72~ 22

625 52 8
                                    

"Kau sepertinya kecanduan diganggu olehku"

Badan nya hampir terhuyung ditubruk bahu nya. Begitu melihat siapa yang bicara Cella merotasi matanya.

Karena mood nya yang tidak baik Cella akan segera pergi, dia tidak ingin meladeninya.

"Euhhhhh!" teriak Rein, menarik kerah belakang baju Cella sampai tubuh gadis itu hampir terjungkal ke belakang.

Gadis itu tidak melakukan perlawanan, dia diam dengan helaan napas berat.

"Urusan kita belum selesai anak manja, kau mau pergi kemana?" ujar Rein dengan suara yang terdengar menjengkelkan bagi Cella.

"Aku tidak punya urusan dengan kalian" lirih nya, berusaha melepas cekalan dikerahnya namun itu semakin kuat.

"Ughh!" ketiga gadis itu langsung tertawa, bagaikan suara Cella sebuah hiburan bagi mereka.

Cella melirik kesana-kemari mencari cara agar terlepas dari mereka, namun tidak ada satupun mendapatkan ide, disana pun tidak ada seorang pun yang lewat.

"Kau mau mencari bantuan? Percuma kau lakukan. Kau tahu ini bagian belakang sekolah dan suara kita sekeras apapun tidak akan terdengar pada mereka" Rein membisikan ditelinga Cella, dia sangat senang melihat gadis itu dengan wajah ketakutan nya.

"Argh!" jeritnya, Rein menarik rambut belakangnya yang di ikat dengan sangat kencang.

Mereka tidak berhenti tertawa melihat gadis itu kesakitan, Rein melihat kepalan tangan Cella yang keras sampai buku-buku putih nya terlihat dan dia pun menyeringai.

"Le- Lepasin" lirihnya, suara nya bergetar menahan sakit dan perasaan takut.

"Jongkok!" pekik Rein, mendorong kasar sampai gadis itu terduduk ditanah.

"Angkat kepalamu!"

Suara Rein yang keras memengakkan telinga tetapi Cella tetap terdiam dengan kepala menunduk, masih merasakan sakit dirambut kepalanya.

"Ergh!"

Dicengkramnya pipi Cella kukunya yang panjang menusuk dalam ke pipi gadis itu.

Kulitnya yang putih sangat cepat menimbulkan luka diwajahnya, mulai memerah dan mengeluarkan darah.

"Kau mau melawan, hmm?" bisiknya ditelinga Cella, melirik daun telinga nya penuh seringai dan wajahnya yang penuh air mata membuat Rein mendapatkan ide.

"Arghh!" digigit nya telinga Cella dengan keras.

Rein langsung mendorongnya menendang lengan dan perutnya dengan sepatunya yang keras sampai badan gadis itu terjungkal kebelakang.

"Ayok pergi!" tawa mereka begitu senang melihat gadis itu terkapar, ketiganya pergi darisana dengan ceria.

"Apa kali ini kita tidak berlebihan?" ujar si rambut sebahu menahan lengan Rein ketika mereka sudah mulai menjauh.

Rein menatapnya tajam dan mengibaskan tangan nya kasar. "Kau ini kenapa. Kau pergi saja sana kalo ingin menolong nya!"

"Ti- Tidak! Bukan itu maksudku, tapi--"

"Sudah, sudah. Mending kita pergi sebelum ada yang melihat keberadaan kita" ucap si rambut ikal menengahi mereka yang sebentar lagi Rein akan marah besar.

Mereka pun bergegas pergi darisana dan si rambut sebahu sekali lagi melirik ke arah Cella yang terkapar mengaduh kesakitan.


Dewasa || GulfMew  (BL) ✔️ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang