65. Skeletons

1.5K 236 56
                                    

People come and go, aku selalu menegaskan hal itu dalam pikiranku. Bahwa memang sewajarnya Jongseong pergi dari kehidupanku.

Itu yang terbaik. Pilihan dimana aku dan dia tidak akan merengkuh luka maupun saling menyakiti lagi. Tetapi seiringnya berjalan waktu aku tidak pernah benar-benar merasa bahagia.

Rindu yang menggebu memberi rasa sakit lain. Apa lagi jika kedua netra ini melihat bagaimana ia bersama gadis lain membuatku getir yang nyaris membuatku hampir kelepasan berteriak memanggilnya.

Mengatakan segalanya namun tertahan oleh realitas dia mungkin menganggapku gila karna setahuku dia melakukan hipnoterapi itu.

Surat yang sempat ia kirimkan juga masih membekas, Aku akan melakukan hipnoterapi itu dan kau juga harus melakukan itu Bella. Kita saling melupakan dan aku harap kita tidak pernah berhubungan lagi satu sama lain untuk selamanya.

"Kau tak apa menemui dokter Sehun seorang diri?" Jaemin bersuara tampak tak enak membuatku tersenyum mengusap salah satu punggung tangannya dengan sayang. Meski tak benar-benar mencintainya, aku begitu bersyukur mendapatinya yang selalu ada di sampingku.

"Tak apa Jaemin, aku hanya konsultasi sebentar. Kau bisa menjemputku juga kan nanti setelah acara rapat di kantormu selesai."

Ia mengangguk dan mengecup keningku sesaat, "Okay, jaga dirimu sayang."

Aku mengangguk dan mengecup pipinya sesaat sebelum benar-benar keluar dari mobil menuju ruangan dokter Sehun.

Lorong menuju ruangan dokter Sehun memang selalu terlihat lenggang apa lagi di jam sore menuju malam seperti ini, aku sedikit bersenandung kecil untuk meluruhkan rasa takutku yang tetiba saja kurasakan.

Tetiba saja aku merasa tak enak hati dan sesekali menoleh ke belakang yang ntah mengapa merasa bahwa ada seseorang yang mengikuti tapi tidak ada siapa pun itu.

Aku kembali berjalan dengan tergesa mencoba meraih ponsel di tas slempangku untuk menghubungi Jaemin, "Bella."

Suara Jongseong membuatku terdiam dan dengan pergerakan lambat mendongak ke asal suara yang kutemukan presensinya yang berdiri tak jauh dariku.

Ia tersenyum dengan satu senyuman lebar yang terasa janggal. Jongseong tak pernah tersenyum seperti itu, apa mungkin ini adalah Jay?

Aku berusaha menetralkan air mukaku, "Siapa?" Tanyaku dengan raut wajah bingung yang kupertahankan meski aku sudah tahu dengan jelas bahwa di hadapanku ini sekarang adalah Jay meski tanpa luka bakar di wajahnya lagi.

Ia terlihat murung dalam seperkian detik yang kemudian berubah menjadi ceria luar biasa, "Wah kau tidak mengenaliku?" Ia menunjuk dadanya kemudian terbahak lagi.

"Kau benar melakukan hipnoterapi itu ya."

"Apa maksudmu?" Kataku dengan gemetar mencoba meraih ponselku tapi ia sudah lebih dulu merangkul bahuku erat, "Kau pasti ingin bertemu dengan dokter Sehun kan? Aku temani ya."

Aku meneguk saliva kelu dan dengan gemetar berusaha untuk tetap tenang karna berhadapan dengan Jay bukanlah perkara mudah.

Ingin cepat sampai di ruang dokter Sehun yang bisa segera menolongku lepas dari si sialan Jay ini.

"Selamat datang di ruangan dokter Sehun." Katanya girang mirip bocah lima tahun yang membuatku muak tali lebih dari pada itu,

"Agghhhh!" Aku berteriak kencang luar biasa dengan kedua tungkai yang lemas hampir jatuh jika Jay tidak menahan pinggangku.

"Dokter hiksss dokter Sehun.."

"Jangan menangis sayang, aku hanya mempercepatnya menemui ajal kematiannya." Katanya ringan dan membawaku setengah menyeretku duduk di satu kursi sebrang meja kerja dokter Sehun.

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang