CHAPTER 34 |• PERMULAAN BARU

8 3 0
                                    

Happy reading....

Jenggala berulang kali menatap kearah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang tapi seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang padahal waktu mereka janjian adalah pukul sepuluh pagi.

" Mungkin dia masih tidur." Gumam Jenggala yang hapal betul dengan kebiasaan Aleta yang slalu bangun kesiangan.

Derap langkah terdengar tergesa gesa dari arah tangga sehingga mengalihkan etensi Jenggala. Seorang gadis cantik dengan rambut diikat kuda yang bergerak kesana kemari setiap kali gadis itu melangkahkan kakinya. Wajah gadis itu sedikit dipoles dengan riasan sehingga menambah kesan cantik yang dimiliki.

Tanpa sepatah kata atau sapa, Karina terus melanjutkan langkahnya tak peduli dengan tatapan Jenggala yang penuh intimidasi.

" Mau pergi kemana?" Tanya Jenggala yang sama sekali tak digubris oleh Karina hingga gadis itu keluar dari rumah.

Jenggala mengusap wajahnya kasar, lagi dan lagi Karina tak memedulikannya, padahal ia ingin akrab dengan gadis itu selayaknya adik kakak tapi kenapa begitu sulit. Jenggala paham jika ia dan mamanya adalah orang baru di hidup Karina dan Jenggala berterima kasih karena Karina sudah mau menerima mamanya tapi apa sulit untuk menerima kehadirannya, ini sudah 3 tahun berlalu, sedikitpun perkembangan hubungan mereka sama sekali tak ada. Jenggala bertanya memangnya apa yang sudah ia perbuat hingga Karina sulit menerimanya. Sungguh Jenggala ingin tau.

Lalu rasa iri muncul di hati Jenggala saat sebuah kenangan terlintas di benaknya, sebuah senyum manis terukir dibibir Karina setiap kali Zavin datang. Sungguh Jenggala iri terutama interaksi mereka yang terkesan Zavin lebih pantas berada di posisinya sebagai kakak Karina.

Rasa iri semakin menambah saat gadis yang ia sukai sejak lama menerima pernyataan cinta dari Zavin. Sial memangnya apa yang kurang darinya, kenapa Zavin selangkah lebih maju dari dirinya.

Tapi sekarang Tuhan memberikan kesempatan untuk dirinya selangkah lebih maju dari Zavin, Jenggala akan memanfaatkan ini semua dan menunjukkan bahwa ia lebih baik dari Zavin.

Bel berbunyi dengan segera Jenggala menyambut kedatangan seseorang yang ia nanti.

Aleta tersenyum sembari menunjukkan dua kantong kresek yang berisikan bahan untuk membuat kue. Jenggala dengan sigap mengambil dua kantong kresek itu dari tangan Aleta kemudian berjalan menuju kearah dapur. Satu persatu bahan yang ada dikantong kresek Jenggala keluarkan disusul Aleta meletakkan wadah yang baru saja ia ambil di dekat Jenggala.

Aleta sudah menganggap rumah Jenggala seperti rumahnya sendiri sebab sedari kecil ia sering datang kesini menghabiskan waktu bermain bersama Jenggala.

"Mau buat kue apa?" Tanya Jenggala, dirinya cukup ahli dalam membuat kue karena sedari kecil slalu membantu mamanya membuat kue untuk toko yang mamanya kelola.

" Brownies coklat." Jawab Aleta antusias.

Senyum Jenggala luntur tapi sebisa mungkin ia sunggingkan.

' apa sesulit lupain dia Al, sekali aja Lo lirik gue.' batin Jenggala.

******

Karina tak paham dengan otak Nana, bisa bisanya jam 1 siang laki laki itu memintanya untuk datang ke pantai, hei di jam jam segitu panas matahari sedang terik teriknya bisa bisa kulit putih yang ia jaga selama ini bisa gosong.

Karina mematung ditempatnya, ia kira Nana hanya mengajaknya saja tapi ternyata laki itu juga mengajak sahabat sahabat laki laki itu dan sahabat sahabatnya, dengan kikuk Karina menghampiri mereka lalu duduk di tikar diantara Vendra dan Audy. Ada rasa tak nyaman dibenak Karina setiap kali ia berada di satu tempat bersama Zavin setelah kejadian dibelakang sekolah waktu itu, tapi melihat Zavin yang acuh seolah olah diantara mereka tak terjadi apa apa sedikit membuat Karina merasa tenang.

RINTIK PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang