Hujan semakin deras membuatku mau tak mau menerima ajakan dari Sunghoon meski terasa janggal. "Apa Jay yang menyuruhmu mengantarkanku pulang?" Tanyaku memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Ibu yang menyuruhku."
Huh?!!
"Ke-kenapa?" Tanyaku was-was. Apa mungkin ini ada sangkut pautnya karna aku mengabaikan perintah mama mertuaku perihal mengelola salah satu butiknya?
Tapi tempo hari Jay pernah bilang kalau urusan butik itu sudah ia bantu katakan pada ibunya kalau aku benar-benar tak bisa.
"Jay tidak memberi kesempatan untuk ibu dan kau bertemu. Jadi ibu mengutusku untuk bisa bertemu denganmu Bella."
Aku hanya mengangguk dengan jantung bertalu tak karuan. Sudah pasti tante Wendy akan memberiku wejangan menusuk khasnya. Mana pakaianku saat ini biasa saja karna aku malas mix and match saat ke kampus tadi.
"Aku baru tahu kau juga satu kampus dengan kami." Katanya kemudian. "Bahkan satu kelas dengan Yoonji."
"Tidak." Sanggahku cepat. "Aku tidak satu kelas lagi dengannya."
"Kenapa?"
"Ada mahasiswa yang drop out. Jadi absennya naik dan aku masuk ke kelas lain."
"Oh. Yoonji tak menceritakan detailnya." Katanya melirikku dengan satu senyuman. "Nanti jangan terlalu kaku. Ibu memang terlihat galak tapi sebenarnya dia baik."
Iya deh, kan kau anaknya.
"Iya." Aku membalas singkat dan rasanya perjalanan terasa sangat panjang sekali membuatku mengantuk sampai getaran ponselku kembali membuatku terjaga.
Ternyata panggilan dari Jay tapi Sunghoon segera menahan tanganku yang akan menerima panggilan. "Jangan di angkat."
"Kenapa?"
"Dia akan marah kalau tahu kau pergi denganku tanpa seijinnya."
"Jadi Jay tak tahu?"
"Hm. Rahasiakan saja." Katanya ringan membuatku semakin heran dan akhirnya menyimpan ponselku di dalam saku celanaku lagi.
"Kita mampir ke butik Yoonji dulu." Katanya membuatku ingin sekali berteriak menolak tapi bagaimana lagi. Aku takut di pandang sebagai kakak ipar menyebalkan.
Setelah sampai di butik. Aku pikir ia ada urusan dengan istri tercintanya tapi alih-alih begitu Sunghoon malah memilah gaun berkelas untukku membuatku mengernyit heran lagi.
"Ini bagus. Coba pakai." Katanya dan aku pun mengangguk berjalan ke ruang ganti lagi yang ntah keseberapa kalinya. "Nah ini baru cocok." Komentarnya puas dan tetiba saja menarik ikat rambutku.
"Kau lebih cantik dengan rambut terurai Bella." Katanya yang membuatku menatapnya lurus-lurus, "Apa? Kenapa menatapku seperti itu?"
Tidak. Ini hanya agak aneh saja.
Tapi aku tidak menyuarakan isi kepalaku dan hanya menggeleng. "Boleh kita pergi sekarang?"
"Ayo." Ia menggandeng tanganku dan mengangguk menyapa beberapa pekerja. Aku masih melihat sekitar berharap bertemu Yoonji tapi dia tak ada dimanapun itu.
"Yoonji masih ada kelas." Katanya seolah tahu apa yang aku pikirkan.
"Eh Sunghoon-ssi. Bisakah lepaskan tanganku?" Kataku hati-hati karna tak enak di pandangi beberapa pekerja butik disini.
"Oh maaf." Katanya melepas genggaman tangannya dan mengusap lehernya canggung. "Aku tak sengaja."
"Iya, tak apa." Kataku dengan suasana yang semakin canggung. Bahkan di dalam mobil pun kami berdua hanya saling diam.
"Hari ini ada arisan teman terdekat ibu di rumah utama." Katanya membuatku semakin tak karuan. "Jadi aku sengaja mengajakmu ke butik." Sambungnya membuatku terenyuh menatapnya yang begitu pengertian.
"Gomawo Sunghoon-ssi." Kataku dan ia melirikku sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipit sepertiku. "Apapun untuk kakak iparku."
••••
Tante Wendy sibuk memperkenalkanku dengan teman-teman arisannya dan aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk bisa bersosialisasi dengan baik.
Sampai pada akhirnya acara arisan itu pun berakhir membuatku ingin sekali punya pintu doraemon yang mengantarkanku langsung pulang ke aparteman. Atau lebih baiknya pulang kerumahku saja.
"Aku tidak menyangka kau bisa bersosialisasi dengan baik Bella." Kata tante Wendy yang membuatku tersenyum.
Apa itu bentuk pujian?
"Sering-seringalah temani ibu." Sambungnya kemudian membuatku mengangguk walau dalam hati menjerit tidak ingin.
Orang introvert sepertiku harus butuh energi yang banyak untuk bersosialisasi seperti tadi. Membayangkan itu terjadi setiap hari membuatku mual saja.
"Kau juga harus mulai mengelola salah satu butik ibu lusa nanti dan tidak ada penolakan." Katanya cepat saat aku akan menyanggah.
"Mereka juga akan menjadi sponsor yang menguntungkan untuk butikmu nanti Bella."
"Kalah kau punya banyak relasi itu akan membantumu tetap dalam posisimu."
Huh?!!
"Iya ibu." Kataku mengiyakan saja dari pada jadi panjang obrolannya dan membungkuk hormat.
"Yasudah pulanglah istirahat. Nanti biar Sunghoon mengantarkanmu pulang." Katanya beranjak dari sofa sambil mengipasi wajahnya dengan kipas antiknya.
Aku ingin menolak dan pulang sendiri saja tapi si mertuaku itu sudah melenggang pergi. "Ayo pulang." Sunghoon pun datang mendekat dan menarik satu tanganku.
Aku yang lemas tetiba saja limbung hampir jatuh kalau Sunghoon tidak sigap menahanku yang membuatku jatuh ke pelukannya.
"Oh jadi kau disini." Kata suara Jay membuatku sontak melepas pelukan dan menemukan air muka suamiku itu tampak marah mirip angry bird.
Ia mendekat segera menarikku menjauh dari Sunghoon, "Ayo pulang." Kata Jay dan Sunghoon malah menahan lenganku.
Ya ampun. Demi celana merlin kenapa ini seperti film picisan sekarang!!
"Apa maksudmu menyentuh istriku Sunghoon?" Desis Jay marah.
"Jangan memarahinya Jay. Dia aku ajak kesini karna keinginan ibu." Kata Sunghoon kalem.
Jay tak menyahut apapun dan hanya melepas paksa genggaman Sunghoon pada lenganku. Ia menyeretku kasar ke dalam mobilnya dengan wajah yang semakin marah. "Apa gunanya kau punya ponsel Bella?"
"Maaf. Tadi ponselku di silent." Dustaku dan ia berdecak semakin marah menginjak pedal gas mobil dengan cepat. "Kenapa tak meminta ijinku datang kesini."
"Ma-maaf itu-"
Ia memukul stir kemudi keras membuatku berjengkit kaget dengan jantung bertalu. "Bicara yang jelas Bella."
"Aku-" Kalau aku bicara jujur aku takut Jay dan Sunghoon bertengkar.
"Maaf aku lupa Jay-ya."
"Lupa?" Kekehnya sarkas membuatku menggengam gaun yang kupakai erat. "Kalau begitu aku akan menghukummu agar kau ingat bahwa sekarang kau itu milikku Bella."
"Kau perlu ijinku kemanapun kau pergi, ingat itu Bella Park." []
___________
Semoga tidak bosan saya up terus ;v
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
أدب الهواةBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...