CHAPTER 8. |• DARI DIA HANYA UNTUKMU

19 4 0
                                    

Happy Reading....

'' Buat siapa tuh?''

Aidan langsung terjongat kaget dan buru buru menyembunyikan kalung yang sedari tadi ada ditangannya. Zavin terkekeh melihat tingkah abangnya yang mirip seperti orang yang habis kepergok melakukan sesuatu.

Zavin lantas duduk disamping Aidan, lalu meminum jus jeruk milik Aidan hingga kandas tanpa sisa.

'' Jangan malam malam pulangnya Za, papa sama mama bisa marah.'' Tutur Aidan mengingatkan lagi dan lagi yang tak tau sudah terhitung berapa kali setiap Zavin pulang larut malam.

'' iya bang, gue usahain.'' Jawab Zavin berat hati, sekarang ia punya tanggung jawab yang besar yang tak bisa dikatakan main main. Menjadi ketua di geng motor yang cukup disegani membuat Zavun harus memutar otaknya dan keluar dari zona nyamannya.

'' Abang takut Za, kalau lo kayak gini terus semua yang lo punya bakal dirampas .'' Keluh Aidan.

Sebagai seorang kakak, Aidan takut dengan kemungkinan kemungkinan yang bisa jadi terjadi pada adiknya, terlebih sekarang Zavin yang bergabung dalam geng motor, Aidan takut jika sesuatu yang sudah Zavin pertahankan dan jaga akan dihancurkan oleh keluarganya sebagai bentuk hukuman atas tindakan laki laki itu.

'' Itu nggak akan terjadi bang.'' Ujar Zavin meyakinkan.

'' Abang ragu akan hal itu, karena dunia ini penuh dengan kejutan. Lo bisa menjawab tidak tapi kita nggak tau nantinya akan menjadi iya.''

Tak ada yang bisa menjanjikan akan hal itu semuanya sudah diatur oleh garis takdir dan kita hanya mengikuti saja tanpa bisa memberontak.

Mendengar itu nafas Zavin tercekat, dirinya sangat mengerti maksudnya apa tapi Zavin sudah memutuskan dan putusannya kali ini tak bisa dibantah sehingga ia siap dengan resiko yang nanti akan dirinya tanggung.

'' Gue bakal jaga sebaik mungkin bang sampai papa atau keluarga kita nggak bisa mengambilnya.'' Ucap Zavin yakin.

'' Semoga.'' Balas Aidan penuh harap dengan apa yang barusan Zavin ucapkan. Ia tak ingin adiknya merasakan apa yang ia rasakan, cukup dirinya yang memiliki banyak luka jangan orang yang ia sayangi juga. Naif memang tapi itulah yang menjadi motto hidupnya sekarang. Biarlah dirinya terluka sendirian dan jangan biarkan orang lain mengalami luka yang sama seperti yang dirinya rasakan.

Keheningan menyelimuti mereka tak ada sepatah kata yang keluar mereka berdua asik dengan dunia masing masing menatap angkasa yang dipenuhi oleh bintang dan bulan yamg slalu menjadi pemandangan favorit mereka berdua.

" Kalung itu buat siapa bang?" Tanya Zavin penuh selidik.

" Aishhh." Desis Aidan yang mendapati tawa terbahak bahak dari Zavin. Ia kira Zavin sudah lupa akan kalung itu.

" Hayo buat siapa itu bang? Kasih tau dong janji deh nggak bakal bilang ke siapa siapa." Tutur Zavin menyakinkan sembari menyodorkan jari kelingkingnya sebagai bukti bahwa dirinya benar benar berjanji.

Aidan terdiam cukup lama, hingga pada akhirnya laki laki itu memutuskan menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zavin, percuma juga dirinya menyembunyikan jika barang itu sudah ketahuan terlebih dahulu.

" Buat cewek yang Abang suka." Jawab Aidan lirih dengan senyum malu tersungging diwajah laki laki itu.

" Serius bang? kapan ngasihnya?"

RINTIK PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang