31. Pacify Her

2.7K 343 63
                                    

Setelah penolakan itu Jay jadi sering kali memperhatikan Bella yang sepertinya begitu menyukai kesendiriannya. Si gadis tampak tak suka saling berbincang dengan teman-teman di kelas maupun saat pengerjaan kelompok proyek musim panas ini.

"Oyy!"

Bella yang sibuk berkutat melipat kertas berwarna menjadi beberapa bentuk yang ditugaskan oleh Minhye pun terhenti dan memilih menatap Jay yang datang mendekat.

"Kau bisu?"

"Tidak." Sahut Bella bingung dan Jay pun duduk di samping Bella dengan jarak wajah begitu dekat sekali. "Terus kenapa diam terus?"

"Memangnya kenapa?"

"Itu tidak bagus. Nanti kamu tidak akan punya teman."

"Oh."

"Oh?"

Bella tak menanggapi lagi dan kembali dengan tugasnya sementara Jay tetap memperhatikan dalam diam yang tak luput dari perhatian Seulhae.

"Ini." Jay memberikan gelang karet pada Bella yang menatap heran. "Kau tidak panas?"

Bella mengangguk dan Jay yang kesal sendiri pun segera mengikat surai si gadis dengan karet gelang yang ia temukan di beranda rumah Minhye.

"Cantik."

"A-apa?"

"Karetnya cantik." Jay segera berlari masuk ke dalam rumah Minhye yang sebagian orang sudah ada disana sementara Seulhae berdecak menarik karet gelang di surai Bella dalam satu sentakan.

"Sakit." Bella meringgis dan Seulhae berdecak kesal. "Kau tidak seharusnya memakai barang orang lain Bella."

_____________________

SWEET AND SOUR
_____________________


Aku menatap ruang rawat inap Jay lamat yang bisa kudengar konversasi Jay bersama kedua orang tuanya atas persoalan kehamilan Seulhae.

Sampai kemudian aku pun memutuskan untuk beranjak pergi karna tidak ingin bertemu dengan Jay untuk saat ini.

Aku belum siap untuk segala macam hal yang akan terjadi pada pernikahan kami. Padahal baru saja aku menemukan titik terang untuk apa yang harus aku lakukan bersama Jay.

Dia terlihat menerimaku dan mencintaiku membuatku semakin serakah tak ingin melepasnya.

Tapi kalau Seulhae hamil anaknya tentunya aku kalah telak. Ia sudah pasti akan memilih Seulhae dan akan menikahinya.

Aku terus berpikir sampai ntah mengapa malah terhenti di depan pintu ruang rawat inap Seulhae yang kudengar sayup pembicaraan ayah dan Seulhae.

"Ini anak Jay, ayah. Aku hanya tidur dengannya."

"Iya sayang ayah selalu mempercayaimu." Suara ayah terdengar begitu menenangkan seolah persoalanku bukanlah apa-apa untuknya membuatku mengepalkan kedua tangan erat.

Lantas membuka pintu ruang rawat inapnya sampai kedua netraku bersitatap dengan Seulhae. "Mau apa kakak kesini?"

"Tentu saja menjenguk adikku yang hampir sekarat mati."

"Bella." Ayah bangkit seolah ingin aku pergi dengan tatapan isyaratnya. "Apa perlu kita tes DNA?"

"Apa?" Seulhae tampak pias membuatku tahu dengan benar kebohongannya secara telak. "Lakukan saja kalau itu maumu kak."

"Lagi pula mau beberapa kali tes pun anak yang aku kandung tetap anak Jay."

"Oh ya?"

"Bella ayo bicara dengan ayah saja. Adikmu sedang sakit." Ayah meraih tanganku dan aku menepisnya untuk kali pertamanya.

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang