68. Be The One

1.8K 214 26
                                    

"J-jongseong..." Aku tercekat dengan hati remuk redam. "J-jongseong kau baik-baik saja?"

"Jongseong jawab aku!!"

Suaraku bergema keras dengan isak tangisku semakin pecah dan ingatan kelam semasa kecilku dulu tetiba saja terbayang menyeruak tumpang tindih.

"Itu tidak bagus. Nanti kamu tidak akan punya teman."

"Ayolah, ini kan cuman hujan air bukan hujan meteor."

"Ayolah, kita harus segera ke sekolah mengambil obat Seulhae di lokernya."

"K-kok Jay jadi ada dua?"

"Dia kakak kembarku, namanya Park Jongseong."

"Kenapa main hujan-hujanan sendirian hm?"

"Mau kakak temani?"

"A-aniya."

"Aigoo, jangan menangis dong adik manis."

"Ssttt jangan menangis kan ada kak Insung."

"Kau ingin melakukannya bersama?"

"Ide yang bagus."

"MAKANYA JANGAN BANYAK TINGKAH. DASAR BOCAH INGUSAN!"

"Hei bagaimana kalau dia mati?"

"Kita bakar saja. Terus buang ke laut, beres kan?"

"AH SIAL!"

"Mampus kau sialan! Mampus kau bocah tengik!!"

"Jay-ya, tunggu."

"Tolong hikssss tolong aku!!" Aku berteriak keras dan seseorang menyentak kedua bahuku berulang kali. "Bella, hei sayang lihat aku!!"

Aku mengerjap dan terisak berusaha mengais kepingan kesadaranku yang kian berserak. Rupa Jongseong semakin terlihat jelas dan aku dengan gemetar mengusap kedua sisi wajahnya, "Kau benar Jongseong?"

"Iya sayang, ini aku bukan Jay." Katanya yang kuteliti pasti dan akan melihat ke arah lain tapi kedua mataku segera ia tutup. "Jangan dilihat, aku tidak ingin keadaan Jay sekarang terbayang dalam mimpi buruk."

"Jay yang tertembak?" Aku bertanya pahit dan tergugu nyeri dengan rasa bersalah kian melingkupiku. "Aku yang salah Bella."

Aku menurunkan tangan Jongseong dari kedua mataku dan melihat netra pilu Jongseong membuat isakan tertahanku pecah segera memeluk Jongseong yang berada di hadapanku erat. "Aku membunuh adikku sendiri." Lirih Jongseong serak yang perlahan mulai terisak.

"Aniyaaa.." Aku semakin memeluknya erat mengusap punggungnya yang bergetar lembut berusaha menangkannya. "Ini bukan salahmu yeobo. Kamu melakukan itu atas pembelaan diri." Kataku bersamaan dengan suara sirene polisi dan ambulan yang mendekat.

Pintu utama villa terjeblak terbuka. Polisi dan petugas kesehatan segera mengevakuasi Jungwon, Jay, Jongseong dan aku.

Tubuh Jay yang terkulai kaku dengan kain menutupi seluruh tubuhnya membuatku mencelos. Seandainya jika Jay kembali dengan cara baik dan aku mengingat kenangan kelam itu lebih awal, apa semua akan lebih baik?

Aku melirik Jongseong yang masih terpukul hebat dan pandangan mengikuti para petugas kesehatan memasukan brangkar Jay ke dalam ambulan. "Aku kakak yang paling buruk."

"Yeobo." Aku merangkum wajahnya lembut sampai netranya kini memandangku, "Selanjutnya mungkin tidak akan baik-baik saja. Tapi ayo, kita perbaiki dan sembuh bersama Jongseong, kau mau kan?"

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang