Tante Wendy datang ke rumah sakit dengan wajah cemas bersama om Chanyeol setelah mendapati kabar bahwa Jay harus di rawat inap.
Ia menatapku sedikit sebal karna aku menghubungi kedua orangtuanya padahal bukankah itu hal lumrah?
Kalau kita sakit sudah pasti menghubungi orangtua kan?
Aku juga begitu. Apa-apa pasti mengabari ibu dan ayah. Yah meski ayah hanya menanggapi sebagai angin lalu. "Bella.."
Aku yang sedang melamun di kantin rumah sakit pun terkesiap saat mendapati tante Wendy datang menghampiri dan membawa satu tanganku yang ia genggam lamat. "Ibu bersyukur Jay memiliki istri sepertimu." Katanya sambil tersenyum hangat untuk kali pertamanya.
Aku merasa di terima kali ini dan kubalas senyuman mama mertuaku itu dengan baik. "Jay tidak pernah terbuka pada kami. Jadi terkadang kami tidak terlalu tahu apa dia sakit atau tidak."
"Mungkin ia berpikir takut menganggu waktu kami, tapi sebetulnya tak begitu."
Aku diam saja dulu mendengarkan yang sesekali kutanggapi dengan anggukkan. "Syukurlah Jay punya istri sepertimu. Yang mengerti kalau hal seperti ini perlu mengabari kami."
"Nee..."
"Terima kasih ya." Tante Wendy tetiba saja memelukku. "Tolong jaga Jay dengan baik Bella."
"Nee..."
Tante Wendy tersenyum dan mengusap pipiku perlahan. "Kau jauh lebih baik dari Seulhae ternyata."
••••
Setelah kepergian tante Wendy dan om Chanyeol aku pun menunggu Jay di ruang rawat inapnya. "Kau sengaja pesan kasur untukku?" Tanyaku kaget saat beberapa suster membawa ranjang lain.
"Yah apa gunanya ruang vvip?" Katanya congkak dan aku hanya memutar mata malas. Padahal aku bisa saja tidur di sofa. "Buang-buang uang saja." Dumelku dan ia berdecak.
"Sudahlah. Itu kan uangku."
"Iya, iya tuan kaya raya." Kataku sarkas dan membaringkan tubuhku di atas ranjang dengan nyaman. Padahal baru satu hari terlewat tapi rasanya panjang sekali.
"Bella.."
"Apa?"
"Aku mencintaimu."
"Okay."
Ia terkekeh dan melirikku, "Aku mencintaimu."
"Sudah hentikan Jay. Itu menggelikan." Kataku kesal dan ia malah tergelak lalu mengaduh sakit.
"Makanya jangan tertawa dulu. Sudah tahu tulang rusukmu terluka."
"Salahmu sendiri menggemaskan."
"Cukup Jay." Aku semakin kesal dan tidur memunggunginya. "Aigoo, pemarah sekali ya istriku."
"Tidur Jay."
"Neee..."
Lalu hening. Aku perlahan berbalik melihatnya yang sudah terpejam sepertinya sudah tertidur membuatku bangkit dan menatapnya lebih dekat.
Lalu dengan hati-hati membenarkan letak selimbutnya karna tidak ingin ia terbangun. Ia tertidur seperti bayi besar yang harus aku akui sangat menggemaskan.
Kalau kami punya anak apa itu akan lebih mirip Jay atau aku ya?
Sial Bella! Sadarlah!
Kau pikir pernikahan ini akan bertahan lebih lama?
Aku mengecup kening Jay sesaat dan kembali tertidur di atas ranjang sampai keesokan paginya terbangun oleh dokter yang visit memeriksa keadaan Jay.
Ternyata pukulan Jaemin benar-benar membuat Jay terluka dalam dan perlu di rawat inap selama satu minggu penuh. "Kenapa menatapku terus?"
"Aku hanya berpikir mungkin jika aku tidak melakukan panggilan polisi itu kau sudah mati di tangan Jaemin."
"Yah bisa saja." Katanya lantas menghela nafas. "Tapi tak heran memang karna aku telah membuat kesalahan besar pada Jaemin."
"Meniduri kekasihnya?"
"Aku hanya pernah menyentuh satu perempuan Bella dan itu kau, istriku."
"Oh ya?" Ejekku tak percaya.
"Percayai saja apa yang kau percaya." Katanya kesal dan berbaring memunggungiku.
"Merajuk huh?"
"Pikir saja sendiri."
Aku jadi lebih kesal dan ingin sekali menendangnya ke neptunus kalau tidak ingat ia tengah sakit. "Aku akan ke kampus." Kataku beranjak menuju kamar mandi yang tersedia untuk segera bersiap.
"Hm."
Aku pun mandi dan bersiap seadanya yang masih Jay dalam mode merajuknya menyelubungi diri dalam selimbut sekarang. "Aku berangkat."
"Hm."
"Ayolah Jay. Kau mau tetap seperti ini?"
"Kau tidak mempercayaiku." Ia sedikit menurunkan selimbutnya sampai bawah hidungnya yang sialnya malah terlihat menggemaskan sekali.
Tahan Bella. Tahan.
"Tidak. Kau tukang selingkuh."
"Maaf untuk itu. Tapi aku hanya-"
"Hanya?"
"Aku belum bisa melupakan Seulhae. Tapi aku bersumpah aku tidak pernah menyentuhnya atau gadis manapun Bella kecuali kau."
"Jadi mau sampai kapan kau bersamanya Jay?" Tanyaku pada akhirnya dan ia menurunkan selimbut sepenuhnya yang menatapku kelewat serius. "Aku akan berusaha melupakannya."
"Kalau tidak bisa?"
Ia terdiam lama membuatku merengkuh luka kembali, "Kau tinggalkan dia atau aku pergi Jay." Kataku menjeda sesaat. "Karna aku tidak bisa jika terus berada di hubungan sakit seperti ini meski aku mencintaimu Jay-ya."
"Kalau kau ingin serius melupakannya untukku, untuk mempertahankan pernikahan kita. Kau harus menghentikan hubunganmu dengan Seulhae."
"Karna bagaimana mungkin kau bisa melupakannya kalau kau tetap mempertahankan hubunganmu dengannya di belakangku."
Aku pun beranjak pergi saat tak mendapati tanggapan apapun darinya yang memilih diam. Terus berjalan menuju halte bus yang mengarah pada kampus.
Sampai di kampus pun aku berusaha mencerna materi apa yang dosen ajarkan dan kembali ke aparteman untuk membawa apa yang di perlukan Jay serta aku di rumah sakit.
"Bella?"
Aku yang sedang berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap Jay pun terhenti tatkala mendengar suara ayah.
"Ayah kenapa disini?" Tanyaku dan ia terlihat sekali begitu lelah dengan pandangan redup penuh luka.
"Seulhae kembali collaps." Katanya yang membuatku mengerti alasan mengapa ayah begitu terlihat menyedihkan sekarang.
Kalau aku begitu apa ayah juga akan seperti ini?
"Bella, kau dengar ayah tidak?"
"Ah iya, maaf ayah tadi aku melamun. Ada apa?"
Ayah tampak tak enak dan menghela nafas berat yang membuatku menanti dengan harap-harap cemas. "Bisakah kau memaafkan Seulhae?"
"Aku selalu memaafkannya." Kataku ringan karna satu kalimat itu terlalu sering aku katakan sejak kecil sampai reflek begitu saja aku katakan meski itu berlawanan dengan hatiku.
"Gomawo." Ayah menepuk bahuku sesaat tanpa memelukku yang sering kali aku harap ayah lakukan. Apa ayah memang teramat membenciku karna aku selalu mengingatkannya akan ibu?
"Ayah ingin sekali melihat Seulhae bahagia dan kau tahu sendiri kan kebahagiannya ada pada Jay."
Aku hanya mengangguk karna jika aku bicara maka aku akan menangis setelah tahu arah pembicaraan ini. "Ayah sudah membuat rencana perjalanan bagus untukmu Bella."
"Kau mau kan pergi berlibur selama beberapa tahun ini? Mengelilingi berbagai negara di setiap pergantian musim? Salah satunya ke Selandia Baru yang sangat kau inginkan." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...