Aku menahan diri untuk tidak mengumpat di depan Niki yang masih merenggut bingung. "Noona kenapa menangis? Apa karna hantu itu?" Tunjuknya pada Jongseong yang masih berdiri kaku di hadapanku meski Seulhae sudah mengomel ingin cepat pergi ke arena lain.
"Ayolah Jongseong kita pergi kesana. Aku ingin naik aeronaut balloon."
Ia terlihat gamang menatapku dan Seulhae bergantian, "Sebentar Seul." Katanya yang kemudian mendekat membuatku reflek melangkah mundur.
"Aduh." Jongseong meringgis saat Niki tetiba saja menyeruduk perutnya dengan kepalanya cukup keras tanpa terduga sampai aku tak sempat mencegahnya.
"Dasar hantu nakal! Pergi sana! Jangan menganggu noona Niki!!"
"Hantu?" Jongseong bertanya heran sambil meringgis mengusap perutnya. "Kau mengatakan aku ini hantu pada bocah ini?" Tanyanya tak terima padaku.
Aku tak menanggapinya dan menarik Niki ke dalam gendonganku berjalan menjauhinya dengan pandangan kian memburam. Aku tidak menyangka akan mendapati rasa sakit seperti hal ini yang sulit kujelaskan.
Ingin marah. Berteriak dan mencaci makinya yang teganya melakukan perselingkuhan di depan kedua mataku. Tapi aku malah berbalik menjauh seperti pengecut.
"Hiksss..."
"Noonaa jangan menangis.." Niki mengusap air mataku dengan penuh kasih sayang membuatku terkekeh dan ia memeluk leherku erat. "Noona jangan nangis nanti Niki tinju hantu itu deh biar hilang."
Aku semakin tertawa dan memeluknya erat. "Jangan Niki tak baik. Noona tak apa."
"Jinjja?"
"Eum."
Aku dan Niki pun membeli permen kapas yang kemudian duduk di bangku taman sambil menunggu Jungwon Minhye yang terakhir di pesan memberitahu akan kembali setelah menaiki atlantis selesai.
"Kalian ternyata disini."
Aku akan beranjak namun si Jongseong sudah lebih dulu berjongkok memberikan es krim bertumbuk juga balon pada Niki yang langsung menerima dengan suka cita.
Tawa Niki yang mengudara membuatku terdiam tak sampai hati untuk segera beranjak pergi. "Wah ternyata paman hantu baik!!"
"Iya dong." Jongseong ikut duduk di samping dengan Niki di tengah kami membuatku serasa seperti keluarga kecil yang tengah bertamasya sekarang. "Maaf." Katanya tetiba saja.
Aku masih diam tak menanggapi. "Aku seharusnya meminta ijinmu tapi-" Ia menjeda sesaat. "Kurasa itu tak perlu."
"Kau tahu sejak awal kalau-"
"Kita bicarakan itu di rumah. Tak baik jika di dengar oleh anak kecil." Kataku mengingat pertengkaran ayah dan ibu dulu membuatku terserang psikis yang kurang baik.
Aku tidak ingin Niki mengalami hal yang sama. "Kau diam atau pergi saja Jongseong itu lebih baik."
"Minhye menitipkanmu dan Niki padaku."
Ah sial.
"Kenapa bisa?" Tanyaku dan ia menatapku dengan tatapan sulit. "Aku tidak tahu apa rencana sahabatmu tapi dia mendadak menyeret Seulhae keluar dengan alasan latihan dadakan."
Ah. Aku ingat mereka berdua di satu klub yang sama yaitu klub paduan suara. "Oh." Tanggapku seadanya.
"Habiss!!" Niki dengan riang merentangkan kedua tangannya yang blepotan es krim membuatku dengan telaten membersihkannya dengan tisu basah yang selalu kubawa.
Lalu berlanjut pada mulut dan pipi Niki yang kemudian kucium pipi gembilnya karna gemas sampai tak sengaja kedua netraku bertemu dengan iris hitam jelaga Jongseong yang sudah lebih dulu menatapku. "Apa?" Ketusku.
Sementara ia mengulum senyum. "Aniyaa.." Katanya dan berdeham kecil. "Aku hanya merasa kau akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku."
"Dalam mimpi." Kataku segera menggendong Niki kembali. Aku ingin cepat pulang saja dari pada menghabiskan waktu di dekat buaya darat seperti si Jongseong.
"Kenapa begitu?" Ia bertanya heran setelah menyamai langkah denganku membuatku menahan diri untuk tidak mendengus dan mengumpat. "Pikir saja sendiri Jongseong." Desisku kesal.
"Aku tidak mengerti." Katanya lebih kesal. "Kau tentunya akan menjadi ibu dari anak-anakku Bella." Sambungnya membuatku berhenti melangkah dan menatapnya kelewat tajam.
"Kau bicara seolah pernikahan kita itu baik-baik saja Jongseong." Kataku penuh penekanan. "Kau pikir ini akan bertahan lama huh?"
"Aku bahkan--" Aku diam dan melihat Niki yang menatap kami berdua heran membuatku tak bisa melanjutkan konversasi ini. "Niki, kita pulang saja ya?"
Niki terlihat enggan tapi mengangguk membuatku lega. Aku ingin segera pulang dan membicarakan pernikahan sial ini akan jadi apa dengan jelasnya bersama si Jongseong.
••••
Panti asuhan tetap sama dari terakhir kali kulihat dan Ibu panti tetap menyambutku dengan ramah penuh kasih sayang.
Aku memperkenalkan Jongseong pada ibu panti yang kemudian dalam beberapa puluh menit datang beberapa truk bahan pokok makanan dan juga mobil es krim.
Itu sudah pasti perbuatan Jongseong yang kini mengulum senyum menatap ke arahku. Ia lantas berjalan membagikan es krim pada anak-anak panti di halaman depan yang menyambut penuh suka cita.
Sementara aku terdiam terpaku di tempat bagaimana eksistensi Jongseong dan anak-anak panti terasa berjalan dengan lambat.
"Dia suami yang baik Bella." Komentar ibu panti sambil menepuk bahuku. Sementara aku masih diam dengan jantung bertalu hebat.
Lantas merengkuh luka tatkala mengingat aku hanya jatuh hati sendirian sementara ia tetap akan selalu mencintai Seulhae seorang.
"Bella ayo kesini!" Teriaknya melambai dengan kekehan yang mengudara membuatku tersenyum dan mendekat membantunya membagikan es krim juga makanan ringan lainnya.
Niki sudah terus menempeli Jongseong seperti prangko membuatku merenggut merasa di lupakan. Anak-anak panti yang lainnya juga membuatku undur diri duduk santai di bawah pohon.
Jongseong menyusul kemudian setelah anak-anak panti lainnya mulai kembali bermain begitu pun dengan Niki. "Kenapa cemburu?"
"Bisa di bilang begitu." Kataku dan ia terkekeh kecil yang kemudian duduk di sampingku sambil menautkan jemarinya dengan jemariku. "Sejak kapan kau sering ke panti asuhan ini?"
Sejak kecil dulu. Saat aku dan Sunoo sempat ibu titipkan di panti asuhan.
"Cukup lama." Kataku seadanya. Aku tidak ingin mengatakan kebenaran pahit itu yang bisa saja membuatnya semakin merendahkanku.
"Begitu." Ucapnya seolah mengerti aku memberikan batasan dan ia tak menuntut. Hanya kemudian menyandarkan kepalanya pada bahuku membuatku terkesiap.
"Kau selalu penuh kejutan Bella." Lirihnya dan membawa satu tanganku yang tertaut dengannya ia kecup lamat. "Itu membuatku merasakan hal yang lain, kau tahu itu?"
"Tidak."
Ia tersenyum dan membawa tanganku pada dadanya yang berdebar anomali membuatku terperanggah menatapnya yang dalam seperkian waktu kami hanya saling menatap untuk mencari tahu perasaan satu sama lain.
"Kau tidak bisa mencintai dua orang sekaligus Jay-ya." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanficBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...