73~ 23

925 53 8
                                    

Cella mulai terusik dari pingsan nya. Cowok yang sedari tadi menjaganya bangkit dari duduknya menghampirinya yang berbaring diatas kasur.

"Kamu udah bangun"

Cella mengkerut kening tampak kebingungan melihat sekitarnya apalagi ada cowok yang paling dihindarin nya ada disana sekarang.

Seingat dia terakhir jatuh tersungkur ditanah dan sekarang ada disebuah ruangan putih dan hanya berduaan.

"Aku dimana?"

"Jangan bangun, kamu harus banyak istirahat" tahan cowok itu saat Cella hendak bangkit.

Cella menatap tangan nya yang sudah terpasang selang infus dan kembali menatap cowok itu dalam sekilas.

"Aku mau duduk" cicit nya.

Cowok itu langsung siaga membantu Cella duduk bersandar pada kepala brangkarnya.

"Kenapa aku ada disini?"

"Minum dulu, nanti aku jelaskan."

Cella langsung mengambil gelasnya dan meminumnya sedikit, cowok itu kembali mengambilnya setelah selesai.

"Aku diberitahu salah satu teman nya Rein untuk segera menemuimu dibelakang sekolah"

Cowok yang bernama El ini mulai menceritakan kejadian dimana ia didatangi salah satu teman Rein memberitahunya bahwa Cella dalam bahaya.

Dengan panik El langsung membawa ke klinik terdekat dan melaporkan semua kejadian yang dia tahu dari gadis yang memberitahu nya kepada guru dan orangtua Cella.

Dan sekarang dia tidak tahu apa yang akan guru lakukan pada Rein dan teman nya.

Selama El menceritakan Cella hanya diam mendengarkan tanpa menyela.

Cairan bening mengalir membasahi pipi gadis itu, dia juga tidak tahu akan ada yang segera menolongnya.

Cella hanya bisa bergumam kenapa harus cowok yang dihindarinya yang harus menolong. Cowok yang jadi biang dia bisa seperti ini sekarang.

"Apa kamu butuh sesuatu?"

Cella memberi gelengan kepala. Tangannya meraba ke sisi kasur dan El yang peka langsung mendekat.

"Kamu cari ini?" El menyodorkan ponsel milik Cella yang dia simpan ditasnya.

Cella hanya menerimanya tanpa menggunakan mulutnya untuk bersuara. Lagi-lagi El memakluminya dia tahu gadis ini tidak mau berbicara dengan nya, El hanya bisa menghela napasnya.

Keduanya diam, suasana ruangan yang tidak besar itu menjadi hening.

Sampai beberapa saat dan El yang tidak suka dengan suasana sepi apalagi dia sedang bersama orang yang disukainya ia pun bersuara.

"Aku mau minta maaf sama kamu"

Yang diajak bicara hanya sibuk dengan ponselnya tanpa melirik.

Huhh, El harus lebih sabar lagi.

"Aku baru tahu kalo Rein dan teman nya suka nindas kamu dan itu karena aku"

Tangan nya yang sedang mengetikan sesuatu langsung berhenti, Cella langsung melirik El.

Tatapan gadis cantik itu terpahat tajam dan sinis, El yang ditatap bergidik ngeri tapi sedikit senang karena mendapat respon.

"Itu sebabnya aku membencimu" ujarnya.

-

-

-

"Saya ingin kasus ini dibawa ke jalur hukum."

Semua guru yang sedang rapat ikut hadir dikasus Cella dan Rein langsung menatap panik ke arah Gulf yang sudah bersuara lantang.

Mereka tahu siapa yang sedang berbicara didepan mereka sekarang. Mana mungkin mereka berani untuk melayangkan protes apalagi menyela.

Saat mendapatkan kabar anak gadisnya mendapat penindasan Gulf dan Mew langsung pergi ke sekolah Cella.

Mew yang tidak berhenti menangis dan Gulf yang memasang wajah garang sepanjang rapat itu berlangsung, dia tidak segan memarahi para guru yang hadir disana menumpahkan kemarahan nya.

"Pak Gulf tunggu sebentar kita tunggu para wali dari ke tiga siswa itu biar kita diskusikan bersama" satu orang guru menyela, Gulf langsung menyorot tajam dengan rahang tegas mengeras. Tangannya terkepal kuat diatas meja.

Sedangkan Mew masih belum bersuara dia masih dalam keadaan terisak.

Brukkk

Gebrakan sangat keras diatas meja.

"Menunggu? Untuk di diskusikan?"

Semua langsung diam mulai menciut dengan kemarahan nya. Gulf benar-benar sangat marah.

Gulf mengeluarkan ponselnya dia tampak mencari sesuatu diponsel pintarnya.

"Lihat ini..!!!" Gulf menunjukan sebuah gambar dilayar ponselnya ke semua guru.

Itu foto Cella yang berbaring tak sadarkan diri dibrangkar dan foto Cella sebelum dibawa yang penuh luka memar dan bercak darah.

"Apalagi yang akan kalian minta diskusikan? Anak saya terbaring lemah penuh luka memar setelah mendapat penindasan dari murid lainnya. Dan sekarang kalian meminta saya untuk menunggu lagi?"

Semua benar-benar diam. Gulf begitu menggebu-gebu dengan yang disampaikan nya tidak perduli lagi ia sedang bicara dengan guru anak nya.

"Daddy" lirih Mew, menarik-narik kecil lengan baju sang suami.

Gulf meliriknya dan mata Mew sudah membengkak basah menatapnya dengan isakan.

"Ayok daddy kita pulang Cella membutuhkan kita"

Wajah garang Gulf melembut langsung memberi anggukan pada istrinya, diusapnya pipi nya yang basah lalu melirik pada mereka yang disana dengan ekspresi dingin nya.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata Gulf langsung membawa Mew pergi dari sana.

"Tuan Mew!"

"Nona Amanda?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dewasa || GulfMew  (BL) ✔️ HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang