55~ 05

811 70 3
                                    

Pak Didi sampai geleng-geleng kepala mengikuti anak majikan nya berjongkok dibalik meja sang atasan, Didi sedikit ada ketakutan dan juga hawatir setelah ini akan mendapatkan amukan dari majikan nya.

"Abang ngapain kita ke kantaor daddy diem-diem, kalo Papa tau kita bolos pasti diamuknya nanti."

"Diamlah, kaka ini cerewet sekali seperti daddy."

Cella mendelik tidak suka mendengarnya.

"Tentu saja karena kaka adalah anaknya." sinis Cella, tapi menurut juga pada sang adik ikut bejongkok dan mengintip.

Enza merotasi matanya lalu kembali pada kegiatan nya.

"Tenanglah, aku sudah atur semuanya.."

"Den Enza, non Cella, Pak Didi...

Ucapan Didi berhenti saat mendapatkan tatapan tajam dari Enza, niat untuk mengadu Didi urungkan, sedikit ngeri pada bocah itu saat memberinya tatapan tajam.

Ceklekkk.

Dug

"Aw"

"Siapa disana?"

Enza langsung menatap tajam Cella saat gadis itu meringis karena kepalanya terpentok terkejut ketika pintu terbuka lebar.

Langkah kaki masuk ke ruangan Gulf berjalan mengendap seperti sedang ingin mengejutkan.

"Apa ada orang, siapa disana?"

Tiga orang dibawah meja saling menatap satu sama lain, dan tak lupa Enza mengisyaratkan keduanya agar tetap diam.

Orang itu adalah Meta, setiap pagi ia akan datang ke ruangan Gulf untuk merapihkan di dalam ruangan bosnya termasuk menyimpan jadwal atau berkas yg harus Gulf periksa.

Meta langsung membereskan meja sofa terlebih dulu disana ada beberapa lembaran kertas tergeletak.

Setelah itu berjalan ke meja kerja Gulf yang ternyata sudah rapih.

"Calon suamiku memang sangat pecinta kebersihan jadi aku tidak perlu repot-repot untuk merapihkan nya." gumam Meta yg masih bisa didengar ketiga orang dikolong meja, Cella yg mendengar langsung menatap sang adik, sepertinya gadis itu baru paham maksud adiknya mengajak untuk bersembunyi disana.

Setelah selesai merapihkan meja kerja Gulf Meta pun merogoh isi tasnya untuk mengeluarkan beberapa berkas yg ia simpan.

Tangan halusnya merasakan menyentuh sesuatu yg berlendir dan juga berbulu dan bergerak, tubuh Meta menegang meski belum melihat apa yg disentuhnya.

Meta yang penasaran mengeluarkan isi tasnya dimeja kerja Gulf dan ternyata..

"Aaaaaaaaa..."

"Siapa yang melakukan ini padaku.."

Meta terus menghentakan kaki karena sesuatu yang dijatuhkan olehnya diatas meja langsung merayap  dilengan nya.

Teriakan Meta mengundang beberapa karyawan lain nya datang kesana.

Disana yg menyaksikan tidak mencoba membantu atau pun sekedar menghampiri. Semua bergidik ngeri.

"Cepat tolongin aku kenapa kalian diam saja disana, sialan,,"

"Tolong, hikss, cepat kemari."

Semua malah pergi meninggalkan nya, Meta yang kesal terus mencoba menghentakan tubuhnya agar sesuatu yang mulai merayap dan menempel terlepas.

"Pak Gulf tolongin aku, hikss, ini kerjaan siapa, tolongin aku."

Meta sampai terus meracau nama Gulf, Enza yang berada dikolong bersmirk dan Cella sudah tidak tahan ingin tertawa kencang, dan Pak Didi yg tidak mengerti apapun hanya kasihan mendengar suara perempuan itu yg terus berteriak sambil menangis.

Meta yang sudah ketakutan dan kesusahan cepat-cepat berlari keluar dari ruangan Gulf untuk mencari bantuan dengan sesuatu yang masih menempel pada tubuhnya.

Dan ketiga yg berada dikolong meja pun keluar.

Cella begitu puas tertawa kencang dengan apa yang dilakukan sang adik, bahkan Cella saja tidak terpikirkan ke arah sana.

Didi yang melihat sesuatu yang bergerak diatas meja sampai bergidik ngeri lalu menatap anak majikan nya bergantian.

"Tuan ini..

"Bersihkan sebelum daddy datang." Perintah Enza yang langsung diangguki Didi.

Enza pun keluar dengan Cella yang belum berhenti tersenyum, kelakuan sang adik sungguh diluar nalar nya.

Didi terus bergidik ngeri melihat itu, tapi cepat-cepat membersihkan dengan tangan nya dilapisi tissue yang tersedia disana. Bagaimana tidak ngeri, itu adalah ulat bulu dan jika bersentuhan dengan kulit sudah dipastikan akan menyebabkan gatal dan bentol-bentol, dan bukan hanya itu, tapi ada cacing tanah. Didi jadi ingat kalo semua itu yang dibelinya kemarin perintah Enza.

.

.

Enza dan Cella turun melewati lift dan sudah disusul Didi setelah membereskan semuanya, Didi masih meraskaan bergidik ngeri dan bulu kuduknya sampai berdiri mengingat kembali bagaimana tadi ia mengambil satu-persau dengan kesusahan. Didi sampai tak habis pikir dengan apa yang dilakukan anak majikan nya.

Mereka bertiga melewati kerumunan didepan meja repsesionis dan semua yang menyadari keberadaan nya langsung membungkuk hormat pada kedua anak bos mereka.

"Selamat pagi semua.." sapa Cella ketika mereka berhenti ditengah-tengah kerumunan.

"Selamat pagi nona Cella dan tuan Enza." Semua serempak hormat terkecuali satu orang perempuan yang menatap keduanya tajam penuh kebencian. Terutama pada Enza yang diyakini nya adalah anak bosnya yang dilihatnya kemarin.

"Bubar, kembali bekerja.." semua yang berkumpul langsung berpencar saat perintah turun dari Enza anak bos mereka sendiri. Terkecuali Meta yang terus menggaruk seluruh tubuhnya, sepertinya gadis itu mulai gatal pada tubuhnya, terbukti wajahnya sudah bengkak dan bentol-bentol karena ulat bulu itu.

Enza pun berjalan mendekat pada Meta yang langsung menunduk pura-pura hormat pada anak bosnya. 

"Bekerjalah dengan baik dan jujur agar daddyku menyukai kinerjamu." dengan suara pelan yg hanya terdengar oleh Meta saja.

Setelah itu Enza berlalu dengan Cella mengikuti dibelakang dan tatapan tajam yang tidak lepas pada Meta yang masih menunduk.

Meta mengepalkan tangan dan mengumpat dalam hati, kepalanya mendongak menatap penuh kebencian pada punggung anak bosnya yang sudah mulai menjauh, dan Meta siap untuk melayangkan perang dengan bocah itu.

"Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada daddymu." bersmirk.



Slow up ygy.

Dewasa || GulfMew  (BL) ✔️ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang