50. Poisoned Mind

2K 264 30
                                    

Jay menatap rumah yang terlihat sibuk dari biasanya sambil memegang kincir angin buatannya dan terdiam tatkala netranya bertemu dengan si kakak.

"KAK JONGSEONG!"

Ia lantas melepas kincir angin miliknya dan berlari pada si kakak yang rupanya sama persis seperti dirinya karna keduanya kembar identik.

"Kakak akhirnya pulang! Jay kangen kakak!" Ucapnya semakin mengeratkan pelukan sementara Jongseong membalas tak kalah eratnya.

"Aigoo, Jay-ya peluknya pelan-pelan kakaknya baru sembuh lho." Wendy menarik Jay agak menjauh dan mengusap pipi pucat Jongseong lembut.

Jay cemerut. "Jay kan kangen sama kakak."

"Iya, tak apa. Jay boleh peluk kakak." Jongseong merentangkan kedua lengannya lagi menerima pelukan si adik. Sementara Wendy menatap haru akhirnya ikut memeluk kedua putranya.

Chanyeol yang melihat itu mengulum senyum. Begitu bersyukur kalau Jongseong berhasil melewati operasi transplantasi jantungnya.

"Ayo, kita makan siang sekarang."

SWEET AND SOUR


Ada banyak kok nama yang sama. Tidak mungkin Jay yang Heessung maksud Jay yang sama dengan yang aku kenal.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan meng---"

Tuttttttt

Aku berdecak kesal. Sudah beberapa hari ini Jay sulit sekali di hubungi membuatku berpikir kemana-mana.

Akhirnya lelah sendiri dan memutuskan pergi ke apartemannya untuk menemuinya yang berpeluang besar bahwa ia ada disini sekarang.

Aku menekan pin aparteman yang masih aku ingat tapi berdering merah menyatakan kode akses salah berkali-kali.

"Pinnya sudah kuganti." Kata seseorang di belakang yang sudah jelas sekali kuingat siapa dari pemilik suara itu.

Aku menoleh dan menatapnya yang kini menatap rendah padaku. "Minggir. Kau menghalangiku masuk." Katanya dengan perut yang sudah terlihat agak membesar dari terakhir kali kuingat.

"Usia kandunganku lima bulan sekarang." Katanya membuatku berdecak dan ia terkekeh sinis.

"Kenapa? Tak suka?" Ia menekan pin sampai pintu terbuka. "Ayo masuk. Kau pasti sudah tak tahankan ingin kemari mengemis perhatian Jay."

"Dimana Jay?" Tanyaku gemetar oleh segala perasaanku yang bercampur aduk menjadi satu dan sulit kuterka dengan jelas. Marah, sedih, kecewa semua menjadi satu.

"Dia pergi di pagi buta. Katanya ada urusan." Katanya sambil menaruh kantung plastik di pantry.

Momen dimana waktu itu aku sering melihat Jay memasak dan memeluknya berputar menyakitiku. "Hikss..." Aku menutup mulutku dengan gemetar.

Tidak Bella. Jangan disini.

Aku terpejam sesaat berusaha menelan kembali semua isak tangisku. Aku harus terlihat kuat tak boleh menyedihkan seperti ini.

Tapi sulit sekali yang malah aku semakin terisak dalam, "Berhentilah menangis Bella. Mau sampai kau menangis berdarah pun aku tidak akan pernah melepaskan Jay."

"Aku memang akan bercerai dengan Jay. Kau bisa menguasai dia hanya untukmu Seulhae."

"Baguslah. Setelah anak ini lahir dengan begitu aku bisa menikah dengan Jay lebih leluasa."

"Kalau begitu bantu aku lepas darinya." Kataku dan ia berdecak tampak tak suka. "Bicaramu seperti Jay tidak ingin melepasmu saja Bella."

"Aku kesulitan menggugat perceraian di pengadilan karna kuasa keluarga Park." Kataku membeberkan kebenaran yang membuatku hampir hilang kewarasan. "Aku juga gadis waras yang tidak mau terus menerus sakit hati di selingkuhi di depan kedua mataku sendiri terus menerus Seulhae."

"Kalau kau mau memilikinya seutuhnya bantu aku dengan kuasamu dan ayah untuk membawa gugatan perceraianku ke pengadilan."

Seulhae terlihat mengepalkan kedua tangan erat. Terlihat marah yang padahal aku sudah memberinya akses mudah untuk memiliki si sialan itu.

"Aku hanya ingin hidup tenang dengan bayiku. Setelah perceraian aku tidak akan pernah sudi melihat si sialan itu maupun kau."

"Kalian bersenang-senanglah sepuasnya." Kataku berbalik dan akan mencapai pintu, "Tapi kau harus ingat Seulhae. Meski aku tidak bisa membalas perbuatanmu tapi aku yakin hukum tuai menuai itu ada."

Seulhae berdecih menghampiri, "Jangan sok suci Bella. Kau seharusnya ingat dengan benar apa yang pernah kau lakukan. Mungkin rasa sakitmu sekarang adalah hukuman dari perbuatanmu."

"Apa maksudmu?" Aku berbalik kembali menatapnya dengan nyalang. "Jangan memulai gaslighting murahanmu lagi Kim Seulhae."

"Gaslighting apa sih kakak sayang." Kekehnya membuatku mengepalkan kedua tangan erat. Berusaha menahan diri untuk tidak menamparnya berulang kali. "Aku hanya mengatakan kebenaran." Desisnya kemudian.

"Upsss aku lupa." Katanya menutup mulut dengan di buat-buat. "Ibumu menutup ingatanmu agar kau tidak gila."

"BICARA DENGAN BENAR KIM SEULHAE!!" Bentakku keras dan menarik kedua bahunya kasar. "Katakan dengan benar apa yang kau tahu sialan."

"Musim panas itu kakak, kau harus ingat." Katanya melepas cengkramanku dan aku terdiam terenggah dengan kepingan banyak memori yang berusaha kuingat tapi semua terlihat baik-baik saja.

"Tidak. Tidak ada apa-apa." Aku mencengkram suraiku dengan perut yang terasa begitu nyeri. "Semua baik-baik saja Seulhae. Kau salah."

Sementara Seulhae diam dengan menatap lurus padaku, "Kalau kau ingin kebenaran, mungkin bisa pergi menemui dokter kejiwaan Bella."

"Dasar sialan." Aku menamparnya keras. "Kau benar-benar jalang tidak tahu diri!" Satu kali, dua kali tamparan kulayangkan pada wajahnya.

Sampai pin aparteman terdengar terbuka menampilkan Jay yang segera menjauhkanku dari Seulhae. "KAU INI APA-APAAN BELLA!" Katanya dengan suara tinggi yang begitu menyakitiku.

Ia merengkuh Seulhae memberikan rasa sakit lain yang membuatku terisak mencengkram perutku yang kian nyeri. Sampai kegelapan menyelimutiku.

Aku berharap tidak bangun lagi sama sekali. Tidak sama sekali. []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang