CHAPTER 51 |• AKU MENYUKAIMU

9 2 0
                                    

Happy reading....

Tak terasa liburan telah usai berarti saatnya kembali belajar materi baru dengan tugas tugas yang menumpuk telah siap menunggu untuk dikerjakan.

Jam istirahat berbunyi nyaring membuat jantung Vendra berdegup kencang, tanpa mengatakan sepatah kata Vendra pergi meninggalkan sahabatnya menuju tempat yang selama liburan ini ingin sekali ia kunjungi.

Sesampai ditempat itu, Vendra membuka kenop pintu yang selama ini tidak pernah terkunci, bayang bayang sosok laki laki yang senantiasa menunggunya dengan sorot mata teduh diikuti senyum manis yang tersungging indah di wajah tampannya terlintas didalam benak Vendra, tapi kenyataannya jauh berbanding terbalik, laki laki itu tidak datang ke tempat ini sehingga hanya dirinya yang berada di ruangan itu sendirian.

Sesak rasanya tenyata semuanya tidak lagi sama seperti dulu. Mata Vendra menjalar ke seluruh ruangan itu, dirinya baru sadar bahwa ruangan ini tak lagi sama, yang dulunya banyak tumpukan bangku dan kursi rusak yang berada di setiap sudut ruangan sekarang tak lagi ada tergantikan sekumpulan alat musik yang tersusun rapi.

Dan dari semua yang telah berubah di ruangan ini hanya piano saja yang masih sama. Vendra menyentuh tuts piano itu dengan lembut sembari menekan asal setiap tutsnya sehingga menimbulkan suara di ruangan sunyi itu.

Banyak kenangan indah yang mengalun di dalam ingatan Vendra, terutama ingatan saat dirinya diajari Zavin belajar menggambar sketsa wajah ditempat ini. Hal itu membuat senyum Vendra terukir indah dengan perasaan sesak akan rindu kenangan itu.

" Kak, aku ingin memutar waktu itu lagi." Ujar Vendra mengutarakan keinginannya.

Walaupun nantinya rasanya tidak lagi akan pernah sama seperti saat pertama kali ia merasakan kenangan indah itu tercipta, setidaknya dirinya bisa bersama dengan laki laki pemilik senyum manis itu dalam waktu yang lama sembari bercerita banyak hal dengan canda dan tawa.

Suara derit pintu yang terbuka membuat senyum Vendra mengembang hingga menampakkan deretan giginya yang rapi, buru buru gadis itu membalikkan tubuhnya untuk menyambut kedatangan seseorang yang ia nanti.

" Kak Za-." Vendra langsung menghentikan ucapannya dan senyum yang tadinya mengembang seketika luntur setelah mengetahui yang datang bukanlah laki laki yang ia tunggu.

Audy, Gio, beberapa siswa dan diikuti kakak kelas yang ada dibelakang mereka masuk ke ruangan itu, mereka sama sama terkejut melihat keberadaan Vendra di ruang musik itu.

Vendra meremas ujung roknya kuat, ia gugup sekarang harus mengatakan apa, tak mungkin kedatangannya karena menanti laki laki pemilik senyum manis saat kedekatan tak ada satupun disekolah ini yang tau terlebih saat ini semua mata tertuju kearahnya menuntut sebuah kejelasan tentang keberadaan di ruangan ini.

" Kamu mau gabung ke club musik?" Tanya salah satu perempuan yang merupakan kakak kelasnya yang seingat Vendra, sekarang menjabat sebagai ketua OSIS.

Vendra langsung mengiyakan karena tak lagi ada pilihan sebab menolak pun seperti sulit karena sedari tadi ia tidak menemukan alasan untuk menjelaskan keberadaannya di sini.

Hal itu mendapatkan sambutan baik oleh gadis itu. Kedua tangan Vendra lantas di genggam erat. " Kamu jago main musik apa? Gitar? Piano? Drum?"

Vendra bingung harus menjawab apa karena dari semua alat musik itu Vendra hanya bisa memainkan gitar itu pun cara mainnya masih berantakan dan masih perlu diasah lagi dan lagi, hingga rasa syukur Vendra panjatkan kepada Tuhan saat Audy merangkul tangan kanannya.

" Kak Lala, kalau Vendra jagonya kayak aku, di vokal." Ujar Audy, ia masih ingat jelas waktu SMP dulu Vendra menjadi perwakilan kelas untuk mengikuti lomba antar kelas saat MOGD, gadis itu bernyanyi dengan baik saat membawakan salah satu lagu yang bisa dibilang lagu itu dinyanyikan dengan nada tinggi.

RINTIK PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang