CHAPTER 46 |• WALANGATI

12 3 0
                                    

Happy reading...

Haikal terduduk dilantai dingin rumah sakit dengan tangannya memeluk erat tote bag yang berisikan lukisan Zavin yang hancur menyisakan setengahnya saja. Air mata yang sedari tadi ia tahan untuk tak jatuh membasahi wajahnya pada akhirnya  jatuh meluruh. Kata seandainya slalu berputar di kepala Haikal mengenai seandainya sekarang mereka tau alasan dua tahun yang lalu Zavin melakukan itu, akankah mereka menyesal atau mungkin tidak, karena rasa benci di hati mereka sudah mendominasi.

" Raja itu kuat, Kal, gue yakin itu." Ujar Saka menenangkan. Ia tau betul Zavin adalah orang yang kuat dan tak gentar menghadapi tantangan yang ada didepannya. Laki laki itu slalu mendorong orang orang yang ada didekatnya untuk tak takut oleh masalah masalah yang ada di depan mata.

" Nggak, Zavin nggak sekuat itu, dia rapuh dan hampir gila, Saka." Sangkal Haikal membeberkan fakta yang ada.

Dua tahun yang lalu menjadi titik terberat bagi Haikal, setelah kehilangan sosok sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakak dan mendapati kabar bahwa Zavin bolak balik pergi ke psikiater untuk bisa mengontrol emosinya yang naik turun karena terus terusan menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Aidan dan hancurnya Ergion, sekaligus mengatasi depresinya atas tekanan yang keluarga berikan. Selama itu Haikal slalu menemani Zavin, tak membiarkan laki laki itu larut dalam rasa bersalah, hingga Zavin kembali bangkit dengan sosok yang berbeda yaitu laki laki yang ramah pemilik senyuman indah. Haikal bersyukur dengan bangkitnya Zavin yang mulai mau menjalani hidupnya tapi tidak dengan perubahan sikap Zavin, walaupun begitu Haikal akan slalu senantiasa ada disamping Zavin memerankan sosok Aidan yang Zavin rindukan.

Dan hari ini Zavin kembali berada dititik terendahnya, dengan kondisi yang mengenaskan. Haikal takut sekaligus khawatir jika nanti setelah Zavin sadar laki laki itu memilih menyerah dan melakukan aksi yang dibenci oleh Tuhan untuk kedua kalinya. Haikal tak mau itu terjadi, ia tak mau kehilangan sosok sahabat untuk kedua kalinya.

Saka tertegun, ia kembali sadar bahwa dirinya masih belum benar benar mengenal Zavin, ia hanya mengenal sosok Raja, sosok yang Zavin mainkan untuk menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya.

Derap langkah terdengar di penghujung lorong, suara itu lambat laut makin dekat hingga berhenti didekat Haikal, Haikal lantas mendongak dan buru buru bangkit saat mengetahui siapa yang datang. Tanpa ba-bi-bu Haikal langsung memeluk tubuh wanita paruh baya itu sehingga mereka berdua menangis di dalam pelukan.

Brian menatap sekilas ke Saka lalu tertuju pada Angkasa dan Nana yang berjalan menghampiri mereka.

" Ergion dan Zarxas yang menyerang Zavin atas nama balas dendam." Jelas Angkasa dengan sorot mata datar.

Dahi Brian mengerut. " Bukannya Ergion sudah dibubarkan oleh Zavin?"

" Memang sudah dibubarkan, om, tapi mereka kembali lagi dan meminta Zavin menjadi ketuanya tapi Zavin menolak, setelah itu..." Angkasa kemudian menceritakan semuanya dari Zavin menyembunyikan fakta yang ada dibalik siapa dalang sebenarnya yang menyerang Ergion dua tahun yang lalu dengan mengatakan bahwa itu tindakannya tanpa menyalahkan Brian atas perbuatan yang laki laki paruh baya itu lakukan walaupun dirinya ingin, lalu menceritakan penyerangan dua geng motor itu yang sudah direncanakan jauh jauh hari sesuai apa yang Saka ceritakan.

Rahang Brian mengeras mendengar itu semua, kata maaf untuk tindakan mereka tak bisa diberikan dan ia ingin mereka merasakan hal yang sama seperti yang Zavin dapatkan. Darah dibalas dengan darah, gigi dibalas dengan gigi semua harus sama rata tanpa pandang bulu.

" Kalau om ingin membalas perbuatan mereka tolong libatkan kami dalam rencana yang om buat, kami nggak bisa hanya diam saja membiarkan mereka bahagia disaat sahabat kami menderita." Jelas Angkasa lagi yang di angguki oleh Nana, mereka sepakat membalas perbuatan mereka dengan harga yang setimpal.

RINTIK PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang