41. Daddy Issue

2.9K 330 14
                                    

Katanya. Semua entitas manusia yang datang pada kehidupanmu secara sengaja atau tidak itu memiliki arti tedensi dengan berbagai macam makna.

Peran setiap manusia yang datang juga berbeda. Ada yang memberi kebahagian, kesedihan, kemarahan atau barangkali memberikan rasa takut absolut.

Jake memberikan opsi terakhir. Ia memberikan perasaan takut yang begitu absolut sukar untuk di paparkan dengan jelas.

Ia mengulum senyum dengan manis seolah pantat unicorn mengitarinya tapi perasaan janggal itu ntah mengapa sulit pudar seolah mencekikku.

"Apa maksudmu?" Aku bertanya heran dengan hati yang di tekan erat. Mencoba untuk tidak terlihat takut atau terintimidasi sama sekali. "Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu selain di toko klontong paman Hoseok."

"Ohh sayang sekali ya," Katanya dengan air muka sedih yang di buat-buat, "Padahal aku sudah lama sekali menyiapkan pertemuan denganmu lagi Bella."

"Kurasa kau salah orang." Kataku defensif dan ia tersenyum miring. Ntah kemana air muka manisnya yang tergantikan dengan seraut wajah dingin menatapku.

"Tidak Bella, aku tidak pernah salah." Katanya mengambil satu langkah mendekat membuatku mundur dua langkah menjauh.

"Kak!"

OH DEMI MERLIN! SUNOO!!

Aku melihat Sunoo yang mendekat dan merasa begitu bahagia sekali mendapati eksistensinya. "Kakak ternyata disini." Katanya dengan suara lega dan melirik Jake penuh tanya.

"Siapa?" Tanyanya tanpa suara padaku karna saat di toko klontong tadi sore ia sibuk berbincang dengan Sora jadi tidak bertemu Jake.

Jake yang melihat gelagat Sunoo pun memperkenalkan diri sebagai penghuni komplek baru disini.

Lantas setelah berbasa basi kecil dia pun beranjak menjauh dan aku berharap tidak pernah bertemu dengannya lagi.

"Kakak ngapain kabur segala? Membuat repot saja." Ocehnya kemudian menarik tanganku menuju rumah. "Ibu sampai menangis takutnya kakak di culik."

Aku berdecak tahu kalau itu hanya hiperbolanya saja. "Aku tidak kabur. Hanya mencari angin."

"Saking tidak sabarnya sampai keluar lewat jendela kamar." Ketusnya membuatku diam. Toh membela diri juga percuma. Aku salah.

"Kakak tahu kan kalau ibu, aku dan kak Taehyung itu menyayangi kakak?"

Aku mengangguk kecil dan ia semakin mengeratkan genggaman, "Jadi kalau ada masalah itu jangan di pendam sendiri. Ceritakan saja pada kami, toh seburuk apapun kami akan tetap mendukung kakak." Katanya membuatku terenyuh mengangguk mengiyakan.

Mungkin ini waktunya aku menceritakan segala kondisi rumah tanggaku dengan Jay yang tidak layak untuk di pertahankan.

Tapi sesaat berada di ruang keluarga dengan duduk saling melingkar. Aku malah membicarakan hormon tak stabilku karna sedang hamil.

Sontak mereka bersorak gembira mengetahui kehamilanku dan aku terdiam tak mampu memberi retak luka pada gema tawa mereka.

Mungkin nanti. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk melecutkan mesiu dimana Seulhae berada di antara pernikahanku dengan Jongseong.

••••

Aku bangun dengan suara gaduh ibu yang mengomel di lantai bawah. Mungkin karna kelakuan kak Taehyung atau Sunoo yang terlambat bangun.

Setengah menahan kantuk aku pun beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajah seadanya sebelum turun memakan sarapan yang ibu siapkan.

Ada nasi goreng kimchi kesukaanku.

Ibu mengusap suraiku hangat, "Makan yang banyak nak, sekarang kan ada bayi di perutmu." Kata ibu sambil menambah porsi nasi lagi di piringku.

Aku tak keberatan. Toh masih lapar juga yang membuatku mengernyit biasanya kan ibu hamil itu tidak nafsu makan atau muntah-muntah di pagi hari.

Tapi aku tidak merasakan hal itu. Atau mungkin aku memang tidak hamil?

Iya. Mungkin saja. Bisa saja dokter Yeri keliru dan melesatkan pernyataan salah. "Aku selesai." Kataku segera beranjak menuju kamar untuk bergegas membersihkan diri meski tak ada kelas.

Aku harus ke dokter kandungan untuk memastikan lagi tanpa di ketahui siapa pun bahkan Jongseong sekalipun.

Si suami yang ntah sedang apa sekarang. Bahkan satu pesan pun tidak ada darinya membuatku merengkuh pahit. Mungkin tengah bermesraan dengan si Seulhae di aparteman.

"Pagi Bella." Suara lelaki menyapa riang.

Aku menoleh sambil memanaskan motor di depan perkarangan rumah karna sudah lama sekali tak di pakai setelah menikah.

"Hai Jake." Aku membalas seadanya dengan satu garis senyuman. Berusaha terlihat biasa saja meski rasa takut itu tetap ada.

"Mau kemana?" Tanyanya mendekat karna pagar rumah kebetulan terbuka setelah kepergian kak Taehyung dengan mobilnya beberapa saat lalu.

"Ke kampus." Sahutku seadanya dan ia menyodorkan satu bungkus susu. "Ini minumlah. Bagus untuk kehamilan." Katanya membuatku terkesiap dan ia masih memberikan air muka kelewat biasa saja.

"Da-darimana kau tahu?"

"Hanya menebak." Kekehnya dan membawa satu tanganku untuk menerima susu kotak darinya.

"Minumlah untuk menguatkan janinmu Bella." Sambungnya yang kemudian beranjak pergi dengan satu senyuman terulas.

Ia terlihat baik. Tak ada masalah. Namun ntah mengapa perasaan tak nyaman dan janggal itu semakin menyeruak hebat.

Aku membuang nafas kasar mencoba berpikir jernih dan pergi menuju rumah sakit terdekat dengan motorku tanpa meminum susu dari Jake.

Takut kalau itu ada racun yang tersembunyi. Toh Jake juga tak akan tahu jika aku belum meminumnya dan melukai perasaannya.

"Kau tahu, anak yang di kandung dalam perut ibu itu merasakan perasaan sang ibu." Kata Dokter Sakura yang memeriksaku dengan nada lembut penuh kehati-hatian.

"Dia mendengar ucapanmu juga nona." Sambungnya kemudian. Sementara aku duduk terpekur mati dengan segala asumsi.

Apa anak ini tahu aku tidak menginginkannya?

"Ini obat yang harus kamu tebus ya. Kalau ingin menceritakan sesuatu juga aku bisa mendengarkan." Katanya sambil tersenyum hangat yang membuatku membuka mulut dengan gemetar.

Toh dia tak kenal aku. Ia tak akan membeberkan curhatanku menjadi gosip yang akan di konsumsi anak kampus. "Aku tidak ingin anak ini lahir." Kataku tersendat menahan isak tangis dan bisa kulihat air muka dokter Sakura menatapku nanar sekaligus prihatin.

"Aku tidak ingin ia lahir merasakan apa yang aku rasakan. Menderita karna mengemis kasih sayang ayahnya sendiri." []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang