Happy reading...
Hari ini adalah final pertandingan basket antar sekolah, sehingga suara ricuh serta sorak antar dua sekolah yang bertanding saling sahut menyahut mendukung penuh semangat serta harapan pulang membawa juara.
Dan hal itu membuat Gio dirundung perasaan panik, saking paniknya jemari tangannya bergetar. Akankah ia bisa membawa juara, apakah cara bermainnya sudah baik, Gio takut takut jika ia gagal sehingga berakhir menghancurkan permainan sekaligus harapan mereka yang telah rela meluangkan waktu untuk melihat pertandingan hari ini.
'' Lo nggak bakal ngecewain mereka, Lo hebat, Lo kuat, dan Lo bisa raih kemenangan.'' Ujar Gio menenangkan dirinya dan berusaha mengendalikan tangannya agar tak lagi bergetar.
Mata laki laki itu memejam, berusaha mengalihkan pikiran negatifnya dengan mendengarkan musik dari earphone yang tersambung ke handphone miliknya.
Alunan musik yang ia dengarkan itu sukses membuat Gio merasa sedikit tenang dan saat ia membuka mata dirinya langsung dihadiahkan sebuah elusan rambut.
" Bang Zavin." Panggil Gio lirih setelah menoleh kearah orang yang mengelus rambutnya penuh sayang.
" Semangat ya tandingnya." Tangan itu beralih mencubit gemas pipi Gio disusul usapan lembut dari Haikal, Nana dan Angkasa silih berganti hingga membuat rambut Gio berantakan.
Gio tak menyangka Zavin akan datang, mengingat betapa sibuknya laki laki itu dengan jadwal bimbel sana sini. Sungguh Gio benar benar bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas kejutan yang tak terduga ini sehingga rasa takutnya lambat laut sirna tergantikan oleh perasaan semangat meraih juara.
'' Ehem... ini nggak ada ya perhatian gitu ke gue kayak... Arggg gue iri.'' Pipi Chandra mengembung, dirinya iri melihat Gio mendapatkan perhatian sedangkan dirinya tidak, tapi dibalik itu Chandra senang karena dengan ini Gio mendapatkan kasih sayang yang laki laki itu harapkan meskipun itu bukan berasal dari kedua orang tuanya.
'' Moya moya... adek Chandra iri... utu utu gemes.'' Ujar Nana beralih mencunit gemas pipi Chandra, hal itu sukses mengundang gelak tawa saat pipi Chandra seketika berubah menjadi merah tomat, karena malu bercampur senang.
Kemudian Zavin, Haikal, angkasa mengelus lembut Chandra silih berganti di susul Gio merangkul bahu Chandra. Persahabatan mereka terus terjalin walaupun salah satu dari mereka pergi tapi itu tak membuat mereka berlarut dalam kesedihan sebab ada perasaan yang dimana Aidan slalu berada di dekat mereka dengan senyum mengembang khas milik laki laki itu.
" Hari ini nggak lupa kan?" Tanya Angkasa mengingatkan tentang hari ini.
Mereka semua mengangguk dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan antara perasaan sedih bercampur senang.
" Senyum! bang Idan nggak suka lihat kita murung." Peringat Angkasa. Tapi apakah bisa mereka tersenyum dengan perasaan yang bercampur aduk seperti ini, perasaan yang menggerogoti dan membuat kita tercekik oleh rasa rindu tanpa ujung.
Mereka menjawab dengan anggukan. " BUNCISSS." Teriak mereka barengan yang hal itu sukses membuat senyum mereka mengembang disusul gelak tawa keluar.
" YO DREAM!!" Teriak Haikal tiba tiba yang dibalas oleh kesunyian karena mereka bubar dan sibuk dengan kegiatan masing masing.
" Sialan." Umpat Haikal, lagi lagi seperti ini. Ia slalu diabaikan saat mengucapkan yel yel itu padahal ia sudah menunggu sahutan mereka. Benar benar menyebalkan.
*****
'' SELUAS SAMUDRA, SEDALAM LAUTAN.''
'' SEPERTI ITU KAMI MENDUKUNGMU.''
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Novela Juvenil'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...