Aku tidak mengerti mengapa Seulhae perlu repot-repot mengajakku berkeliling di taman pusat kota yang kini banyak sekali orang-orang berlalu lalang menikmati hari terakhir bunga sakura berguguran.
"Kakak tidak ingat?" Tanyanya menoleh ke arahku sambil menyelipkan beberapa helai di belakang telinganya, "Disini kali pertama kita bertemu."
Ah. Kenangan pahit yang sudah aku simpan rapih di laci kenangan tetiba saja menyeruak memberikan rasa getir memuakkan itu lagi. "Tentu." Jeda sesaat untuk menyingkirkan nestapa.
Aku tidak ingin terlihat lemah di depannya, "Ayah memberitahuku kehadiranmu sebagai adikku yang selama ini ia sembunyikan."
"Bukankah akan sangat aneh jika aku melupakan hal itu?"
Seulhae tersenyum. Seolah itu bukanlah apa-apa, "Ayah mencintaiku dan ibuku jadi sudah sepantasnya ia memilih tinggal bersama kami."
"Yah entitas kalian memang sama."
"Apa?"
Aku tertawa kering. Sungguh aku sudah lelah bertengkar dengannya sejak kecil untuk hal tak perlu sampai di titik ini. "Sudahlah persingkat saja. Apa maumu Seulhae?"
"Sama seperti Jay, dia juga mencintaiku."
"Aku tahu hal itu."
"Kalau begitu pergilah." Katanya ringan yang sejak dulu aku sering bertanya apa dia punya hati? Atau sedikit saja bersimpati pada seseorang?
"Aku sudah menyiapkan semuanya dan ayah akan mengirimkan semua hal itu besok pagi."
"A-ayah?"
"Yah kau tidak tahu? Apa ayah belum membicarakan hal ini?"
"Tidak." Kerongkonganku kian panas dengan dada sesak. Tolong. Jangan libatkan ayah karna itu berkali lipat menyakitkannya. "Dia tidak bicara apapun."
"Aku dan ayah sudah sepakat untuk menyembunyikanmu selama dua tahun ke depan di prancis sampai kau di nyatakan menghilang sepenuhnya. Lalu kembali dengan identitas baru."
"Jadi kau bisa terlepas dari keluarga Park sepenuhnya." Katanya riang.
Aku terdiam menatapnya lurus-lurus, "Apa karna sejak kecil kau mendapati apa yang kau mau sampai seperti ini Seulhae?"
"Apa?"
Aku berdecih. Tak peduli jika bahkan nantinya aku harus bertengkar hebat lagi dengan ayah karna menyakiti putri kesayangannya. "Dunia tidak akan selalu berpusat padamu Seulhae."
"Aku selama ini mengalah karna aku pikir kau sangat menyedihkan dan begitu lemah tak berdaya oleh penyakitmu."
"Tapi sekarang-" Aku mendekat satu langkah dan memberikannya pandangan paling dingin yang aku punya. "Aku tidak akan mengalah."
"Aku tetap akan hidup bersama Jay sebagaimana mestinya. Karna kau tahu sendiri bukan bahwa keluarga Park tidak pernah ingin ada perceraian di setiap keturunannya."
Ia malah terkekeh sambil bertepuk tangan kecil, "Wah aku tak menyangka kakak akan sangat tidak tahu diri begini." Katanya menepuk pipiku sesaat.
"Apa karna kekayaan Jay sampai membuatmu seperti ini?"
"Tentu. Aku tidak mungkin melepaskan suami paling kaya dan panas seperti Jongseong. Dia bisa memenuhi segala kebutuhanku dan memuaskanku di atas ranjang panasnya."
Plakkkk
Satu tamparan keras ia layangkan membuat pipiku memanas perih. "Kau memang sama jalangnya dengan ibumu."
"Ibumu yang jalang Seulhae. Dia yang merebut ayahku dari ibuku." Aku mencengkram erat kerah kemejanya tak terima. "Kau bisa menghinaku apapun tapi aku tak akan diam jika mulut sampahmu berani menghina ibuku."
"Bella cukup." Jay ntah datang dari mana tetiba saja melepas cengkramanku kasar. "Kau ini apa-apaan huh?!"
"Hiksss Jay dia tadi hampir saja mencekikku hikss.." Seulhae langsung menangis keras memeluk Jay erat.
"Kau tidak seharusnya bersikap kasar seperti itu Bella." Jay menatapku tajam membuatku berdecih dengan hati yang di remat hebat. "Percaya saja apa yang ingin kau percayai Jay." Kataku dan berbalik berjalan menjauh dengan pandangan kian buram.
Aku tidak sanggup melihat ke belakang bagaimana keduanya mungkin bermesraan di sana. Tetap berjalan sampai aku menyetop taksi menuju rumahku.
Iya aku pulang ke rumah yang di sambut oleh Sunoo dan ibu dengan riang gembira.
Aku tidak bisa menceritakan semua yang terjadi. Terlebih kak Taehyung juga baru pulang dari dinas pekerjaannya di luar kota.
Jadi aku sibuk dengan celotehannya juga Sunoo yang tidak mau kalah.
Sampai Jay datang menjemputku dengan membawa beberapa cake dan kue kering untuk ibu.
Es krim kesukaan Sunoo dan miniatur favorite kak Taehyung membuatnya langsung begitu di sayangi.
Ah. Si penjilat dan pandai mengambil hati memang harus di sematkan dengan rapih pada si Jongseong.
Jadi aku dengan berat hati tanpa ada alasan yang bisa aku kuapkan akhirnya mengikutinya pulang ke aparteman. Ia tak banyak bicara selama perjalanan dan aku juga tidak berminat berbicara dengannya.
Repetisi ingatan tadi siang dengan bayang tatapan tajamnya yang menuduhku membuatku sakit seperti terserang angin musim dingin.
Begitu menusuk dan merobek perasaanku.
"Kau ingin makan apa?" Tanyanya sesampainya kami di aparteman seolah kejadian tadi siang tak pernah terjadi.
"Aku tak berselera." Sahutku segera masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintu. "Bella." Ia memanggil tepat di depan pintu kamarku membuatku terdiam di tempat tak beranjak sedikitpun.
"Aku harap kau bisa berjaga sikap." Katanya membuatku perlahan mengepalkan kedua tangan erat. "Seulhae seperti itu karna ia lemah."
"Kau tahu kan ia bisa saja colabs kapan saja oleh penyakitnya. Jadi aku harap kau bisa lebih bersikap lembut padanya."
Yah. Selalu begini.
Tidak ayah atau pun Jay tetaplah sama. Seulhae adalah prioritas mereka karna penyakit sialannya.
"Aku tidak peduli." Kataku cukup keras agar sampai pada kedua telinganya. "Aku akan bersikap semauku tanpa bisa kau atur Jongseong."
"Kalau kau muak akan sikapku kau bisa langsung menggugat ceraiku ke pengadilan dan aku akan menerimanya dengan senang hati."
Ia tampak menghela nafas kasar. "Bella, kau tidak tahu sisi lainku?"
"Aku tidak takut."
"Kalau kau menyakiti Seulhae maka aku akan jauh lebih menyakitimu dengan caraku sendiri Bella." []
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET & SOUR
FanfictionBella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu dalam kehidupan. Sampai takdir membelitnya bersama Park Jongseong yang tidak akan pernah melepasnya...