Happy reading...
Vendra tak bisa menutupi perasaan senang yang meletup letup di dalam hatinya, padahal bukan sekali dua kali ia jalan bersama Zavin tapi kali ini rasanya berbeda, apa karena kali ini ia melihat betapa antusiasnya Zavin saat mengajaknya jalan di akhir pekan yang cerah ini.
Tangan Vendra digenggam oleh Zavin untuk ikut bersama laki laki itu mengunjungi sebuah toko bakery yang akhir akhir ini boming di media sosial. Senyum terus mengembang saat memilih kue kue yang aromanya menggugah selera. Akhir akhir ini Zavin tertarik dengan makanan manis yang lembut memanjakan lidahnya disela dirinya harus digempur oleh belajar latihan soal dan materi yang kemungkinan muncul di ujian nanti.
Mata Vendra tertuju pada menu baru yang ada di toko itu yaitu ice cream cookies. Ia ingat betul sensasi rasa yang diberikan oleh kue itu hingga Giselle tak henti hentinya memujinya, sepertinya ia harus menunjukkan rasa ini kepada Zavin, siapa tau laki laki itu akan menyukainya juga.
Zavin memilih kue kue yang sepertinya baru saja keluar dari oven dan mengambil salah satu kue itu yang menarik perhatiannya ke loyang yang ada ditangannya. Puas dengan memilih, Zavin membayar kuenya dan kue pesanan Vendra, setelah itu mengajak Vendra ketaman yang jaraknya tak jauh dari toko itu. Mereka berdua duduk di bangku taman dibawah pohon tabebuya yang dimana bunganya mirip bunga sakura yang ada di negara matahari terbit.
Sungguh tempat yang Zavin pilih sangat indah sehingga Vendra mengambil beberapa foto dari berbagai sudut hingga tangannya arahkan kearah Zavin, mengambil fotonya tanpa laki laki itu tau.
Setelah itu Vendra mengamati foto Zavin yang baru saja ia ambil. Hidung mancung, bibir berwana merah muda yang sedikit gelap karena kebiasaan laki laki itu yang merokok, kemudian kulit putih dengan rambut laki laki itu yang sedikit menutupi mata karena terpaan angin, membuat kesan tampan yang laki laki itu miliki semakin terpancar Namun Vendra tak bisa mendefinisikan Zavin sebagai laki laki tampan melainkan laki laki cantik hingga sebagai perempuan, Vendra merasa iri melihatnya.
Puas melihat hasil fotonya, Vendra menekan ikon segitiga bagian bawah handphonenya untuk kembali dari galeri foto.
Mereka menikmati kue itu sembari bercerita mengenai hari hari yang mereka lalui, Zavin senantiasa mendengarkan cerita Vendra yang mengeluh lalu kembali bersemangat. Sungguh melihatnya Zavin dibuat gemas.
" Kak, aku mau tanya kenapa harga suatu lukisan bisa melambung tinggi disaat pelukisnya sudah meninggal? Contohnya lukisan number seventeen e yang terjual 3 triliun setelah 59 tahun Jackson Pollock pelukisnya meninggal." Tanya Vendra mengungkapkan rasa penasarannya. Semalam gadis itu bertanya tanya kenapa bisa begitu, dan apa yang mempengaruhi lukisan itu bisa dijual mahal hingga mengalahkan harga rumah mewah, sungguh Vendra ingin suatu saat nanti lukisan yang ia buat bisa terjual semahal itu.
Zavin mengetuk ketuk dahinya, ia berusaha mengingat jawaban dari pertanyaan Vendra yang umum dipertanyakan, hingga seingatnya pernah dibahas di short video platform media sosial yang berbentuk melodi musik. Di Vidio itu menjelaskan secara rinci alasan mengapa harga lukisan bisa melambung tinggi.
Setelah sekian menit berlalu akhirnya Zavin mengingat jawaban itu.
" Suatu lukisan bisa melambung tinggi karena peminat lukisan terhadap style lukisan itu banyak tapi suplainya sedikit, oleh karena itu kenapa kebanyakan lukisan yang memiliki harga jual tinggi pelukisnya sudah meninggal, karena nggak ada lagi yang bisa membuat karya seni itu." Jelas Zavin.
" Berarti kalau nanti aku meninggal sebagai seorang pelukis, semua karyaku bakal terjual dengan harga mahal, kan?" Tanya Vendra yang langsung mendapatkan jitakan dari Zavin.
Vendra langsung mengaduh sakit dengan tangan mengusap usap dahinya yang terasa ngilu hingga disentuh saja rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh, Vendra yakin dahinya ada benjolan dengan warna merah kebiruan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...