Happy reading...
Sebuah mobil hitam berhenti di depan pagar rumah minimalis modern dengan cat dinding yang mendominasi warna putih. Zavin mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan lahan, tangan Zavin terasa dingin bercampur rasa takut yang tiba tiba memenuhi hatinya.
Setelah merasa tenang Zavin memberanikan diri keluar dari mobil, matanya menatap kerumah itu lalu beralih ke sebuah mobil putih yang terpakir berjarak 5 meter dari posisinya sekarang. Mobil itu berisikan Yudha dan Arjuna yang sekarang menjadi bodyguard pribadi Zavin, papanya sengaja menambah satu orang kepercayaannya untuk berada disamping Zavin dan yang tak Zavin sangka kenapa orang itu adalah Arjuna.
Zavin berdecak mengingat kembali perdebatan yang terjadi hampir semalam setelah ia pulang dengan Arjuna yang dimana Arjuna membantah permintaannya yang ingin ia pergi sendirian tanpa ada yang mendampingi sebab bagi Zavin hari ini adalah privasi, dan memberikan ancaman kepada Zavin akan melaporkan tentang Ergion yang kembali. Sehingga Zavin memilih mengiyakan dengan syarat jarak mereka sejauh mungkin dari posisinya agar Vendra tak merasa terusik atau pun takut.
Lalu seorang satpam penjaga rumah tersebut berjalan menghampiri Zavin dan bertanya dibalik pagar.
'' Cari siapa mas?'' Tanyanya sopan.
'' Vera.. eh maaf maksudnya Vendra.'' Jawab Zavin tersenyum kikuk. Saking terbiasanya dengan panggilan itu sampai Zavin lupa nama asli Vendra.
Namun belum sempat pak satpam itu masuk untuk memberitahu ke orang yang dicari, suara nyaring memekang mengalihkan etensi mereka berdua. Zavin dibuat terpana melihat penampilan Vendra yang menggenakan dress putih selutut dengan rambut panjang gadis itu yang digerai indah sehingga memberikan kesan feminim nan anggun.
'' Cantik.'' Puji Zavin spontan lalu laki laki itu menggelengkan kepalanya menyadarkan apa yang baru saja ia ucapkan.
Kemudian mata Zavin bertemu dengan manik hitam milik seorang gadis yang berumur kisaran 25 tahun lebih berdiri di belakang Vendra, Zavin tersenyum dan menunduk sekilas sebagai bentuk sapa.
Zavira tak membalasan sapaan itu, dirinya tengah asik menilai Zavin dari atas hingga ujung kaki, menurutnya penampilan laki laki itu berbanding terbalik dengan penampilan Vendra yang serba putih, penampilan Zavin lebih didominasi warna hitam dari jaket jins, celana dan sepatu yang cowok itu kenakan berwarna hitam kecuali hoodie berwarna putih.
'' Senyumnya manis.'' Zavira setuju dengan apa yang Vendra ucapkan. Mata gadis itu terus memperhatikan Zavin yang sedang membukakan pintu untuk Vendra dengan tangan salah satunya memegang pinggiran pintu bagian atas agar kepala Vendra tak terbentur, perlakuan itu begitu manis dan sama sekali tak terlihat canggung, tanpa sadar ia membandingkan Zavin dan Aidan dulu yang terlihat canggung memperlakukan Vendra. Sehingga Zavira beragumen bahwa Zavin bukan kali pertama memperlakukan seorang gadis dengan cara lembut.
'' Semoga ini awal yang baru.''
****
" Bagaimana perkembangan cafe yang dulu Aidan buat?" Tanya Septian pada putranya, laki laki paruh baya pemegang utama perusahaan Dirgantara dan sekarang tugas itu dipegang oleh Brian itu berdiri didepan jendela menghadap kearah pemandangan kota.
" Seperti yang diharapkan." Jawab Brian cepat lalu menyesap teh yang ada didepannya secara perlahan, menikmati rasa pahit dan bau harum yang diberikan.
Septian mangut mangut lalu menyunggingkan senyum di wajah keriputnya, dirinya merasa puas mendengar laporan dari putranya mengenai cafe yang dulu dibuat untuk melatih Aidan agar bisa merintis usaha di usia muda, sekarang disempurnakan oleh Zavin atas rekomendasi laki laki itu untuk mengusung tema library dan art cafe untuk menarik pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIK PILU
Teen Fiction'' TUHAN, TOLONG BANTU AKU MEMBUNUH PERASAAN INI." ***** Menjadi permata pengganti bukanlah perkara mudah hingga Zavin lambat laut kehilangan siapa dirinya. Sungguh hidup Zavin selama dua tahun terakhir setelah kejadian itu hanyalah mononton selayak...