54. That Way

1.9K 264 14
                                    

Bella merasa ada yang berbeda dari tatapan Jay hari ini. Begitu mengintimidasi dan membuatnya takut. "Apa?"

"Eh?" Bella yang ketahuan memperhatikan segera memalingkan wajah membuat Jongseong mendekat. "Kenapa memperhatikanku terus?"

"A-aniya."

Jongseong menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan Bella lantas menusuk jari di pipi Bella yang kemerahan sekarang. "Kau menyukaiku ya."

Bella lantas menggeleng cepat dan akan masuk ke dalam rumah Minhye tetapi tangannya segera Jongseong cekal. "Mau kemana? Ini coba selesaikan dulu." Titahnya menariknya duduk di sampingnya dan melihat Bella yang gemetar berusaha menyulam kembali.

Jongseong memperhatikan dalam diam. Menerka alasan mengapa si adik menyukai Bella.

SWEET AND SOUR

Dua minggu berlalu dengan begitu lambat dan akhirnya aku sudah tak perlu lagi bedrest sehingga leluasa menjenguk kak Taehyung yang dalam pemulihan.

Meski sudah melewati masa kritis ia tetap dalam pengobatan retak tulang panggul dan geger otak ringan di kepala. Butuh pemulihan cukup lama sampai aku terkadang menangis merasa bersalah sesaat melihat kakak begitu karna berusaha membebaskanku.

Aku juga seperti di tampar pada kenyataan untuk tidak bertingkah lebih jauh karna keluarga Park memang bukanlah keluarga biasa.

"Mau sampai kapan menangis begitu Bella?"

"Mianhae.."

Kak Taehyung yang mendengar itu malah mencokel telinga main-main dengan menatapku sok, "Aku sudah bosan ya dengar kata maafmu. Sekarang bisa tidak belikan aku camilan di kantin."

Aku mendecak sebal, "Kakak itu ya sudah berapa kali aku dan ibu bilang bahwa harus menjaga asupan makanan."

"Tapi aku bosan dengan makanan rumah sakit. Itu seperti muntahan kucing." Katanya mencebik dengan wajah sok memelas. "Boleh ya belikan kakak sus coklat dan keju yang kemarin Sunoo makan."

Aku menimbang dan kakak semakin merengek membuatku iritasi langsung beranjak mengiyakan. "Aku akan belikan satu jadi diam jangan merengek seperti itu lagi." Kataku sebelum menutup pintu ruang rawat inapnya dan berjalan menuju kantin rumah sakit yang cukup lenggang di sore ini.

Sesaat memilah sus tetiba saja ada yang menepuk bahuku. "Bella?" Tanya seorang gadis cantik membuatku terkesiap menunjuk diri. "Aku?"

Ia tersenyum simpul dan menganguk, "Kau Bella bukan?"

"Ehh i-iya, kenapa bisa tahu namaku?" Tanyaku heran sekaligus canggung dan ia meraih tanganku dengan semangat lalu memelukku erat seperti kawan lama.

"Akhirnya kita ketemu ya, aku Aikoo."

"Oh Aikoo teman Heeseung?"

"Yupss!" Katanya heboh setelah melepas pelukan dan memperhatikanku, "Kau ternyata jauh lebih cantik dari foto yang Heeuseung perlihatkan padaku."

"Ah gomawo." Kataku bersemu. "Sedang apa kesini?" Tanyaku kemudian.

"Ah itu, mengantar sahabatku cek up rutin."

"Oh temanmu yang sakit kulit itu?" Kataku menebak dan di balas oleh anggukannya. "Heeseung pasti banyak cerita tentangku ya."

"Tentu saja, kau kan teman mesranya." Kataku keceplosan dan Aikoo malah tertawa renyah sambil memukul bahuku mengingatkanku akan Minhye kalau tertawa.

"Kau ini bisa saja." Kekehnya dan aku hanya tersenyum. "Mau beli sus juga?"

"Iya sahabatku suka sekali tapi tidak mau membeli dengan kakinya sendiri." Katanya dengan nada sebal.

Aku mengangguk saja sambil kembali memilah beberapa sus lagi tambahan untuk Sunoo yang masih dalam perjalanan dari sekolah ke rumah sakit sementara ibu menjaga toko.

"Bell, aku duluan ya. Temanku menyebalkan tak ingin menunggu lama." Katanya setelah membayar pada ibu kantin. "Nanti kapan-kapan kita main ya."

"Iya tak apa, salam ya pada temanmu."

Aikoo hanya mengangguk dan segera berjalan tergesa keluar dari kantin sampai aku melihat ponselnya yang tertinggal di baki sus.

Aku segera mengejar dengan membawa ponselnya, "Aikoo tunggu!" Kataku tapi karna si pemalu ini teriakannya tak menggelegar seperti orang kebanyakkan.

Aikoo tetap berjalan yang sudah cukup jauh membuatku berlari sampai di tikungan koridor aku terdiam melihat siapa teman dari Aikoo itu.

Seorang lelaki dengan sebagian wajah terluka bakar terlihat mengomel ntah karna apa pada Aikoo. Sampai aku semakin mendekat meski sebagian wajahnya terluka oleh luka bakar tapi wajahnya mirip sekali dengan Jongseong.

Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja. "Maaf mengganggu." Kataku mengintrupsi membuat keduanya terdiam. "Bella lho ada apa?"

"Ini ponselmu tertinggal." Kataku sambil menyodorkan ponsel Aikoo padanya dan temannya segera memalingkan wajah.

"Ahh gomawo Bella." Aikoo menerima ponselnya. "Oh ini temanku Jay, Jay ini Bella." Kata Aikoo memperkenalkan kami berdua sementara orang itu hanya terdiam tetap memalingkan wajah.

"Oh hahaha maaf ya Bell, temanku ini orangnya pemalu sekali jadi agak susah bersosialisasi." Kata Aikoo dengan nada tak enak.

Aku hanya mengangguk dan tetap memperhatikannya, "Hai Jay, senang bertemu denganmu." Kataku berbasa-basi dan ia malah beranjak menjauh begitu saja.

"Bella nanti kita mengobrol lagi ya, aku menemani temanku dulu."

"Ah iya Ai, hati-hati." Kataku dan tercenung merasa tak begitu asing dengan figur teman Aikoo yang bernama Jay itu.

Aikoo melambai sambil berjalan cepat berusaha menyeimbangi langkah Jay. "Wah Bella kau benar-benar hebat ya." Kata seseorang dari arah belakang membuatku terkesiap segera menoleh ke asal suara dan menemukan Jake.

Ia bersidekap berdiri tak jauh dariku sambil tersenyum miring, "Kau kenapa bisa ada disini?" Tanyaku heran.

"Ini tempat umum, siapapun bisa kesini gadis tidak tahu malu."

"Apa?"

Jake terlihat kesal dan beranjak mendekat membuatku melangkah mundur namun ia dengan cekatan menarik bahuku untuk tetap diam di tempat. "Bella, sebenarnya aku tidak ingin ikut campur terlalu jauh." Katanya menatapku begitu tajam seolah ingin mengulitiku.

"Tapi kau benar-benar menguji kesabaranku." Desisnya. "Kau benar-benar hebat dalam menghancurkan hidup seseorang dan menghancurkan hatinya."

"Apa maksudmu Jake? Aku tidak mengerti." Tanyaku menuntut penjelasan sambil meringgis karna cengkramannya di bahuku menyakitiku. "Katakan dengan jelas agar aku mengerti."

"Musim panas itu kau menghancurkan hidup Jay, orang yang baru kau temui tadi Bella Kim."

"Kau benar-benar gila ya." Aku berusaha melepas cekalan tangannya di kedua bahuku dan menatapnya tak habis pikir. "Aku baru pertama kali bertemu dengannya tadi kenapa kau bisa berasumsi seperti itu."

Jake malah terkekeh parau dan menyentak bahuku kasar, "Kau memuakkan Kim. Bagaimana bisa kau melupakan orang yang berkorban nyawa untukmu semudah itu?"

Aku tercekat mencari sekelumit ingatan di setiap musim panas yang aku lalui tapi tidak ada momen dimana aku sedang dalam kumbangan teror, "Berhenti membodohiku Jake. Kau benar-benar gila."

"Seharusnya itu yang kau katakan pada suami bohonganmu Bella."

"Jangan membawa suamiku dalam kegilaanmu."

Jake berdecih dengan seraut wajah jijik, "Aku merasa Jay tidak perlu lagi memperjuangkanmu Bella. Kau terlalu menjijikkan untuk sahabatku." []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang