
"Persetan." Desisnya pada Beomgyu dan tetap berjalan denganku menuju mobil. "Biar aku saja yang jalankan." Kataku mengingat kondisi Jay yang cukup parah sekali.
"Kita juga perlu ke rumah sakit."
"Okay." Katanya menurut dan aku memakain sabuk pengamannya yang menatapku lamat. "Gomawo yeobo.." Ucapnya yang membuat hatiku menghangat.
Sial.
Aku mencoba fokus menjalankan mobil miliknya menuju rumah sakit sebelum para polisi datang. Ia masih sempat memutar lagu playlist di mobilnya sambil bersenandung kecil.
Lantas menekan tombol yang membuat atap mobilnya terbuka begitu saja sampai suraiku berantakkan dan Jay terkekeh melihatku mulai kerepotan segera mengikat suraiku.
"Aku mencintaimu Bella."
"Omong kosong."
Ia tersenyum yang terlihat begitu pahit dan aku mencoba fokus dengan jalanan. "Aku ingin terbiasa." Katanya lirih. "Sampai aku benar-benar mencintaimu Bella Park."
"Karna kau terlalu baik dan tidak pantas aku sakiti terlalu jauh."
Aku diam dan meliriknya sesekali. "Aku ingin menciummu."
Fuck!!!
Ia terkekeh kecil, "Tapi sepertinya tak bisa karna bibirku robek."
"Tapi satu kecupan kecil tak buruk."
Aku hanya mendengus kecil mencoba untuk tetap memusatkan perhatian ke jalanan. "Ayolah. Satu kecupan kecil saja."
"Tidak."
"Kumohonnnn..." Ia merengek kecil seperti anak kecil membuatku menepikan mobil di sisi jalan dan ia tertawa penuh kemenangan.
Aku terdiam karna ini kali pertamanya aku seperti melihatnya benar-benar tertawa. "Aku mencintaimu Bella." Katanya yang terasa membakarku.
Ntah aku senang atau terluka mendengar pernyataan penuh kebohongannya. Yang jelas sepersekon kemudian aku meraih tengkuknya.
Mengecup belahan bibirnya yang terluka dengan repetisi ingatan musim panas saat itu merebak memenuhi pikiranku. "Aku juga mencintaimu Jay-ya." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...