Happy reading...
Cahaya lampu taman yang terang menemani seorang gadis yang duduk sendirian di bangku taman, pemandangan yang slalu ia tangkap saat melihat jalan setapak adalah lalu lalang sepasang kekasih dimabuk oleh asmara. Sesekali Vendra menengok kearah jam tangan yang bertengger epik dipergelangan tangan kiri.
" Kok belum datang, ya?" Tanyanya entah pada siapa. Vendra lalu mendongak menatap kearah bulan dan bintang yang bersinar indah memenuhi langit malam yang gelap gulita.
Bau harum menyeruak di hidung Vendra saat sebuket bunga mawar tiba tiba diletakkan di pangkuannya sehingga membuat Vendra menoleh ke sosok laki laki pemilik senyum manis yang sekarang duduk disampingnya.
Tangan laki laki itu terulur mengacak gemas rambut Vendra lalu turun mencubit pipi chubby gadis itu.
'' Udah nungguin lama?'' Tanyanya yang langsung mendapati anggukan kecil dari Vendra.
" Bagaimana harimu hari ini, Ra?"
Pertanyaan yang ia rindukan dari laki laki itu karena selama ini laki laki itu slalu mengulangi pertanyaan itu setiap harinya dan pertanyaan itu slalu sukses membuat Vendra menangis. Ya dia slalu bahagia atas hadirnya dua laki laki yang memberikan cerita cerita indah pada waktu yang tak sama. Waktu bersama mereka sangat berharga bagi Vendra walaupun dirinya sempat merasakan hari harinya tanpa ada gairah untuk menjalankannya karena sebuah rasa hampa dan rindu yang terus menghantuinya.
Pelukan hangat Vendra berikan, ia benar benar berterima kasih pada laki laki di sampingnya ini sekaligus Vendra juga berterima kasih kepada laki laki yang berada di atas sana, walaupun jarak mereka terbentang jauh tapi laki laki itu akan slalu ada di hatinya.
Zavin sudah menjadi bagian penting di hidupnya, dan sampai kapanpun akan seperti itu. Vendra janji pada dirinya sendiri akan slalu ada untuk laki laki itu seperti Zavin yang slalu ada untuknya.
Zavin tentu saja terkejut mendapatkan pelukan hangat itu ditambah lagi Vendra mempererat pelukannya. Zavin tersenyum pedih, seharusnya bukan dirinya yang dipeluk oleh Vendra melainkan Aidan tapi bolehkah hari ini Zavin egois.
Tangan Zavin terulur membalas pelukan Vendra tak kalah erat dengan tangannya mengelus rambut Vendra lembut. " Maafin aku ya Ra."
'' Kenapa kakak minta maaf, seharusnya aku yang minta maaf karena sudah melewati batas.'' Ujar Vendra bergetar disusul gelengan kepala. " Aku salah, aku akan berhenti mencari tentang kakak tapi jangan hukum aku dengan cara kita tak saling sapa kak, aku takut kita menjadi asing."
'' Kalau semisal nanti aku nggak kasih kabar lagi ke kami jangan cari aku ya, Ra... mulailah terbiasa tanpa hadirku'' Bisik Zavin, yang langsung membuat pelukan diantara mereka berdua terlepas.
Zavin tau ini terdengar jahat karena selama ini ia slalu ada untuk gadis itu tapi inilah langkah pertama agar nantinya Vendra tak terlarut dalam kesedihan saat dirinya akan benar benar pergi dari gadis itu dan ini termasuk dalam salah satu cara agar dirinya bisa menghapus sebuah perasaan yang tak seharusnya hadir.
Meskipun begitu Zavin janji pada dirinya sendiri jika nanti ia sudah tak lagi menulis cerita di hidup gadis itu, ia akan tetap menjaga Vendra dari jauh tanpa sepengetahuan gadis itu. Memang nantinya akan memberikan luka tapi Zavin tak peduli, dirinya sudah terbiasa terluka dan luka baru bukanlah masalah baginya.
Bukankah luka adalah salah satu proses membentuk seseorang menjadi lebih hebat kedepannya.
'' Kenapa?'' Tanya Vendra yang butuh kejelasan. Kenapa ia tidak diperbolehkan mencari laki laki itu seperti ia lakukan untuk mencari dimana Aidan, apa mungkin mereka akan menjadi dua asing. Vendra tak mau sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...