CHAPTER 32 |• TAKUT DAN BINGUNG AKAN SEMUANYA

11 3 0
                                    

Happy reading....

Seharian ini Zavin hanya melamun tanpa melakukan apapun seolah tenaga laki laki itu sudah terkuras habis oleh pikirannya, kenapa semua jadi seperti ini, Zavin terus bertanya tanya terutama rencana apa lagi yang keluarganya siapkan untuk dirinya. Sungguh Zavin benar benar muak terus menerus menjadi boneka hidup.

Kadang Zavin bertanya tanya apakah di hati keluarganya tak ada sedikitpun rasa kemanusiaan padahal sudah  mendapatkan pukulan berat atas kepergian abangnya tapi sama sekali tak mengubah hati mereka.

Lalu tiba tiba muncul rasa penasaran mengenai kebanyakan manusia ingin mati tapi takut akan kematian itu sendiri, lantas mengenai tindakan bunuh diri abangnya, apakah selama ini Aidan sudah menyiapkan diri atas tindakan itu, jika iya, sejak kapan kenapa ia tak menyadari itu.

'' Sialan.'' Celetuk Zavin frustasi dengan tangan menarik kuat rambutnya.

" Apa kamu nggak pernah diajari kalau ada orang sedang menerangkan sesuatu materi itu didengarkan bukan di umpati?" Tanya guru biologi itu menghentikan penjelasannya mengenai materi  pula tatapan tak suka dari beberapa siswa karena mengganggu kbm.

'' Maaf Bu, saya tak bermaksud melakukan itu, saya janji tak akan mengulanginya lagi.'' Sesal Zavin.

" Ya, lain kali jangan diulangi." Peringat guru itu dan melanjutkan materi yang ia sampaikan.

Nana, Haikal dan Angkasa saling tatap merasa ada yang tidak beres pada diri Zavin sehingga Angkasa memutuskan menendang  kursi Zavin, Zavin menoleh kearah mereka dengan alis terangkat sebelah menantakan bahwa ia bertanya kenapa.

'' Hari ini lo kenapa? dari tadi gue perhatiin lo nggak fokus.'' Tanya Nana berbisik.

'' Mood gue lagi nggak bagus.'' Sahut Zavin pelan dan kembali menatap kearah bukunya.

'' PMS lo?'' Tanya Nana lagi menggoyang goyangkan bangku Zavin.

'' PMS matamu, diem lo nggak usah banyak bacot, ganggu.'' Ketus Zavin yang begitu pedas.

Wajah Nana seketika berubah datar mendapati jawaban yang begitu nylekit dan menggugah keinginannya untuk menampar mulut Zavin.

'' Sukurin, udah tau moodnya nggak bagus masih aja ditanya, untung lo nggak dapet ceramah 7 hari 7 malam.'' Ucap Angkasa sembari menahan tawa. Jika mood Zavin sudah buruk, emosi laki laki itu akan meledak ledak seperti bom.

Nana langsung menyorot tajam kearah Angkasa, mengibarkan tanda permusuhan diantara mereka berdua. '' Dah lah, mood gue juga nggak bagus, janggan ganggu.'' Ketus Nana lalu menenggelamkan kepalanya disela lipatan tangan.

'' Bocah anjing.''

Disisi lain Haikal menyikut bahu Zavin sehingga Zavin menoleh kearah Haikal.

" Gue nggak papa." Terang Zavin menenangkan.

" Lo nggak pinter bohong, Vin." Bisik Haikal ketus.

Zavin mengulum bibirnya yang terasa kering, ini adalah satu hal yang paling ia takuti jika ia terlihat sedang tidak baik baik saja dihadapan Haikal sebab laki laki slalu tau perasaan seseorang hanya dengan melihat sorot mata dan gelagat orang itu.

" Gue tau Lo lagi banyak pikiran, jadi nggak ada salahnya Lo cerita ke gue atau ke yang lain asalkan itu buat Lo nyaman dan bisa mengeringkan beban pikiran Lo."

Senakal nakalnya Haikal dan seabsrutnya  tingkah laki laki itu, ia akan slalu siap menjadi tempat cerita untuk sahabat sahabat, karena baginya dengan cara itu ia bisa mengurangi rasa bersalahnya kepada Aidan karena tak bisa menjadi tempat cerita, selain itu dengan cara ini, Haikal merasa hadirnya slalu dibutuhkan.

RINTIK PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang