30. Bellyache

2.9K 309 32
                                    

Musim panas selalu identik dengan suasana matahari yang begitu menyengat di setiap inchi kulit tubuh sampai menimbulkan keringat yang tidak nyaman.

Jay yang merasa sudah kepanasan pun berakhir memutuskan membeli es krim untuk ia makan di perjalanan menuju rumah Minhye untuk mengerjakan proyek musim panas yang di tugaskan oleh bu Shin.

Ia mengingat siapa saja anggota dalam kelompok selain dirinya. Ada Taehyun, Jihoon, Gaeul, Huening, Minhee, Karina, Ningning, Seulhae dan satu lagi ia tidak mengingat namanya.

Si pendiam bermata biru yang jarang bicara dan selalu menyendiri yang kerap kali di ganggu oleh Minhye di kelas.

"Oyy!!" Ia membunyikan bel sepedanya tatkala melihat si gadis yang baru saja ia pikirkan tengah berjalan dengan satu tas kebesaran di punggungnya.

"Kau mau pergi ke rumah Minhye?" Tanyanya dan di balas oleh anggukkan si gadis. "Ayo naik." Titahnya membuat Bella mengerutkan dahi bingung.

"Ayo. Dari pada jalan nanti kulitmu belang."

"Tak apa. Aku suka jalan." Tolaknya halus. "Yasudah ini buatmu saja." Jay memutuskan memberikan es krim yang baru ia beli pada Bella.

Ntah mengapa si lelaki merasa kasihan, "Makan saja itu sambil jalan."

"Tidak perlu." Bella ingat pesan ibunya untuk tidak sembarang menerima apapun yang diberikan orang lain membuat Jay sebal karna di tolak dua kali oleh si gadis. Padahal dalam hidupnya ia tidak pernah mendapati penolakan.

"Ck. Yasudah." Ketusnya segera membuang es krim itu dan mengayuh sepedanya menjauh. Sementara Bella terkesiap mendapati hal itu hanya memandang punggung Jay yang kian menjauh.

_______________________

SWEET AND SOUR
_______________________


Keadaan Jay dari hari ke hari semakin lebih baik dan kini sedang makan dengan lahapnya. "Makannya sampai belepotan begini." Kataku sambil mengusap sudut bibirnya lembut dan ia tampak berdeham malu.

"Yah makanannya enak apa lagi disuapi istriku yang cantik." Katanya dengan kedua pipi mengembung karna makanan membuatku gemas sendiri. Lantas mengecup bibirnya kilat.

"Yak! Aku sedang makan masih saja kamu serang."

"Salahmu sendiri."

"Salahku?" Ia menaikan alis sok tak mengerti.

"Kau menggemaskan." Bisikku yang membuat kedua pipinya semakin memerah dan aku rangkum wajahnya dengan gemas. "Aigoo kenapa jadi kemerahan begini?" Aku lantas mengecupi kedua pipinya bergantian.

"Sudah hentikannn..."

"Tapi kau suka kan."

"Yak! Sudah!"

Aku tertawa dan mengecupi pipinya berulang kali lagi sampai kemudian ia memelukku erat. "Sudah hentikan." Aku pun terdiam membalas pelukannya yang kurasakan kecupannya di puncak kepalaku.

"Aku takut kelepasan lagi."

"Yah.. nanti kamu semakin sakit dan bikin repot lagi." Kataku mengingat kejadian tempo hari yang malah membuatnya jadi sakit lebih parah.

"Salahmu tak bisa berhenti."

"Sudah jangan di bahas." Kataku malu mengingat kejadian panas tatkala aku hilang kontrol.

"Okay."

Aku pun mengurai pelukan dan menatapnya lamat mengagumi betapa tampannya suamiku ini. "Cepat sembuh Jay-ya."

"Eum.." Ia mengangguk dan aku rangkum lagi kedua pipinya lalu menduselkan ujung hidungku dengan ujung hidungnya sampai gema tawa kita mengudara.

Pintu kemudian terketuk dan ternyata tante Wendy yang datang bersama om Chanyeol. "Kalian ini ternyata sibuk bermesraan ya."

"Aniyaa.." Sanggahku segera berdiri membungkuk memberi salam hormat.

Tante Wendy malah tersenyum dan membawa satu tanganku, "Ibu pinjam istrimu dulu ya."

"Kemana?" Jay terdengar merengek seperti bocah yang membuat om Chanyeol berdecak. "Kau ini sudah besar tapi tetap seperti bocah begitu."

"Tidak. Aku hanya ingin tahu kemana istriku pergi. Memangnya ayah tak begitu?"

"Ah molla..." Sahut om Chanyeol membuat Jay merengek lebih keras yang kutahu sisi lainnya ini. "Aigoo ayah ibu apa Jay memang suka manja begitu ya?"

"Dia memang begitu."

"Tidak! Ini karna aku sedang sakit jadi tidak mau di tinggal. Apa lagi oleh istriku."

"Pinjam dulu, kenapa pelit sekali dengan ibu." Kata tante Wendy lalu menarikku keluar ruangan yang kudengar rengekkan Jay untuk melarangku pergi dan tengah di omeli oleh om Chanyeol.

"Ibu ingin mengajakmu makan siang berdua saja, tak apa kan?"

"Tak apa ibu, malah aku senang."

"Jinjaa?"

"Neee.." Aku mengangguk senang dan tante Wendy semakin mengeratkan genggamanku hangat. "Ibu senang sekali punya menantu sepertimu Bella."

Memangnya dengan Yoonji tidak?

Aku hanya membalas dengan senyuman dan ibu sudah mulai berbicara tentang berbagai macam hal terkait rumah tangga ataupun bisnis butiknya.

Sampai kami berdua berpapasan dengan ayah di lorong rumah sakit. "Joonmyeon kau kenapa? Ada masalah?" Tanya tante Wendy heran tatkala melihat ayah begitu frustasi.

"Aku ingin bicara dengan anakku." Katanya sambil menatapku yang membuat tante Wendy akan melepas genggaman namun aku mengeratkannya agar tak terlepas.

"Ayah perlu bicara denganmu nak." Suara ayah terdengar merendah begitu tersirat akan bujukan mematikannya.

"Maaf Joonmyeon tapi aku membutuhkan Bella sekarang." Kata Tante Wendy yang sepertinya tahu bahwa aku sedang tidak ingin berbicara dengan ayah.

"Begitu ya." Ayah tampak menyerah dengan sorot mata sendu yang menyesakkan membuatku memalingkan wajah.

Aku ingin sekali ini saja egois ayah.

"Ayah aku pergi." Kataku membungkuk sekilas pada ayah dengan perasan tak enak dan berjalan kembali dengan tante Wendy tapi tetiba saja ayah menahan satu tangan tante Wendy membuat langkah kami kembali terhenti.

"Ada apa lagi Joonmyeon?"

Ayah terlihat gamang. Lantas menghela nafas begitu berat seolah ingin meluluh lantahkan beban yang sedang ia pikul. "Seulhae mengandung anak Jay sekarang. Dia mengandung cucumu yang sangat kau inginkan Wendy." []

SWEET & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang