Happy reading....
Jika saja awan tak menutupi mungkin cahaya rembulan bersinar begitu terang bersama bintang di langit malam yang sunyi ini. Selain itu, hawa dingin dimalam ini seperti menusuk hingga tulang sehingga siapapun pasti akan memilih untuk membalut tubuhnya dengan selimut. Sayangnya Vendra tak bisa melakukan itu karena malam ini tiba tiba Haikal mengajaknya keluar.
Dalam kebisuan yang entah sampai kapan ini, mereka berdua berjalan beriringan di trotoar yang dekat dengan tepi sungai. Langkah mereka terhenti saat Haikal menghentikan langkahnya, laki laki itu menatap kearah air sungai yang tenang memantulkan cahaya lampu. Indah dan menenangkan.
" Setelah lulus nanti Avin bakal pergi ke Prancis untuk melanjutkan studinya di sana." Ucap Haikal, memberitahukan sebuah fakta yang selama ini Zavin sembunyikan dan baru kemarin laki laki itu memberitahukan fakta itu kepadanya dan kepada sahabat sahabatnya yang lain.
Haikal kemudian menoleh kearah Vendra dengan sorot mata iba, jika sedari awal akan seperti ini dirinya pasti akan membantu Zavin untuk bisa jauh dari Vendra, tapi ini belum terlambat bukan, meminta gadis itu untuk memikirkan ulang perasaannya pada Zavin.
Vendra terdiam dalam waktu lama, apa ini salah satu dari semua alasan Zavin menjauhinya, laki laki itu tidak ingin dirinya menunggu lagi apalagi menyukai laki laki yang akan pergi meninggalkan negara kelahirannya untuk melanjutkan pendidikan dalam waktu yang terbilang cukup lama.
" Nggak masalah, aku akan tetap menunggunya dengan perasaan yang sama."
Mendengar itu Haikal tertawa, tawa yang begitu sumbang yang terkesan seperti mengejek ucapan Vendra yang rela menunggu seseorang yang tak pasti nantinya bagaimana, " Lo bener bener polos apa tolol soal cinta, dengan cara Lo kayak gini sama aja Lo membuka luka baru."
" Aku tau itu, tapi aku serius dengan ucapanku." Jelas Vendra mantap, sungguh ia tidak bermain main dengan ucapannya yang akan menunggu Zavin. Meskipun nantinya menyakitkan Vendra tak mempermasalahkan itu.
" Kalau Zavin tau mungkin dia bakal bilang gini ' jangan menjadi manusia bodoh hanya karena cinta.'" Candanya yang hafal bentul dengan ucapan Zavin satu ini. Apalagi ucapan laki laki itu mengenai cinta yang memang manis, tapi sesuatu yang manis juga menyakitkan.
Membayangkan jika Zavin mengatakannya dengan raut datar membuat Vendra meringis, tapi disamping itu ia setuju, kadang karena cinta kita menjadi manusia yang paling bodoh hingga kita sendiri tidak menyadari kebodohan yang sudah kita lakukan apa, hanya orang orang terdekat saja yang menyadari kebodohan itu seperti apa.
" Ra, janji sama gue ya, slalu ajak Zavin bahagia dan tolong slalu pertahankan senyumannya." Pinta Haikal, entah terkena angin dari mana hingga ia yakin bahwa gadis itu akan slalu berhasil membuat Zavin bahagia karena ia bisa melihat senyum Zavin yang sempat hilang saat bersama Vendra dan senyum itu semakin indah selayaknya bunga matahari yang mekar saat di pagi hari.
" Aku nggak bisa janji kak, perasaan sukaku saja sampai sekarang masih belum dibalas lantas bagaimana caraku menepati janji itu padamu?" Ujar Vendra lesu. Sudah hampir seminggu berlalu tapi sampai sekarang Zavin masih belum memberikan kepastian, jika dirinya tanya jawabannya slalu sama ''kasih aku waktu lagi, Ra.'' Hal itu membuat Vendra takut jika selama ini Zavin telah menolaknya dengan cara yang halus yaitu tanpa memberikan kepastian dan membuatnya memilih menyerah untuk membuka hati ke laki laki itu karena tidak ada kepastian.
Haikal bisa mengerti itu, pintu hati Zavin terlalu sulit untuk dimasuki oleh siapapun tak terkecuali orang terdekatnya dan jika nanti ada yang berhasil, entah mengapa Haikal yakin Vendra lah orangnya, mengingat sorot mata Zavin saat memandang Vendra begitu tulus dan sangat jelas mengatakan bahwa Vendra sangat spesial bagi laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...