Happy reading...
Semua mata mengarah kearah Vendra saat gadis itu melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas. Ada perasaan aneh timbul saat melihat penampilan gadis itu pagi hari ini. Apa karena masih pertama kali dan belum terbiasa membuat perasaan itu muncul. Karena sesuatu yang berubah akan butuh waktu untuk bisa terbiasa menerimanya.
Vendra hanya tersenyum kikuk dan memberikan sapaan pada teman temannya, meskipun bermunculan pikiran pikiran negatif mengenai penampilannya, tapi sebisa mungkin Vendra harus menghapus pikiran itu karena sebenarnya orang orang tak begitu peduli dengan penampilan kita melainkan orang orang itu lebih peduli dan fokus pada penampilan mereka sendiri.
" Ra, Lo potong rambut?" Tanya Giselle to the point, gadis itu membalikkan badannya menghadap kearah Vendra yang baru saja duduk di bangkunya yang berada berada dibelakang bangku Gisella.
Vendra mengangguk. " Cantik nggak?" Tanyanya balik sembari menyentuh rambutnya.
" Cantik kok, malah cute." Puji Giselle gemas.
Bel masuk berbunyi nyaring sehingga murid kelas X MIPA 6 yang tadinya berkumpul bersama teman temannya dan beberapa murid yang berada di luar kelas lantas berlari menuju bangkunya masing masing sembari mengeluarkan buku mapel jam pertama yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
" Ra, ada yang mau gue kasih tau ke Lo." Bisik Karina yang duduk sebangku dengan Vendra.
Mendengar itu Vendra menghentikan aktivitasnya, menatap lekat kearah Karina, menunggu apa yang akan gadis itu ucapkan. Mendapatkan respon baik, Karina lantas menggeserkan kursinya agar lebih dekat dengan Vendra.
" Tolong jauhi kak Zavin." Pinta Karina. " Dia nggak sebaik yang lo pikirkan, Ra." Jelasnya meyakinkan.
" Aku nggak paham maksud kamu, Na?" Bagaimanapun kesan pertama yang Vendra dapatkan dari laki laki itu adalah seseorang yang slalu menepati janjinya yang ia buat dan laki laki yang slalu berpikir optimis dengan memberikan saran saran yang membuat perasaan tenang. Tapi kenapa Karina berpikir seperti itu, apa mungkin Karina lebih mengenal Zavin, jika iya mungkin ini bisa menjadi lampu hijau untuk Vendra bisa lebih mengenal Zavin.
" Coba kamu jelasin maksud kamu apa?" Tanya Vendra menuntut sebuah alasan yang lebih jelas.
" Kak Zavin itu mantan ketua Ergion yang sekarang diketuai abang tiri gue, Jenggala, dia penghianat, Ra, dia bubarin dan hancurin Ergion, dia juga ninggalin pacarnya tanpa kejelasan, gue nggak mau lo bernasib sama, Ra... Dia laki laki brengsek, dan sampai sekarang abang gue sangat membenci kak Zavin." Jelas Karina mendeskripsikan laki laki itu sesingkat mungkin agar Vendra tau siapa Zavin sebenarnya.
Sejak pertemuan pertama di SMA Airlangga kesan yang Karina dapatkan tak sebaik dulu. Zavin seolah melupakannya dan setiap kali ia panggil dengan panggilan ' Raja ' laki laki itu seperti tuli, berbanding terbalik dengan dulu yang penuh kasih sayang terhadapnya seperti kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya. Dan seribu maaf Karina utarakan untuk Zavin karena dengan tega ia menjauhkan laki laki itu dengan Vendra dan menjelek jelekkan laki laki itu, Karina tak mau nasib Vendra sama seperti Aleta dan dirinya yang mengharapkan laki laki itu kembali, Sudah cukup Vendra dibuat tunggang langgang mencari Aidan dan tersakiti oleh rindu, selebihnya jangan.
Vendra terdiam, pikiran dan hatinya menolak apa yang Karina ucapkan, terlebih lagi hubungannya dengan Zavin sedang tak baik baik saja setelah ia mengirimkan foto rambutnya yang dipotong dan terjadi adu cekcok diantara mereka.
" Gue harap lo nggak salah dalam mengambil keputusan, Ra." Jelas Karina kembali menggeser kursinya seperti tempatnya semula saat guru maper pertama memasuki kelasnya, memulai pembelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...