Seulhae menatap Jongseong yang menyambutnya di taman kota alih-alih Jay yang ntah berada dimana. "Jay tak datang?"
"Ia masih di rumah mengerjakan tugas musim panasnya."
"Oh. Padahal ada kerja kelompok proyek musim panas lanjutan beberapa hari lalu yang belum selesai di rumah Minhye."
"Iya makanya aku kesini."
"A-apa?"
"Aku menggantikan adikku. Toh belum ada yang tahu kita kembar."
"Tapi kalian berbeda."
Jongseong menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya sih, tapi aku bisa kok bersikap seperti Jay yang super ceria." Katanya sambil tersenyum lebar seperti si adik.
Seulhae yang melihat itu mendengus, "Hentikan. Kau terlihat buruk."
"Oh okay." Jongseong berdeham dan melirik Seulhae sesekali.
Si cantik yang ia sukai sejak pertama kali bertemu.
"Bagaimana ikat rambutnya?"
"Oh itu ada di rumah." Kata Seulhae sontak mengusap ikat rambut yang ia pakai sekarang. "Terima kasih untuk yang waktu itu."
"Itu tak gratis."
"A-apa?"
"Bonceng aku ke rumah yang bernama Minhye itu."
Seulhae pun meski mendumel tetap membonceng Jongseong sampai di rumah Minhye.
"Mana gadis bernama Bella itu?"
Seulhae pun dengan malas menunjuk Bella yang duduk di halaman depan. Tengah sibuk merajut sesuatu. "Suram sekali." Komentarnya.
Lalu melirik Seulhae, "Kau jauh lebih cantik darinya tapi kenapa adikku malah menyukai Bella?"
SWEET AND SOUR
Ada yang pernah bilang kalau rasa penasaran dan keingintahuan berlebih itu bisa membawamu pada kematian.
Suara melodi itu terus menuntunku untuk menyusuri lorong paviliun dimana aku di rawat sampai pada satu pintu kamar yang memiliki papan kanji. Jika kuterjemahi lewat internet di ponsel itu artinya.
Jay Park.
Apa ini kamar cadangan milik Jongseong?
Aku pun memberanikan diri mengetuk pintu sampai dentingan melodi itu berhenti. Aku terdiam menanti dengan jantung bertalu gelisah saat mendengar suara langkah kaki mendekat.
"Bella." Suara dari dalam memanggilku. Aku mundur selangkah karna kaget. "K-kau tahu namaku?"
Orang di balik pintu itu terkekeh kecil, "Tentu saja aku mengetahui namamu Bella. Bukankah kita teman sekelas saat sekolah dasar?"
"A-apa? Tunggu, kau siapa?" Aku mendekat dan mencengkram knop pintu ingin membuka pintu tapi tak memiliki keberanian banyak.
"Coba ingat Bella." Katanya yang membuatku menempelkan kening pada pintu berpikir keras tapi tidak mengingatnya.
"Kau mau masuk?"
"A-apa?"
"Aku sedang bosan. Tolong hibur aku Bella."
"Eh tapi--"
"Dengarkan lagu baruku ya, kau mau?"
"O-okay." Kataku pada akhirnya dan mundur selangkah dengan jantung bertalu sesaat pintu kamar terbuka tapi ia sudah berbalik hanya memperlihatkan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...