Happy reading...
" Makasih untuk bekal yang Lo buat tapi untuk sekarang-" Zavin menghentikan ucapannya sejenak.
Matanya menatap cukup lama manik hitam milik Aleta, ada rasa bersalah yang kembali muncul lagi dan lagi kepada gadis itu hingga Zavin merasa muak. Seribu maaf tak henti ia ucapkan didalam hatinya untuk gadis itu.
Maaf karena telah menorehkan luka lagi, maaf karena membuatnya menunggu dirinya yang tak seharusnya ditunggu, maaf karena menumbuhkan kembali perasaan suka gadis itu karena kemunculannya, maaf karena dirinya gadis itu menderita oleh harapan yang gadis itu buat. Dan maaf atas semua perbuatannya dua tahun yang lalu.
Zavin menghela nafasnya panjang, tangannya terulur mengusap rambut Aleta lalu turun ke pipi gadis itu sebentar.
" Berhenti ya Al, jangan buat diri Lo capek." Ucap Zavin memperingati sekaligus menghentikan usaha yang selama ini gadis itu lakukan karena sejauh apapun berusaha endingnya akan tetap sama, mereka berdua tak lagi bisa seperti dulu menjadi dua insan yang saling menjalin kasih.
" Ra, jangan gitu." Cicit Aleta. Bukan ini yang ia mau.
Zavin memalingkan wajahnya sejenak dengan tangan mengepal kuat, hatinya masih saja sakit setiap kali melihat Aleta menangis karenanya, tapi sebisa mungkin Zavin harus membangun tembok tinggi yang tak akan bisa untuk ditembus oleh siapapun itu.
" Ikhlasin gue." Pinta Zavin memohon. Ini kebaikan dirinya dan Aleta kedepannya. Mengingat keluarganya dan keluarga Aleta memiliki hubungan dekat, Zavin takut gadis itu malah dijadikan pengekang untuknya dalam ikatan yang tak seharusnya terjalin, ditambah lagi Zavin harus menepati janjinya dengan Sharla.
" Nggak bisa sampai kapanpun aku nggak bisa." Aleta mulai terisak, ia tak sanggup merasakan rasa sakit lagi yang sebelumnya masih belum sembuh. " A-aku maunya kamu Ra, bukan yang lain."
Aleta rela terus menunggu Zavin dan Aleta rela melakukan apapun agar Zavin bisa kembali ke pelukannya seperti dulu menulis kisah indah dibuku kosong yang mereka buat, tapi dengan ending yang kebanyakan orang harapkan jika sudah menjalin hubungan yaitu bahagia bersama.
" Jangan egois Al, kebahagiaan Lo nggak melulu sama gue, gue nggak bisa lagi kayak dulu, ada banyak batasan yang nggak bisa gue lewati." Zavin menunduk dan tatapan laki laki itu begitu sendu menyiratkan keputusasaan serta rasa sakit yang selama ini ia sembunyikan dihadapan orang banyak.
Batasan yang jika dilewati mempertaruhkan segalanya termasuk orang orang terdekatnya yang tak tau apa apa tentang batasan itu sehingga menjadi korban seperti dua tahun yang lalu.
'' Gue mohon Al, hubungan kita sudah selesai, gue mempersilahkan Lo menjalin hubungan dengan orang lain... Lepasin gue, benci gue seperti anggota Ergion membenci gue, gue mohon Al... Jangan terus berharap, ini menyakitkan buat gue.'' Mohon Zavin lagi dan lagi.
Air mata Aleta jatuh untuk kesekian kalinya, hatinya merasa tercabik melihat orang yang ia cintai memohon seperti ini, lantas apakah keinginannya ini adalah salah satu bentuk menyakiti perasaan Zavin, jika iya, ia dirinya harus apa? Melepaskan dengan luka yang akan kembali tertoreh atau tetap berusaha dan membuat luka untuk laki laki itu. Semua pilihan itu sama sama hanya menguntungkan salah satu belah pihak tidak menguntungkan dua belah pihak sekaligus.
'' Jalan kita udah beda Al dan tak pernah sama.'' Ucap Zavin memberitahu kenyataan yang menampar.
Jalan mereka tak akan pernah selaras lagi, Zavin akan fokus dengan kehidupan yang seharusnya ia jalani sejak dulu, selayaknya seorang putra yang lahir di keluarga terpandang menjaga reputasi keluarga agar tak ada sebuah rumor tak mengenakan yang merusak citra keluarganya dan Zavin harap Aleta berjalan dijalan sebelum mereka saling menjalin kasih dengan kebahagiaan yang terus menghampiri gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...