Sejak kecil. Setelah ayah memilih pergi dengan punggung yang semakin menjauh membuatku urung untuk membuka hati.
Ibu yang sering menangis dan memeluk botol soju di kamar mandi masih terasa seperti ingatan malam kemarin. Terasa jelas begitu menyedihkannya ibu tatkala patah hati di tinggalkan oleh ayah yang memilih wanita baru.
Aku bersumpah tidak ingin mencintai lelaki manapun saat itu. Tapi ironisnya kini aku menangis di depan wastafel yang terus mengucurkan air untuk meredam isak tangisku.
Aku memang sempat menyukainya di kala musim panas saat itu tapi tidak sampai mencintai yang menggebu seperti ini.
Apa perhatian dan sentuhannya yang membuatku mencintainya sampai dalam takaran yang begitu dalam begini?
Pintu terketuk dengan suara ribut Sunoo, "KAK KOK LAMA SIH?!! AKU INI MAU TELAT KE SEKOLAH BELUM MANDII!!"
"IYA SEBENTAR!"
Aku pun bergegas keluar dengan sambutan wajah cemerut Sunoo yang lucu. "Kalau mau galau jangan di kamar mandi ntar kesambet." Selorohnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Ibu menggeleng tak habis pikir sambil menyiapkan sarapan. Sementara Kak Taehyung membaca koran sok sibuk padahal aku tahu ia sedang menahan kantuk. "Kakak pulang jam berapa dari kantor?"
"Ntahlah. Mungkin malam kalau tidak rapat. Kenapa? Mau aku antar pulang ke aparteman kalian?"
"Aniyaaa, aku masih ingin disini."
"Sudah ijin dengan Jay, sayang?" Ibu bertanya menatapku lamat.
"Semalam aku sudah meminta ijin dan tidak ada penolakan." Kataku sambil duduk menyambar roti yang ada. Lantas tercenung apa mereka sekarang tengah sarapan bersama?
"Jangan melamun." Kak Taehyung mengetuk keningku keras. "Ck. Jangan pakai kekerasan juga." Kesalku.
Sementara kak Taehyung hanya tertawa menyebalkan dan beranjak duduk di sampingku. "Ayo cerita saja, kau ada masalahkan dengan Jay?" Katanya pelan agar tidak terdengar oleh ibu mengingatkan pada masa kecil dulu saat memuat rencana-rencana nakal; mencuri buah tetangga.
"Itu--"
"IBU LIHAT MEREKA SEDANG MEMBUAT RENCANA PENCURIAN LAGI!"
Ah Sunoo. Aku tidak tahu harus berterima kasih atau tidak padanya.
Ibu sudah memandang kelewat sansi membuat Taehyung beranjak mengejar Sunoo sampai terdengar keributan di lantai atas yang selalu kurindukan. Ini lah rumah. Hangat dan menyenangkan membuatku mengulum senyum.
"Bella.." Ibu mengusap puncak kepalaku lembut. "Ibu tahu kamu pasti sedang ada masalah dengan Jay, tapi nasihat ibu janganlah lari dari masalah."
"Bicaralah dengan dia baik-baik. Agar kejadian seperti ibu dan ayahmu tidak terulang sayang..."
••••
Bicara baik-baik ya. Tapi bagaimana lagi aku terlanjur sepat melihat Jay datang ke kampus bersama Seulhae seperti dulu.
Mengundang orang-orang untuk bergosip ria tentang keadaan rumah tanggaku yang semakin memburuk. Bahkan secara terang-terangan menunjukku dan menatapku prihatin.
AKU TIDAK SUKA DI KASIHANI.
Membalas tatapan mereka tajam yang segera mereka pun membuang muka.
Peduli setan dengan kesopanan. Aku sungguh muak. Segera beranjak pergi tak jadi masuk ke dalam kelas yang mungkin akan di ejek habis-habisan oleh Arin dkk.
Dan Jay tidak memperhitungkan hal ini atas perilakunya yang seenak pantatnya datang bersama Seulhae ke kampus.
"Bella.."
Aku berpapasan dengan Yoonji. Ia menatapku lurus tepat pada netra untuk mencari satu hal yang tak kumengerti.
Tapi cukup lebih baik karna tidak ada sorot mengasihaniku. "Apa Ji?"
"Mau makan siang bersama?"
"Kau tidak ada kelas?" Tanyaku bingung saat melihatnya sepertinya akan masuk kelas sepertiku.
"Seperti yang kau lakukan." Katanya sambil tersenyum jenaka membuatku terkekeh kecil.
"Well, kau lihat Jay membuat keributan." Kataku lelah, "Jadi aku tidak memiliki tenaga untuk menerima rasa kasihan dari seantero kampus."
"Kalau begitu isi tenaga dengan makan yang banyak Bella." Katanya meraih tanganku untuk ia genggam lembut yang terasa janggal.
"Membolos satu kali sah-sah saja tapi jika di lakukan berulang kali tak baik untuk kedepannya."
"Okay." Aku menyahut ringan dan terus mengikuti setiap langkahnya menuju parkiran kampus.
Ia selalu membawa mobil yang kelewat keren dan tak menyangka aku bisa duduk di samping kursi kemudinya seperti sekarang. "Seleramu unik ya Ji."
"Aku tidak suka barang yang lumrah ada." Katanya dan melirikku sesaat, "Makannya aku memodifikasi mobil ini sesuai seleraku."
"Keren ya."
Ia tersenyum dan semakin mempercepat gas mobilnya, "Kau juga unik Bella."
"Apa?"
"Matamu. Tidak semua orang memilikinya disini."
"Ah itu-" Aku mengusap mataku sesaat, "Ini keturunan dari nenekku."
"Begitu ya, cantik."
Aku bersemu. Siapa pun aku merasa tersipu saat di puji oleh seorang gadis lagi. "Kamu juga Ji."
Ia tergelak yang menular padaku. Ternyata Yoonji tidak sekaku yang aku pikirkan selama ini.
Sampai kemudian mobilnya pun menepi di restoran cepat saji yang terkenal enaknya tapi sesaat aku akan melepas sabuk pengaman Yoonji menahanku dengan jarak yang begitu dekat sekali. "Kenapa Ji?"
"Ada Sunghoon." Katanya dengan kengerian absolut terpeta di wajahnya sambil menunjuk satu mobil yang terparkir tak jauh. "Semalam kita baru saja bertengkar hebat." Sambungnya. Yang seketika segera menjalankan mobilnya kembali.
"Kita pergi ke tempat lain saja."
"Kemana?" Tanyaku sambil melirik ke belakang tapi anehnya aku tidak melihat eksistensi Sunghoon di sekitar restoran itu yang memiliki dinding kaca bening.
Yoonji terdiam lama sampai di lampu merah ia menatapku lamat, "Bagaimana jika kita pergi ke bar?" []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...