Happy reading..
Mata hitam milik seorang gadis dengan rambut panjang menjuntai indah menatap lurus kearah SMA Airlangga, sekolah yang nantinya menjadi tempat untuk dirinya menuntut ilmu. Tangan mungilnya menggenggam erat tali ransel disusul helaan nafas panjang keluar dari mulut gadis itu.
" Disekolah ini aku bakal cari tau, kakak melanjutkan pendidikan dimana, apakah di kota ini atau diluar kota." Tuturnya penuh ambisi untuk mencapai tujuannya. Vendra mulai melangkahkan kakinya memasuki area SMA Airlangga yang ramai sisa dan siswi baru yang datang.
*****
Zavin memasuki kelasnya dengan langkah berat, rasanya hari ini ia malas pergi ke sekolah yang seperti medan tempur baginya karena sekali kamu lengah disini kamu akan tertinggal jauh oleh teman temanmu.
Matanya langsung tertuju pada sebotol jus mangga dan sekotak tempat makan berwarna kuning yang isinya lauk pauk khas masakan rumahan. Sederhana tapi mengenyangkan dan Zavin menyukai itu.
Tangannya mengambil secarik kertas yang tertempel di botol itu. Senyum tersungging indah. Hari ini adalah hari ia dijadikan kelinci percobaan makanan dan minuman buatan salah sahabatnya yang suka mencoba resep baru, benar benar deh Zavin tak habis pikir.
Zavin kemudian mengambil satu kantong kresek yang didalamnya berikan cemilan kesukaannya. " Dasar, udah dibilangin jangan sering sering kasih gue jajan masih aja ngeyel." Gerutunya yang ditunjukkan pada kedua sahabatnya yang berumur dua tahun lebih muda darinya.
Semenjak kakaknya pergi dan dirinya berada di fase terendah dalam hidupnya, Zavin merasa sahabat sahabatnya seperti memprioritaskan dirinya. Mereka slalu memperhatikan dan memenuhi kebutuhan Zavin tanpa ia minta terlebih saat kedua orang tua mereka pergi ke luar kota atau luar negri, mereka pasti akan menyempatkan waktu berkunjung dan mengajaknya bermain agar tidak larut dalam dunia yang slalu diisi kata belajar dan belajar.
Zavin sampai tidak tau hadiah apa yang pantas untuk ia berikan kepada mereka sebagai ucapan terimakasih karena sudah mau menganggap dirinya seperti keluarga mereka sendiri.
Namun dibalik itu Zavin dirundung rasa rindu akan kehadiran kakaknya yang slalu menjadi tumpuan dirinya untuk menjalani kehidupan.
Senyum kembali tersungging, ia tidak boleh larut dalam kesedihan, masih banyak orang yang ingin melihat senyumannya terutama kedua orangtuanya, meskipun mereka terus mengekangnya tapi mereka adalah harta berharga yang ia punya dan satu satunya alasan untuk dirinya memperbaiki diri menjadi orang yang lebih baik kedepannya.
Zavin terkesiap kaget saat handphone dan kresek yang ia pegang diambil oleh Haikal dan bahunya dirangkul oleh Angkasa, laki laki yang perkasa ketua dari ekstrakulikuler karate.
'' Kal cari tau, siapa orang yang bikin Avin senyum senyum sendiri kayak orgil.'' Suruh Angkasa sambil mengacak kasar rambut Zavin hingga berantakan.
Haikal membalasnya dengan hormat bak seorag tentara menghormati atasannya, tapi tak berselang lama senyuman itu luntur setelah tau siapa pelaku yang membuat Zavin senyum senyum sendiri.
'' Room chat kita tadi.'' Ucap Haikal memutar matanya malas dan melempar benda itu tanpa ada rasa bersalah, untung saja Zavin dengan sigap menangkapnya kalau tidak ia harus membeli lagi benda itu.
Angkasa langsung melepas rangkulan dan duduk di bangkunya dengan tatapan jutek disusul Haikal yang juga duduk di bangkunya yang berada disamping bangku Zavin. Mereka kira Zavin memiliki pacar atau crush tapi sepertinya itu hanyalah harapan saja.
Zavin terkekeh melihat wajah sahabatnya yang berubah lesu. '' Jangan berharap lebih.'' peringatnya dan duduk dibangkunya yang berada didepan bangku Angkasa, sambil meneguk jus mangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...