Happy reading...
Kehilangan memang menyakitkan apalagi kehilangan seseorang yang menjadi pewarna di hidup kita.
Vendra tak tau lagi kedepannya ia harus bagaimana, semuanya terasa begitu runyam, hatinya seperti tercabik cabik setelah apa yang terjadi. Kenyataan yang menyakitkan, dua tahun menunggu yang berakhir perpisahan, luka yang tertinggal begitu dalam, dan Vendra tak tau harus menyembuhkan luka itu dengan cara apa.
Dirinya masih terjebak di masa lalu bersama kenangan tentang Aidan. Vendra ingin berteriak, marah kepada semesta yang menurutnya tak adil ini. Dirinya juga marah pada dirinya sendiri kenapa tak paham dengan pesan terakhir yang Aidan kirim yang jelas jelas sudah memberikan isyarat bahwa laki laki itu akan pergi untuk selama lamanya.
Kak Ai♡(ӦvӦ。)
Dek
Kalau boleh jujur aku slalu bersyukur karena Tuhan menghadirkan gadis cantik sepertimu di hidupkuAku tak tau apakah kata terimakasih pantas aku ucapkan padamu, rumah terindah yang aku miliki
Jadi izinkan aku jadi bintang ya? Aku tak mau lagi jadi bulan.
Boleh ya?
Vendra meringkuk di dinginnya lantai kamar, hari ini ia pulang dari rumah sakit setelah 4 hari rawat inap. Air mata membanjiri wajahnya dengan tangan memeluk bingkai foto Aidan.
Tubuh mungil itu bergetar, dunianya runtuh dengan harapan yang ditimbun turut hancur.
Zavira yang melihat adiknya dibalik pintu merasa iba, sebagai kakak sekarang ia merasa buntu, hiburan kecil yang keluarganya lakukan terasa percuma dan yang bisa ia lakukan hanya mengawasi dari jauh apa yang Vendra lakukan.
*****
Zavin menghisap putung rokok yang terselip disela jemarinya, rokok itu adalah rokok terakhir yang Zavin hisap setelah menghabiskan satu bungkus rokok.
Zavin termasuk perokok berat sebelum ia disuruh berhenti oleh Brian dan didukung oleh sahabatnya yang lain, sehingga jika Zavin ingin merokok, laki laki itu akan bersembunyi seperti yang ia lakukan sekarang, Zavin bersembunyi di loteng untuk bisa menikmati sensasi pahit dan panas yang rokok itu berikan.
Asap rokok mengepul seisi ruangan yang diisi oleh remang remang cahaya lilin. Zavin mendesah berat lalu mematikan putung rokok itu saat rokok itu hanya tinggal sedikit, setelah itu ia melahap sebuah permen untuk sedikit mengurangi bau rokok di mulutnya. Zavin meniup lilin yang menjadi sumber penerang di ruangan itu sehingga ruangan itu kembali gelap.
Dibantu oleh senter dari handphone Zavin berjalan menuju arah tangga dan turun dari loteng, tak baik jika dirinya terlalu berlama lama di sana walaupun hatinya meminta untuk menetap.
Lalu Zavin membelokkan langkahnya menuju ke kamar untuk mandi, sebisa mungkin Zavin harus menghilangkan bau rokok dari mulut dan tubuhnya. Dirinya malas kena omel lagi dan lagi. Setelah selesai mandi, Zavin mengambil pakaian yang akan ia gunakan, tapi saat melihat kearah cermin, Zavin terdiam cukup lama.
Tubuhnya benar benar terlihat mengenaskan dengan bekas luka pukul dan memar yang letaknya dimana mana, belum lagi ada luka baru di beberapa tempat, jauh berbeda jika nanti ia mengenakan baju, semuanya akan tertutupi dan ia terlihat baik baik saja. Benar benar Brian terlalu pintar mencari tempat untuk dijadi samsak pukul.
Tak ingin larut dalam pikiran akan luka itu, Zavin segera menggenakan bajunya.
Suara ketukan kamar, mengalihkan etensi Zavin, laki laki itu berjalan kearah pintu yang tadi ia kunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...