Happy reading...
Vaska menelan ludahnya susah payah, niat awal ia datang kesini hanya ingin melihat langsung seberapa jauh teman temannya menghukum Zavin tapi sialnya sekarang ia terjebak disini bersama teman teman Zavin karena tubuhnya diseret oleh Angkasa yang melihatnya sebagai Zaska, lawan mainnya saat perlombaan taekwondo tingkat nasional dulu.
Perasaan Vaska semakin tak karuan hingga membuat keringat dingin mengucur dari wajahnya, perasaan yang dimana membuatnya takut dan resah dalam waktu bersamaan mengingat dirinya sekarang berada di kandang musuh, terlebih lagi dirinya malah mendapatkan perlakuan yang baik dari teman teman Zavin, dirinya di jamu dan tak membiarkan dirinya bak seekor nyamuk yang hanya diam mendengarkan, sesekali pertanyaan dilontarkan kepada Vaska meskipun pertanyaan itu begitu random tapi Vaska bisa memahaminya.
Terlintas ingatan saat obrolannya dengan Cakra. Apa ini taktik permainan untuk membuat pion yang dikirim musuh menjadi berpihak pada mereka. Jika iya, Vaska akui teman teman Zavin sama liciknya dengan Zavin.
Sesekali matanya melirik kearah Saka yang begitu akrab dengan teman teman Zavin, tak segan laki laki itu memberikan olokan dan ejekan ke mereka yang dianggap sebagai candaan belaka.
" Ada makanan di depan bukan cuman dilihat tapi dimakan, Lo mau makanan itu mubazir?" Tanya Angkasa yang membuat Vaska tersentak. Vaska hanya tersenyum sembari mengambil makanan itu untuk ia lahap.
Rasanya makanan itu seperti tersangkut di tenggorokannya tapi Vaska tak bisa apa apa selain terus melahapnya hingga habis.
Angkasa tersenyum tipis sembari menyandarkan punggungnya di dinding, pandangannya mengarah kearah pintu kamar inap Zavin dijaga oleh dua orang berseragam dominan hitam lalu beralih kearah jam tangan yang bertengger epik di pergelangan tangannya, jam sudah sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, sudah empat jam berlalu setelah Zavin dipindahkan tapi masih belum ada kabar tentang Zavin dari Brian dan Sharla yang berada di dalam ruang inap ditempati Zavin, sehingga mengundang pikiran negatif jika alam bawah sadar Zavin menolak untuk sadar dan memilih untuk terus tertidur entah sampai kapan. Semoga, semoga itu hanya pikiran negatif semata yang tak boleh terwujud.
" Gue tidur dulu, kalau ada apa apa bangunin." Ujar Haikal yang tak lagi kuasa mempertahankan kesadarannya untuk terus begadang, laki laki itu memposisikan diri dengan posisi meringkuk dengan jaket yang tadi Nana kenakan ia jadikan sebagai bantal.
Baru saja Haikal hanyut ke dalam dunia mimpi, pintu rawat dibuka dengan kasar oleh Brian sehingga berhasil membuat Haikal kembali terjaga, laki laki paruh baya itu berlari tergesa gesa. Tentu saja hal itu membuat orang orang yang berada di luar kamar inap Zavin bertanya ada apa.
Tak tahan oleh rasa penasaran, Haikal, Nana dan Angkasa berlari memasuki ruang rawat inap itu sehingga menyisakan Saka dan Vaska di sana. Sehingga kesempatan ini bisa Vaska manfaat untuk kabur, baru beberapa langkah ia ambil, ucapan yang baru saja keluar dari mulut Saka menghentikan langkahnya.
" Bukannya adab seorang tamu kalau mau pergi harus pamit ke pemilik rumah ya?" Tanya Saka menyindir tindakan Vaska.
Vaska termenung, apa yang Saka ucapakan benar, sebagai seorang tamu ia harus tau adab tamu seperti apa. Tapi bukannya situasi yang dia alami berbeda dengan tamu pada umumnya, bagaimana pun dirinya berasal dari pihak musuh mereka dan perlakuan mereka yang menjamunya dengan baik hanya untuk menggali informasi yang ia miliki.
Pintu didepan mereka kembali terbuka, menampakkan Haikal yang menyunggingkan senyum cerahnya.
" Ada apa, Kal? Raja kenapa?" Tanya Saka khawatir.
" Avin udah siuman." Pekik Haikal girang.
Hati Vaska seketika merasa lega mendengar kabar baik itu dan ini saat yang tepat untuk dirinya berpamitan, tapi keinginan itu ia urungkan sejenak saat melihat Haikal dan Saka yang melompat kecil dengan tangan berpegangan selayaknya anak kecil yang senang keinginannya dituruti. Vaska merasa umur hanyalah angka bagi mereka berdua dan jiwa anak kecil akan slalu melekat di diri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...