Jongseong memutuskan pergi dengan Jay ke dalam sekolah menuju loker Seulhae sementara Bella menunggu di depan podium sekolah yang sepi.
Penjaga sekolah yang kebetulan di liburkan pun memberikan akses ketiganya untuk menyusup ke sekolah dan Bella di titahkan untuk menjaga.
Siapa tahu ada penjaga sekolah yang tetiba saja datang. Hujan masih turun dengan derasnya dan Bella yang sudah kepalang basah pun membiarkan diri tubuhnya di basahi oleh hujan.
Toh ternyata guyuran air hujan menyenangkan juga pikirnya. Sementara Jongseong dan Jay sibuk membuka loker Seulhae.
"Kakak sepertinya benar menyukai Seulhae ya sampai mengkhawatirkannya seperti ini." Jay bersuara menghilangkan fokus Jongseong.
"Ntahlah." Jongseong tetiba saja terbayang Bella tatkala tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya dan melirik Jay.
"Kalau kita menyukai gadis yang sama bagaimana Jay-ya?"
Bella berdecak berulang kali melirik bangunan dalam sekolah, "Kenapa lama sekali?" Kesalnya sambil memainkan sepatunya pada genangan air.
"Bella!"
Mendengar namanya di panggil ia pun menoleh ke asal suara dan menemukan Kak Insung yang adalah tetangga di rumahnya.
"Kenapa main hujan-hujanan sendirian hm?" Tanyanya sedikit membungkuk dengan air muka cabul. "Mau kakak temani?"
"A-aniya."
"Ayolah." Insung mencoba menarik Bella yang terus memberontak dan pada akhirnya memukulnya sampai jatuh tak sadarkan diri.
Jay yang keluar lebih dulu pun melihat itu segera berlari mengejar. Sementara Jongseong masih termenung di depan loker setelah mendapati bogeman mentah dari si adik.
SWEET AND SOUR
Pulau Sinju adalah pulau terpencil yang mata pencaharian semua warga yang ada adalah nelayan. Terhitung ada kurang lebih dua ratus warga yang tinggal.
Aku dan Yoonji menetap di salah satu rumah sewa di dekat pantai dengan biaya sewa lebih murah. Setiap pagi sampai sore kami akan bekerja membersikah ikan seperti ibu-ibu yang lainnya.
Bayarannya cukup untuk menutupi keseharian kami. "Kau tidak lelah?" Tanya Yoonji selepas kita pulang dari bekerja sambil melirik perutku yang sudah agak membesar.
Aku mengusap perutku lembut, "Aegi tidak menendang terlalu keras seharian ini, jadi semua baik-baik saja Ji." Kataku dan ia mengangguk masih memperhatikan perutku.
"Lebih baik kau istirahat saja di rumah Bella, aku takut kau melahirkan saat bekerja disana." Katanya yang memang ada benarnya juga.
"Minggu depan usia kandunganku delapan bulan, mungkin hari itu aku akan berhenti Ji."
"Araseo." Yoonji meraih tanganku dan tersenyum, "Aku juga sudah memesan kamar di klinik jadi jangan terlalu khawatir."
"Gomawo Ji, kau benar-benar sahabat yang baik."
"Hn."
Kita terus berjalan menuju rumah sampai tetiba saja Yoonji berhenti dengan wajah pias. "I-itu suruhan keluarga Park."
Aku melihat satu orang dengan pakaian rapih dengan jantung seperti jatuh ke dasar perut. "Bella, cepat sembunyi. Biar aku yang menarik perhatiannya."
"Tapi-"
"Sudah cepat." Yoonji sedikit mendorongku membuatku berjalan dengan langkah sepelan mungkin bersembunyi di dekat tumpukkan gerobak tak terpakai.
Yoonji berjalan dengan langkah yang di buat seberisik mungkin sampai titahan keluarga Park itu melihatnya. Dari kejauhan aku melihat keduanya tampak melakukan konversasi kelewat serius.
"Mau sampai kapan bersembunyi?"
Aku mendongak dan melihat Sunghoon berdiri tak jauh dariku. "Lihat, istriku sampai sebegitunya melindungimu Bella. Apa kau tak malu?"
Ia lantas menghela nafas dan ikut berjongkok di dekatku tampak terlihat begitu retih dan frustasi, "Aku lelah sekali mencari kalian." Ungkapnya dan melirikku dengan satu tatapan yang sulit kujelaskan.
"Bella.." Lirihnya redup dan sendu, "Hanya kau yang mampu membujuk Yoonji, ajak dia pulang sebelum pekan ini ke rumah."
"Keluarga Park sudah tahu keberadaan kalian sekarang. Jadi sebelum pekan ini pulanglah mungkin dengan itu para tetua bisa mengampuni kalian."
"Aku dan Yoonji tak akan pernah kembali."
"Kau tidak ingin tahu kabar Jongseong?"
"Tidak. Aku tidak ingin tahu."
"Dia kehilangan kewarasan setelah Seulhae tak selamat."
"A-apa?"
Sunghoon menggersah, "Dia hampir membunuh dirinya sendiri." Jeda sesaat yang dengan getir Sunghoon melanjutkan, "Ia melakukan itu secara berulang kali sampai sekarang di rehabilitasi."
"Kau harus tahu Jongseong sudah lama menderita."
"Dia orang yang tidak ingin semua ini terjadi Bella, dia tak bermasud menyakitimu atau pun Seulhae."
"Ia terpaksa karna tak ada pilihan lain."
"Tolong jelaskan Sunghoon, buat aku mengerti." Kataku getir dengan gemetar mencengkram tangannya. "Aku mohon jelaskan semuanya."
"Bella.." Sunghoon menatapku sulit yang perlahan mengusap air mataku. "Ini seharusnya tak aku katakan, tapi kebenaran juga harus kau tahu Bella."
"Setelah kembali ke Seoul temuilah dokter Yul di rumah sakit Yonghwa." Katanya sambil memberiku kartu nama.
"Kenapa harus kesana?"
"Kau harus mengingat kembali apa yang kau lupakan Bella." Katanya dengan satu helaan nafas begitu berat, "Hanya kau yang bisa meluruskan segalanya kembali pada tempatnya."
Ia lantas beranjak setelah menepuk bahuku sesaat, "Aku percaya kau bisa melakukan itu semua." Katanya tersenyum sambil melambai dengan ringan.
"Cepat pulang ke Seoul, aku merindukan istriku yang menyebalkan Bella." Ucapnya sebelum benar-benar pergi dan aku melirik Yoonji yang masih berbicara dengan suruhan keluarga Park tanpa melihat eksistensi Sunghoon.
Aku pun melihat kartu nama di genggamanku lamat dan menimbang segala asumsi serta resiko dari pilihan yang aku ambil.
Sampai kemudian beranjak mendekat pada Yoonji dan orang suruhan keluarga Park. "Kita akan pulang ke Seoul malam ini." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...