32. Enigma

2.8K 326 20
                                    

Kerja kelompok sudah selesai. Jay berinisiatif mengajak Bella untuk ikut pulang bersamanya dengan sepeda miliknya tapi terhenti saat melihat betapa lucunya si teman kelompok berlarian kecil sambil membawa rakitan bunga kincir angin kecil buatan Jihoon.

"Aaaa beneran berputar." Kata Bella senang dan terus berlari di ikuti oleh Jay di belakangnya tanpa ia sadari.

Sampai tak terasa ia mengikutinya tepat di depan rumah Bella yang di sambut hangat oleh sang ibu.

"Ayah pulang!" Bella berlari dari perkarangan rumah memeluk Joonmyeon yang membuat Jay terkesiap heran.

Mengapa itu ayah yang sama dengan ayah Seulhae?

Jay ingat bahwa itu paman yang sama yang ia temui di acara ulang tahun temannya sejak kecil, Kim Seulhae.

SWEET AND SOUR

Aku senang sekali akhirnya Jay pulih dengan benar dan kini tidur dalam pelukanku di dalam kamarnya. Rasanya hangat sampai kemudian dengan sengaja menempelkan telingaku di dadanya.

Berharap mendengar debaran anomalinya karnaku tapi mungkin karna ia masih tertidur jadi degupannya masih degupan biasa.

Tak sepertiku yang terus berdebar anomali tatkala mengagumi wajah tampannya yang masih tertidur pulas.

"Jay-yaa bangun..." Kataku sambil mencubit ujung hidungnya sampai ia terusik membuka matanya setengah dan memelukku erat.

"Sebentar lagi sayang.."

Aku membalas pelukannya dan menempelkan telingaku di dadanya yang kini terdengar berdebar anomali membuatku terkekeh senang semakin memeluknya erat.

"Yakk!! Kau berniat membunuhku eoh?" Protesnya setelah terlepas dari pelukanku sementara aku tergelak merangkum wajahnya dan mencium bibirnya keras.

"Morning yeobo." Kataku dan mengecup pipinya sekali. Sementara Jay yang meski terlihat kesal tapi pipinya yang kemerahan begitu mengindikasikan bahwa ia menyukai hal ini.

"Kajjja kita sarapan." Aku meraih tangannya untuk bangun dan membawa kedua tangannya untuk memelukku sambil berjalan ke counter dapur.

Ia terkekeh kecil semakin mendekapku dan mencium pipiku sesaat. "Saranghae..."

"Nadoo.."

Kita bertatapan dan berciuman sesaat sampai bunyian suara dari perutku membuat pangutan kita terhenti di susul dengan gelak tawa meledeknya.

Aku mendengus dengan malu. Sementara ia sudah memakai celemek siap membuatkanku sarapan. "Pokoknya aku mau sarapan yang enak."

"Siap kapten."

"Mau telurnya yang banyak."

"Apapun untukmu yeobo." Katanya mengusap sisi wajahku sesaat yang membuatku seperti di gelitiki oleh jutaan kupu-kupu.

"Apa aku belajar memasak juga?"

"Tak perlu sayang. Biar aku saja yang memasak untukmu dan anak-anak kita nanti."

"Anaknya mau berapa?"

"Berapapun aku suka sayang.."

"Jinjja?"

"Eum."

"Kalau laki-laki mau di namai apa?"

"Noa, Jayden, Ezekiel..."

"Kalau perempuan?"

"Rossalie, aku baru ke pikiran satu nama." Katanya kemudian dan menatapku lamat.

"Kenapa? Apa kau sekarang merasakan tanda-tanda kehamilan?"

"Aniyaa... aku hanya bertanya saja."

Jay mengangguk ringan kemudian berhenti menatapku lamat. "Aku pikir lebih baik kamu berhenti meminum obat pencegah kehamilannya."

"Kenapa?"

"Itu-" Ia berbalik tetiba saja dengan telinga yang kulihat merah sekali.

"Apa sih Jay. Bicara kok setengah-setengah." Kataku dengan nada kesal padahal aku tahu bahwa sekarang ia tengah menahan malu.

Aigoo, mengapa Jay hari ke hari semakin menunjukkan sisi lain yabg menggemaskan padaku?

Apa dia berniat membuatku cinta mati padanya?

"Aku rasa aku ingin menjadi ayah lebih cepat." Katanya dengan nada menjeda sesaat, "Dan kau jadi ibu dari anak-anakku."

"Okay. Tak buruk." Kataku bangkit dan memeluknya dari belakang yang ia usap kedua tanganku yang melingkar di pinggangnya dengan lembut.

"Aku benar-benar mencintaimu Bella."

Aku akan membalasnya namun suara deringan bel aparteman terdengar membuatku beranjak segera membuka pintu. Kupikir itu tante Wendy yang menelepon semalam akan berkunjung kesini mengirim kimchi.

Tapi ternyata Seulhae yang datang dengan dandanan heboh seperti model papan atas yang akan melakukan fashion show.

"Pagi kak." Katanya mengecup pipiku sekilas dan berjalan masuk begitu saja tanpa beban.

Okay. Sabar Bella.

"Siapa sayang?" Jay bertanya dari counter dapur dan masih tidak tahu siapa yang datang.

Seulhae yang mengetahui Jay di dapur segera berlari memeluknya begitu saja membuat suamiku itu berjengkit kaget. "Ya ampun Seulhae kenapa kau ada disini?"

"Kenapa?" Seulhae mencebik sok sedih dan membawa satu tangan Jay ke perutnya. "Ini bawaan anakmu yang ingin bertemu denganmu Jay."

"A-apa?"

Jay melirikku hati-hati dan segera melepaskannya dari Seulhae. "Seul.." Suaranya merendah penuh ke hati-hatian seolah takut menyakitinya membuatku membuang wajah.

Lantas karna tidak kuat melihat kelanjutannya aku pun berjalan masuk ke dalam kamar dan memilih mandi karna tidak ingin berdampingan sepertu gembel di samping Seulhae.

Sampai Jay memanggil bahwa sarapan sudah siap. DAN KAMI BERTIGA SARAPAN BERSAMA.

"Jay-yaa aku mau di suapi." Kata Seulhae membuatku ingin sekali melempar sendok ke wajahnya.

"Makan dulu sendiri Seulhae." Kata Jay dan Seulhae mulai bertingkah berajuk dengan bersidekap sok imut.

Aku yang jengah pun menyodorkan satu suapan besar padanya. "Ayo makan. Bukannya mau di suapi?"

Seulhae berdecak sebal dan menepis suapanku sampai sendok terjatuh mengotori meja. Jay yang melihat terlihat kesal dan membersihkannya seadanya. "Pulanglah Seul. Kita bicarakan ini nanti."

"Nanti? Kapan kalau begitu?"

"Secepatnya dan tidak di apartemanku ini karna ini teritorialku dengan Bella."

"A-apa?" Ia tampak terluka yang begitu jelas yang kemudian menatapku sinis. "Kau mau dengan pembunuh sepertinya Jay?"

"Apa? Jaga bicaramu Seulhae."

"Jangan sok suci dan sok tidak ingat. Bukankah kau pelakunya saat di musim panas itu Bella?"

Aku gamang. Tidak mengerti arah pembicaraan Seulhae sampai kemudian Jay terlihat pias tanpa menatapku.

"Jay, apa maksudnya? Aku tidak mengerti?" Kataku meraih tangannya namun segera ia tepis dan Seulhae tampak begitu puas.

"Seulhae pulanglah, aku akan menemuimu nanti dan melakukan tes DNA itu." Kata Jay tegas tanpa ingin di bantah membuat Seulhae beranjak keluar meninggalkan ruangan yang terasa memberat.

"Jay..."

Ia tak banyak bicara dan hanya menarikku ke dalam pelukannya. []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang