Happy reading.....
'' Vin apa ada yang kamu bingungkan?'' Tanya Bu Riska lembut kepada Zavin.
Satu tahun berlalu semenjak Zavin meminta dirinya untuk mengajari berbagai teknik lukis. Waktu itu Riska cukup terkejut mendengar permintaan itu pasalnya ia belum pernah mengajar seseorang selain murid didiknya di SMA Ganesa tempat ia mengajar, tapi melihat betapa ambis dan antusias Zavin akan dunia lukis sehingga ia tidak bisa menolak atau mengenyampingkan semangat belajar laki laki itu.
Dan saat itu juga, berdatangan siswa atau siswi yang memiliki minat mengarungi dunia seni dan tidak sedikit pula dari mereka ingin mengasah skill gambarnya untuk mempersiapkan diri masuk ke jurusan seni di universitas ternama di negeri ini.
Zavin menggeleng, ia sama sekali tidak ada kesulitan. Zavin kembali mengoles warna biru tua untuk mempertegas warna laut di lukisannya. Zavin menikmati setiap goresan goresan yang ia buat di lukisan itu hingga tanpa sadar laki laki itu menyunggingkan sebuah senyuman manisnya.
Untuk sekian kalinya Riska dibuat kagum oleh hasil karya muridnya ini. Lukisan yang Zavin buat kali ini menggambarkan keindahan yang menyiratkan arti untuk meraih suatu kebebasan dan untuk meraih itu harus siap terombang ambing oleh badai ombak yang besar yang terus terusan berdatangan.

'' Cara kamu mendeskripsikannya sangat indah, Zavin, sampai membuat saya kagum.'' Puji Bu Riska.
'' Oh ya, Zavin, untuk pertemuan selanjutnya kita akan belajar lebih lanjut mengenai proporsi wajah dan anatomi, di rumah kamu bisa mencoba dasar dasarnya saja.'' Ucap bu Riska memberitahu.
Zavin mengangguk mengiyakan, namun dari lubuk hati Zavin, ia merasa ragu pasalnya belum pernah sekalipun ia menggambar atau melukis wajah seseorang tapi rasa semangat mengarungi dunia seni membuat rasa resah itu hilang seketika, Zavin terus menyuarakan kata kata semangat dan meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa, asalkan giat latihan dan berani mencoba dunia baru. Sebab seni itu luas dan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
*****
Goresan goresan yang ditarik sedemikian rupa sampai membentuk maha karya berupa wajah seseorang yang ada di layar handphone Zavin. Zavin mengambil foto seseorang secara asal di sebuah aplikasi dengan logo berwarna merah dan putih, aplikasi itu sangat membantu Zavin setiap kali belajar menggambar.
Zavin terus mencobanya sesuai arahan yang ada yang tadi ia lihat di YouTube sampai tak terhitung sudah berapa kali laki laki itu gagal tapi Zavin tak menyerah ia yakin sebuah pepatah yang mengatakan proses tak akan mengkhianati hasil.
Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas Zavin yang sedari tadi ia jalani, buru buru Zavin menyembunyikan buku gambar ke dalam laci meja belajar, dan membuka asal buku pelajaran yang ada didekatnya. Ia tau betul siapa yang akan datang karena hanya satu orang yang slalu melakukan itu setiap malam saat dirinya sedang belajar.
'' Masuk aja ma, nggak dikunci kok.'' Pekik Zavin mengizinkan.
Senyum mengembang di wajah Sharla, wanita paruh baya yang kecantikannya tak pernah luntur walaupun umurnya sudah berkepala empat. Sharla lantas menghampiri Zavin. Matanya menatap lekat kearah putranya yang sibuk belajar materi materi yang ada di buku. Bersamaan itu tangan lentiknya meletakkan segelas susu full kream, Sharla harap dengan cara ini bisa menambah semangat belajar putranya.
Zavin menatap sendu kearah segelas susu putih itu. ' Aku nggak suka susu full cream ma, cuma Abang yang suka.'
'' Makasih ma.'' Ucap Zavin dengan senyum yang ia paksa mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Fiksi Remaja'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...