36. Game Over?

2.3K 309 29
                                    

Seumur hidup aku tidak pernah meminum alkohol bahkan soju sekalipun tatkala usiaku sudah legal. Rasanya melihat betap hancur dan menyedihkannya ibu sambil memeluk botol soju membuatku tak berkeinginan menenggak dalam satu tegukkpun.

Aromanya yang menyengat membuatku mual. Mengingatkanku pada ingatan buram yang menyakitkan ulu hati.

"Ji, sudah." Aku menarik gelas yang sudah ntah keseberapa kalinya Yoonji tenggak dengan satu botol minuman keras di dekat sudah hampir setengah habis. "Kau sudah mabuk berat." Kataku sedikit keras agar ia mendengar dari luapan volume lagu yang berdentum-dentuum memuakkan.

"Ayolah Bella, kau juga harus minum." Yoonji dengan sedikit sempoyongan mencoba untuk menempelkan botol minuman keras yang sempat ia peluk itu pada mulutku.

Aku menangkis dengan benar dan Yoonji jatuh telungkup di kedua lengannya di atas meja bartender.

"Dia memang seperti itu." Kata seorang bartender yang sejak tadi melayani kami. "Ada satu kamar khusus miliknya di nomor dua. Kau bawa saja dia ke atas kalau semakin membuat kegaduhan."

"Yoonji sering kesini?"

"Dia pemilik bar ini." Katanya sambil mengulum senyum dan aku terkesiap tak menyangka bahwa seorang Yoonji yang memiliki predikat baik memiliki bar seperti ini.

"Omong-omong aku Felix." Katanya sambil mengedip sok menggoda dan aku membuang muka mengingat Jay meski si suami ntah sedang bermain gila dengan si Seulhae.

"Hiksss..." Tetiba saja Yoonji menangis dan merangkum wajahku, "Aku ingin berhenti Bella hiksss aku sungguh tidak ingin bertemu dengan Sunghoon lagi hikss..."

"Sunghoon si muka dua. Aku membencinya hiksss dasar tiang pucat!!"

Ah. Jadi bukan aku saja yang rumah tangganya sedang penuh kelumit. Ternyata Yoonji juga.

Aku mengusap air mata Yoonji dan ia memelukku erat. "Aku cuman ingin begini, kenapa sulit sekali Bella?" Katanya meracau semakin mengeratkan pelukan membuatku sesak. "Aku cuman mau kamu."

"Iya, iya.." Aku menepuk punggungnya untuk menenangkannya. Sampai ia seperti akan muntah membuatku segera memapahnya menuju kamar mandi.

Ia muntah banyak di closet yang dengan telaten aku mengurut tengkuknya. Sampai selesai aku mengusap mulutnya dengan tisu.

"Sudah lebih baik, Ji?" Tanyaku dan ia menggeleng.

Aku mengingat kamar yang Felix sebut dan kembali memapahnya ke kamar nomor dua yang segera kubaringkan Yoonji dengan susah payah.

Karna aku lelah juga ikut terbaring di sampingnya yang perlahan aku pun jatuh tertidur.

••••

Aku terbangun oleh grasah grusuh yang terdengar ribut sekali. Sampai terkesiap saat menemukan beberapa orang berbadan kekar mencoba menyeret Yoonji pergi.

Sampai beberapa lainnya juga ikut menyeretku kasar.

APA INI PENCULIKAN? APA AKU DAN YOONJI AKAN DI JUAL?!!

Semua rentetan praduga buruk memenuhi kepalaku.

Aku dan Yoonji di bawa masuk ke dalam mobil van yang segera melesat cepat. "Ji, bangun Ji." Kataku padanya yang masih setengah teler oleh alkohol yang ia tenggak begitu banyak.

"Kalian mau bawa kami kemana?" Tanyaku pada orang-orang yang membawa kami berdua.

Tak ada jawaban yang membuatku ngeri dengan segalanya.

Sampai mobil pun berhenti tepat di rumah utama keluarga Park membuatku mengerti dengan benar bahwa akan ada satu hal paling buruk yang akan aku teguk sekarang.

Mereka tidak lagi menyeret kami kasar hanya menuntun masuk ke arah dimana tante Wendy berdiri seperti menanti kedatangan kami.

"Bagaimana acara minumnya hm?"

"Ibu maaf-" Aku membungkuk sesaat tatkala orang-orang itu sudah melepaskan tanganku.

Brukkk

Yoonji di paksa jatuh tersungkur di lantai dan tante Wendy mendekat tanpa beban menumpahkan satu gelas air yang sedari ia genggam ke atas kepala Yoonji.

"Sudah sadar sekarang, Ji?"

Aku masih diam. Terpekur tak menyangka. "Kamu sudah kelewatan banyak tingkah sekarang, apa perlu aku memperpanjang masa tahanan kakakmu Yoongi?"

"Jangan ibu." Yoonji memeluk kaki tante Wendy erat yang segera di sentak kasar sampai Yoonji terjerambab dan aku akan membantunya berdiri kembali, "Biarkan dia Bella." Tegas tante Wendy membuatku terdiam mematung.

"Kalau kau ingin membuat onar jangan pernah membawa Bella, Ji. Dia adalah wajah baru untuk keluarga Park. Kau seharusnya lebih hati-hati."

Yoonji terdiam dengan tangis tertahan, "Lepaskan Bella."

"Apa?"

"Dia tidak seharusnya disini." Yoonji bangkit dan menatap lurus tepat pada tante Wendy yang menciptakan ruangan terasa semakin berat menyesakkan.

"Ibu sudah tahu pasti bagaimana sakitnya Jay?"

Plakkk

"Jaga bicaramu Park Yoonji."

"Kenapa? Apa itu karna Jay putra semata wayangmu?"

Aku segera meraih tangan Yoonji untuk berada di belakang tubuhku saat tante Wendy akan kembali melayangkan satu tamparan baru pada Yoonji.

"Ibu sudah." Kataku dan tante Wendy berhenti menatapku lurus. "Menyingkir Bella. Ibu harus beri pelajaran pada menantu kurang ajar sepertinya."

"Kenapa cuman padaku? Apa itu karna aku menantu dari putra haram keluarga ini."

Aku terkesiap tak menyangka akan satu fakta baru ini.

"PARK YOONJI!" Sunghoon datang dengan wajah marah yang begitu kentara segera menyeret Yoonji kasar menuju lantai atas.

Aku terdiam terpaku sampai netraku bertemu dengan Jay yang datang bersama Seulhae. "Aku perlu bicara dengan ibu sekarang." []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang