Happy reading...
Vendra menatap kearah danau yang dimana ada beberapa ekor angsa yang berenang kesana kemari, suasananya masih sama seperti terakhir kali Vendra datang yaitu tenang dengan sayup sayup angin yang menyentuh lembut kulit wajah.
Hal itu mengingatkan Vendra kembali saat bersama Aidan di akhir pekan sebelum dirinya berangkat untuk mengikuti Cahya yang dipindahkan tugas ke luar kota. Mereka berdua mengadakan piknik dibawah pohon rindang yang berhadapan langsung dengan danau.
Zavin menepuk bahu Vendra, menyadarkan gadis itu dari lamunannya. " Ayo duduk di sana, Ra." Ajak Zavin yang mendapati anggukan dari Vendra.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat teduh yang sangat cocok untuk melihat indahnya danau itu. Setelah itu sampai, mereka membentangkan tikar yang mereka bawa dan duduk di atas tikar itu.
Satu persatu makanan yang ada di keranjang yang Vendra bawa dikeluarkan, sembari mengutarakan cerita, terutama cerita mengenai betapa sulitnya mengerjakan ujian. Vendra menceritakan itu dengan raut wajah penuh kesal mengingat betapa ketat dan sulitnya soal soal ujian terutama mapel matematika hingga Vendra mengosongkan 7 soal karena waktu ujian habis dan dirinya tak lagi sempat mengerjakannya.
Sial, Zavin dibuat gemas melihat raut wajah Vendra, hingga ada dorongan ingin mencubit dan memainkan pipi itu yang mirip sekali seperti kelinci. Sesekali Zavin memberikan kalimat penenang agar Vendra tak lagi takut dengan hasil nilai raport, karena nilai raport adalah hasil rata rata dari nilai catatan, tugas, ulangan harian dan ulangan semester yang dijumlah dan dibagi. Meskipun begitu di lubuk hatinya terdalam Zavin benar benar khawatir dengan nilai raportnya, ia khawatir jika nanti mengecewakan Brian dan Sharla yang sudah berekspektasi tinggi kepadanya.
Rasanya begitu lucu, ia menyuruh orang lain untuk tak khawatir sedangkan dirinya khawatir.
Untuk mengalih pikiran itu, Zavin mengeluarkan dua kanvas berukuran kecil serta alat lukis lainnya tadi yang sempat mereka beli sebelum datang ke tempat ini. Salah satu kanvas itu Zavin berikan kepada Vendra.
Hari ini mereka berdua berencana saling menukar lukisan yang mereka buat setiap 5 menit sekali. Challenge yang mereka buat cukup menantang karena harus melanjutkan lukisan di kanvas yang mereka tukar yang dimana lukisan yang harus mereka lanjutkan tak sama seperti lukisan di kanvas masing masing. Sungguh imajinasi mereka menghadapi challenge ini benar benar diuji.
Vendra berpikir keras setelah kanvas mereka baru saja ditukar. Di kanvas milik Zavin terlukis gurita kecil yang belum selesai, Vendra ingin melanjutkan lukisan Zavin dengan turut mewarnai gurita itu tapi Vendra urungkan saat keraguan muncul sehingga Vendra melanjutkan lukisan Zavin dengan menggambar sesuatu yang sekiranya bisa mempercantik gambar itu.
Disela fokus mereka, Zavin mencoret punggung tangan Vendra, Vendra yang mendapati itu tentu saja terkejut dan gadis itu tak tinggal diam sehingga membalas perbuatan Zavin dengan mencoret pipi laki laki itu dengan cat yang ada di kuas yang ia pegang.
Dan itu mereka terus lakukan berulang kali sampai salah satu memilih mengalah. Tawa tak bisa ditahan lagi saat melihat satu sama lain yang dimana wajah dan tangan mereka penuh dengan warna warni cat.
Puas menertawai kondisi satu sama lain, mereka saling menukar kanvas itu hingga sebanyak 5 kali. Dan lagi lagi tawa terdengar saat melihat hasil karya mereka di buku sketsa masing masing yang jauh dari angan angan mereka.
" Padahal tujuanku mau gambar awan senja tapi kakak nambahi astronot haha." ucap Vendra memberitahu tema yang ia ambil tapi langsung berubah saat Zavin menggambar astronot yang tiba tiba muncul disela sela awan putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...