Happy reading....
'' KAMI RINDU BANG IDAN.'' Pekik mereka bersamaan dengan tangan saling merangkul satu sama lain.
' banyak air mata yang jatuh, banyak luka yang membekas, dan kami slalu merindukan Lo bang, sosok pemimpin sekaligus seorang kakak bagi kami..... gue nggak nyalahin keputusan Lo untuk pergi, hanya saja.... Terlalu berat dan sulit menerimanya.' batin Haikal, air matanya kembali jatuh tak kuasa untuk ia tahan, ini sangat menyiksanya. Sahabat yang sudah ia anggap saudara sendiri pergi untuk selamanya tanpa mengatakan pamit.
Lalu Haikal mendongakkan matanya menahan kembali air mata yang akan jatuh dan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Laki laki itu berjalan kearah sahabatnya yang sudah berkumpul memegang satu lampion yang siap untuk diterbangkan.
Mata mereka lantas memejam, menyampaikan rasa rindu serta menceritakan bahwa sampai sekarang kata ikhlas masih sulit mereka ucapkan untuk melepaskan kepergian Aidan, meskipun begitu mereka terus berusaha untuk bisa belajar mengikhlaskan.
Merasa semua perasaan telah mereka sampaikan, satu per satu dari mereka membuka mata, saling menatap satu sama lain.
" Kalian udah siap?" Tanya Haikal yang langsung di angguki oleh mereka berlima.
Lampion itu lantas dilepaskan, terbang di atas sana menuju bintang bintang yang memancarkan sinarnya. Semoga perasaan mereka tersampaikan dan semoga perasaan Vendra yang Zavin selipkan diantara perasaan turut tersampaikan kepada Aidan.
Setelah perasaan mereka tenang, mereka menyulut kembang api dan memainkannya, tawa terdengar dan senyum kembali tersungging melupakan sejenak perasaan sedih yang senantiasa bersarang di hati mereka.
Gio dan Chandra berlari kesana kemari mengejar ombak lalu berlari menghindar di sela itu Zavin, Nana, dan Angkasa bermain air menyiratkan kesana kemari tanpa peduli hawa dingin yang menyeruak, lalu Haikal masih senantiasa mevidio seolah tak ingin sedikitpun melewatkan satu momen indah diantara mereka.
" Bang ayo sini." Pekik Gio menarik tangan Haikal mengajaknya bermain bersama.
" Bang, kerang kalau di jual dapet uang berapa ya?" Tanya Chandra.
Haikal tersenyum dan sesekali tertawa melihat tingkah lucu dua sahabatnya yang berjarak dua tahun darinya. '' Penasaran? tanya langsung ke bokap lo.''
'' Bangsat lo bang, ditanya baik baik jawabnya gitu.'' Umpat Chandra berusaha menghajar Haikal yang sekarang mengejeknya namun pergerakannya dengan segera Gio cegah.
'' Sabar sabar jangan berantem nanti cepet tua.'' Ucap Gio menenangkan tapi hanya berhasil kisaran waktu beberapa detik dan berakhir Chandra mengejar Haikal dengan umpatan yang terus keluar.
Angin malam ditemani hawa dingin seolah hanya angin lalu yang sama sekali tak mereka pedulikan.
Yudha sekali lagi dirinya menjadi seorang penonton, namun ia tak mempermasalahkan hal itu malah ia merasa senang karena dua hari nanti Zavin tak memiliki jadwal apapun dan tugasnya hanya memantau sehingga bisa memberikan ruang untuk dirinya beristirahat.
Tangannya membalikkan jagung yang ia bakar di bara api yang ia buat.
" Bentar lagi mateng nih." Gumamnya senang.
Sepertinya Yudha akan kembali menarik kalimatnya yang dimana dirinya bisa istirahat, baru saja ditinggal sebentar untuk membakar jagung tapi mereka berenam sudah membuat Yudha kembali repot dengan pakaian mereka kenakan basah terutama yang parah adalah Gio dari pakaian atas sampai bawah semuanya basah.
Gio mendesah pasrah, kenapa harus kalah dalam permaianan tadi seingga dirinya harus pasrah mendapatkan hukuman di gendong lalu diceburkan ke air laut.
" Pakai selimut dulu, saya mau ambil baju ganti buat kalian." Tutur Yudha yang hendak beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...