18. Cloudy

2.9K 380 110
                                    

Aku tidak mengharapkan Jay pulang ke aparteman malam ini. Tapi tepat di tengah malam ia pulang dengan langkah sempoyongan terlihat mabuk dan menatapku redup. "Kau belum tidur?" Tanyanya yang membuatku berdecih dan mengusap air mataku kasar yang berkelindan begitu saja.

"Bagaimana bisa aku tidur saat kau pergi mengejar Seulhae, Jay-ya."

"Maaf, aku--" Ia menjeda sesaat membuat ruangan terasa semakin memberat dan tetap berdiri di dekat pintu memberi jarak.

"Aku rasa ini tak akan berhasil." Kataku memecahkan keheningan dengan dadaku yang kian terasa terhimpit oleh gada tak kasat mata.

"Aku ingin kita berpisah." Lanjutku dengan satu keputusan yang sudah bulat ada dalam pikiranku. "Aku juga ingin begitu Bella." Sahutnya yang semakin meremuk redamkan hatiku.

"Aku ingin kita berpisah karna bagaimana pun aku tak akan bisa melepas Seulhae, aku mencintainya Bella seberapapun aku berusaha mencintaimu, tapi tak bisa."

Aku berusaha untuk tetap kuat dan tak goyah menatapnya dengan netra yang kian meredup serta kerongkonganku semakin memanas terasa terbakar api. "Kalau begitu cepat urus perceraian kita." Kataku bergetar menahan luapan isak tangis.

"Aku tidak bisa melakukan itu." Katanya yang membuatku mengepalkan kedua tangan erat, "Apa maksudmu Jongseong." Desisku.

"Aku sudah pernah bilang bahwa keluargaku tidak pernah mengijinkan keturunannya ada perceraian Bella."

"Jadi--" Aku terenggah oleh rasa marah dan rasa sakit yang kian menggelegak. "Kau ingin mempertahankan pernikahan sakit jiwa ini?"

"Kau ingin mengurungku dalam penjara pernikahan sial ini sementara kau bersenang-senang dengan si Seulhae sialan itu?"

"Jaga mulutmu Bella."

Aku tertawa sakit, perih dan ingin sekali menjerit atas ketidak adilan yang terus bertumpuk padaku. Kilas bayang bagaimana ayah selalu membela Seulhae dan begitu menyayanginya terbayang bagai timah racun yang menggerogoti akal sehatku. "Dia memang sialan!"

"Kalau saja ia tidak pergi maka aku tidak harus menggantikannya dan terjebak dalam pernikahan sialan ini denganmu Park Jongseong."

"Pernikahan sial?" Jay mendekat tampak tak terima dan aku tidak gentar tetap dalam posisiku menatapnya lurus-lurus, "Kalau bukan karna pernikahan ini, hidupmu tak akan terjamin Bella. Kau mendapatkan kemewahan dan kehormatan. Seharusnya kau berterima kasih padaku atas semua hal itu."

"Bahkan jika kau bekerja puluhan tahun pun tak akan pernah bisa berpijak hidup di aparteman mewah ini." Katanya yang begitu merendahkanku dan aku segera menamparnya keras sekali sampai timbul kemerahan di pipinya.

Tanganku pun terasa perih dan ia tak bergeming sesaat. Hanya diam mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah atas tamparanku.

Aku tak menyangka tamparanku akan sekuat itu dan menatapnya tanpa rasa sesal masih dengan nafas memburu oleh amarah yang kian menggelegak. "Aku memang miskin Jongseong. Tapi aku tidak serendah itu mengemis akan hartamu."

"Aku tidak tertarik oleh kekayaan dan kehormatan itu. Sekarang yang aku mau cepat ceraikan aku atau aku yang akan menggugatnya sendiri."

Ia malah berdecih pelan dan menatapku tajam seolah ingin mengulitiku yang membuatku tak menampik diri bahwa aku mulai takut di atas tatapannya. "Bella, Bella.." kekehnya.

"Lakukan saja apa yang kau mau." Katanya menepuk pipiku sesaat dan berjalan masuk ke dalam kamarnya begitu saja membuatku semakin mengepalkan kedua tangan erat.

"Aku akan menggugat perceraian besok pagi Jongseong."

Ia hanya melirikku sesaat dan menutup pintu kamarnya keras. Aku pun yang sudah lemas pun jatuh terduduk di atas karpet dan memandang pigura foto pernikahan kami yang baru saja terpajang beberapa waktu lalu.

"Pernikahan memang penuh kesialan."

••••

Sunghoon menatapku prihatin yang terduduk di bawah undakan tangga pengadilan karna baru saja gugatanku di tolak secara mentah-mentah.

"Bibi Soji juga pernah melakukan hal ini." Katanya sesaat duduk di sampingku, "Yoonji sudah pasti menceritakan tentangnya."

Aku mengangguk dengan pahit dan memandang langit yang sama kelabunya denganku, "Apa tidak ada cara lain aku bisa lepas dari pernikahan sial ini?"

"Sayangnya realitas kekuasaan ayah dan nenek Yonsan tak mengijinkan hal itu terjadi Bella. Bagimana pun martabat dan kehormatan keluarga adalah hal yang paling penting bagi ayah terutama tetua keluarga Park."

Keluarga setan.

Aku menghela nafas. Baru saja mengumpat dengan sengaja dan merasa bersalah kemudian. "Apa tante Wendy yang mengutusmu kemari?"

"Benar sekali." Katanya sambil menjentikkan jari dan bangkit mengulurkan satu tangannya yang segera aku tampik.

"Aku ingin sendiri dulu." Kataku segera beranjak dan berjalan menjauh yang sialnya tetap saja adiknya si Jongseong itu tetap mengikutiku.

"Apa kau tidak dengar perkataanku? Aku ingin sendiri." Kataku kesal berbalik menunjuknya dan ia menangkap jariku. "Tak sopan Bella." Katanya mengingatkan.

Aku berdecih dan kembali berjalan lebih cepat sampai guntur dan hujan tetiba saja jatuh membasahi bumi serta keseluruhan tubuhku.

Isak tangisku pun kembali jatuh berserak bercampur dengan gulungan hujan yang kian turun begitu derasnya. Sampai satu tangan menarikku dan itu ternyata Sunghoon yang masih mengikutiku.

"Lepas. Lepaskan aku."

Ia tetap menyeretku sampai pada pelataran toko kue yang masih tutup, "Hujannya semakin deras Bella. Kau tidak takut tetiba saja di sambar petir?"

"Biar saja. Biar aku mati sekalian."

"Suttt ucapan itu doa." Katanya menyimpan jarinya di mulutku dan aku segera menyingkirkan jarinya dengan sebal.

Ia terkekeh kecil dan menengadahkan tangannya pada guyuran air hujan, "Aku suka sekali hujan. Sering kali sengaja keluar dari rumah untuk main hujan-hujanan dengan Jongseong."

Tidak ada yang bertanya tuh.

"Sampai satu waktu aku bertemu dengan satu gadis."

Aku diam saja mendengarkan si adik ipar yang tetiba saja banyak bicara. Padahal bukankah ia terkenal sebagai pangeran es ya di kampus? Atau kulkas berjalan karna saking dinginnya.

Tapi kok ini cerewet sekali.

"Dia cantik dan aku langsung jatuh hati untuk kali pertamanya. Tapi sayang sekarang sudah jadi milik orang lain."

"Maksudmu kau mencintai gadis lain yang bukanlah istrimu, Yoonji?"

Ia mengangguk dengan pandangan getir yang membuatku berdecih muak. "Kau dan Jongseong sama saja. Sama-sama brengsek."

"Setidaknya jika tidak mencintai. Tidak perlu membawa masuk seseorang itu ke dalam kehidupan dan keluarga penuh aturan kolot." Kataku menggebu dan ia semakin terlihat getir memandangku membuatku mendadak jadi tak enak.

"Kalau saja aku punya keberanian lebih, aku ingin sekali melepas Yoonji agar dia bahagia Bella."

"Dan aku merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku." []

________________

Kalau rame nanti malam aku double up yaaa^^ tapi gak janji hhe

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang