Happy reading....
Bibir Vendra mengerucut, kesal melihat kearah layar handphonenya yang menunjukkan room chat nya dengan Zavin, banyak pesan yang Vendra kirim dari kemarin kemarin hingga sekarang ke laki laki itu tapi satu pun dibalas padahal laki laki itu sempat online setelah beberapa hari tak online.
Vendra lantas melempar handphonenya asal lalu memukuli bantal sebagai tempat pelampiasan kesalnya. Padahal besok mereka sudah membuat janjian akan ke pottery class untuk belajar cara membuat tembikar, tapi Zavin tidak memberikan kabar tepat jam berapa mereka akan ke tempat itu.
Jangan jangan besok tidak jadi, padahal Vendra ingin sekali datang kesana bersama laki laki itu sampai sampai keinginannya yang besar ini membuatnya sulit tidur hingga beberapa hari hanya karena menunggu hari esok.
" Ish kak Zavin nyebelin." Gerutu Vendra kesal.
Vendra menoleh kearah Dara yang baru saja mengetuk pintu kamarnya dan berjalan mendekatinya diikuti tangannya menyodorkan buket bunga lili putih kepada Vendra. Belum sempat Vendra menerima bunga itu, handphone Vendra berdering, buru buru gad s itu mengambil handphone-nya tadi yang ia buang asal.
Betapa senangnya hati Vendra mengetahui siapa yang meneleponnya, sehingga tak ingin menunggu waktu lama Vendra lantas segera mengangkatnya.
" Hallo kak." Sapa Vendra antusias.
" Hallo Ra... Mmmm, maafin ya Ra, besok aku nggak bisa nempatin janji aku ke kamu, kemarin aku sakit dan hari ini masih belum sembuh."
Ekspresi Vendra seketika berubah menjadi gundah mendapati kabar tak mengenakan itu. Ia khawatir dengan kondisi Zavin sekarang bagaimana.
" Izinin aku jenguk kamu ya kak, please." Mohon Vendra.
" Jangan, aku nggak mau kamu tertular karena aku."
Vendra mengulum bibirnya yang terasa kering, jujur ia ingin menjenguk Zavin, merawat laki laki itu dan membuatkan bubur untuk laki laki itu, tapi jika Zavin sudah kukuh dengan pendiriannya dirinya bisa apa. Vendra mendengus pasrah, meyakinkan dirinya bahwa ini juga demi kebaikannya seperti yang laki laki itu ucapkan.
" Semoga kakak lekas sembuh ya, obatnya jangan telat diminum dan jangan nunda waktu makan." Ujar Vendra.
" Makasih ya, Ra, sekali lagi aku minta maaf nggak bisa nempatin janji."
" Iya kak, aku maafin, sekarang kakak istirahat ya."
Setelah itu sambungan telepon diputus oleh Vendra, setelah itu gadis itu menerima buket bunga yang belum sempat ia terima tadi dan duduk di ujung kasurnya dengan wajah cemberut sembari menoel-noel buket bunga tulip.
" Ra, kamu suka ya sama Zavin?" Tanya Dara.
Dari gelagat Vendra yang selama ini Dara perhatikan, dirinya yakin seratus persen bahwa putrinya sedang jatuh cinta pada Zavin, jujur Dara sangat bersyukur karena dengan ini menyatakan Vendra sudah berhasil mengikhlaskan kepergian Aidan sehingga sudah saatnya berani membuka lembaran baru dan mulai mau menerima orang baru untuk mengisi hati Vendra.
Ekspresi wajah Vendra seketika berubah menjadi terkejut bercampur bingung harus menjawab bagaimana, jujur ia tak tau dengan perasaannya kepada Zavin, setiap kali didekat laki laki itu Vendra merasa nyaman dan aman, ia bisa menceritakan banyak hal kepada laki laki itu, dan dirinya juga belajar banyak hal dari laki laki itu mengenai kehidupan dan dunia seni yang dulu sama sekali tak pernah ia jamah, dan disisi lain Vendra takut, tanpa ia sadari ternyata selama ini menjadikan Zavin sebagai pengganti Aidan hanya karena perlakuan laki laki itu kadang mirip seperti perlakuan yang Aidan berikan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Ficção Adolescente'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...