Happy reading...
Bukan Zavin namanya kalau setiap hari tidak melukis atau membuat sketsa gambar tapi untuk hari ini laki laki itu memilih istirahat sejenak dengan melihat lihat karya para illustrator serta tutorial menggambar yang ada di laman medis sosial.
Suara derit kursi yang di tarik oleh seseorang membuat etensi Zavin mengarah ke laki laki yang kira kira umurnya setara dengan dirinya, duduk didepan kursi kosong itu dengan senyum tersungging di wajahnya.
Zavin mengenalnya dan sampai kapanpun tak akan pernah melupakan laki laki itu. Pandangannya kemudian ia alihkan kearah lain dan langsung tertuju ke gerombolan anak motor yang sedang bercanda gurau di luar caffe.
Semuanya masih sama tak ada yang berbeda sepertinya hanya dirinya yang berubah setelah dua tahun lamanya.
Zavin menghela nafas berat, ini bahaya untuk dirinya serta mereka.
" Ja." Panggil Jenggala yang sama sekali tak digubris oleh cowok itu.
" Kita rindu Lo." Imbuh Jenggala lagi mencegah Zavin pergi.
Zavin membuang wajahnya, sungguh ia tak sanggup melihat mata Jenggala serta seluruh anggota Ergion sebab setiap kali melihat mata mereka, Zavin akan dirundung perasaan bersalah dan malu atas semuanya yang sudah terjadi.
" Kita butuh Lo buat mimpin kita, tanpa Lo, rumah kita sepi, Ja, jadi... please come back Ja." Mohon Jenggala mengutarakan semua keinginan anggota Ergion selama ini.
' jangan.. jangan mengharapkan gue kembali.' ini menyiksa, banyak harapan besar yang terus berbondong bondong datang ke dirinya sedangkan Zavin hanya manusia biasa yang bisa saja menghancurkan harapan itu.
Seribu maaf Zavin lontarkan dari dalam hatinya, laki laki itu memilih tak menjawab, bibirnya terkatup rapat enggan membukanya.
Senyum kecut terungging dibibir Jenggala saat Zavin berlalu pergi begitu saja meninggalkan Jenggala yang terus menatap punggung tegap laki laki itu dengan sejuta tanya dan kebingungan.
Tangan Zavin lantas menyambar tangan mungil milik seorang gadis yang baru beberapa hari ia mengenalnya lalu memasangkan topi yang ia pakai ke kepala gadis itu.
" Aku butuh bantuan kamu." Bisiknya lembut. Lalu menarik tangan gadis itu.
Zavin ingin kabur atau lebih bagusnya tengelam di perut bumi tanpa ada yang tau keberadaannya dimana sekarang. Dengan tangan mengepal, Zavin tak henti memohon kepada Sang Kuasa untuk menghapus semua ingatan orang orang yang mengenalnya dulu, sebab dirinya yang dulu dan sekarang bukan satu orang yang sama.
Tuhan tolong kokohkan punggung laki laki itu yang menyembunyikan semuanya dalam senyuman dan kebisuan.
****
" Maaf." Lirih Zavin menyesal menyeret seseorang yang tak seharusnya ikut campur dalam masalahnya.
Pikiran Zavin saat itu dongkol dan hanya memikirkan bagaimana caranya lari dari Ergion.
Rasa marah terbesit di hati Vendra tapi semuanya itu sirna saat dirinya melihat betapa sungguhnya Zavin meminta maaf kepada dirinya.
" Iya nggak papa kok kak, tapi aku saranin selesain dulu ya masalahnya jangan pergi gitu aja." Tutur Vendra menyarankan.
Zavin lantas menatap Vendra, kenapa saran yang gadis itu ucapkan begitu tepat dengan keadaannya sekarang.
" Aku lihat tadi, temen kakak butuh kejelasan akan sesuatu tapi kakak pergi gitu aja." Ucap Vendra menjawab pertanyaan yang terpampang jelas di wajah Zavin.
Zavin menghela nafas lalu mengalihkan wajahnya menatap ke langit yang diisi oleh awan hitam.
Sebenarnya Zavin ingin menjelaskan semuanya tapi apakah mungkin mereka percaya karena semuanya adalah ulah dari keluarga dan entah mengapa ia begitu takut di benci tapi disisi lain ia senang dibenci oleh mereka. Sungguh membingungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...